Fotokita.net - Gamel Nasser (37), warga Kelurahan Entrop, Kota Jayapura, Papua mengaku, saat ini pasokan air dari PDAM menurun drastis. Karena kondisi itu, dia terpaksa menghemat pemakaian air. ”Dalam seminggu biasanya warga bisa mendapatkan air selama tiga kali dengan durasi 8 jam. Saat ini, durasinya hanya dua hingga lima jam,” ujarnya.
Kondisi berbeda dialamiDian Tjauw (32), warga Kelurahan Imbi. Akibat kekeringan, dia harus membeli 2.000 liter air untuk memenuhi kebutuhan selama seminggu. ”Saya harus mengeluarkan biaya hingga Rp 160.000 untuk keperluan itu,” ucapnya.

Salah satu intake PDAM Jayapura yang debitnya menurun drastis pada September 2019.
Debit air di sejumlah sumber mata air milik Perusahaan Daerah Air Minum Jayapura menurun drastis hingga separuh dari pasokan normal 895 liter per detik. Penurunan debit ini merupakan yang terparah dalam 27 tahun terakhir.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura Entis Sutisna, Selasa (10/9/2019), di Jayapura, Papua.Entis mengatakan, penurunan drastis di antaranya terjadi di empat fasilitas intake(sumber air), yakni di Bhayangkara, Ajen, Entrop, dan Borgonji.

Kondisi debit air di salah satu intake PDAM Jayapura yang menurun drastis pada September ini.
Debit air dari intake Ajen turun dari 50 liter per detik menjadi 25 liter per detik, sementara debit air intake Entrop dari 75 liter per detik menjadi 35 liter per detik dan debit air intake Borgonji turun dari 50 liter per detik menjadi 10 liter per detik. Penurunan paling parah dialami intake Bhayangkara yang debitnya anjlok dari 25 liter per detik menjadi hanya 1 liter per detik.
”Biasanya, penurunan debit air pada Agustus hingga Oktober maksimal hanya 30 persen. Pada tahun ini, penurunan debit air paling parah, yakni hingga 50 persen,” kata Entis. Hal ini juga tercatat paling parah dalam 27 tahun terakhir.