Belasan kambing itu pun bukan milik mereka. Mereka hanya buruh. "Kalau dijual, dapat upah dari yang punya," ujar Icih kepada Kompas.com, Sabtu (7/9/2109). Nahas, baru-baru ini uang sebesar Rp 300.000 hasil upah penjualan kambing hilang.
Padahal, uang itu akan digunakan untuk membeli beras, obat nyamuk, dan kebutuhan lain. Obat nyamuk bagi keduanya sudah selayaknya kebutuhan pokok.
Sebab, jika malam banyak nyamuk berseliweran di dalam rumah mereka yang juga diisi kambing.
"Kalau malam sering tidak bisa tidur. Apalagi sedang batuk seperti ini," kata Icih.
Setiap pagi, mereka harus menyapu kotoran kambing di rumah mereka.
Awalnya, rumah mereka ada dua. Satu untuk Icih dan satu untuk Uka. Namun, mereka memilih tinggal berdua di rumah belakang, rumah yang saat ini mereka tempati.
Meski keadaan mereka kurang layak, Icih menyebut, ia dan kakaknya tak pernah mendapat bantuan beras, bantuan program keluarga harapan (PKH), dan bantuan lain dari pemerintah.
"Enggak ada bantuan dari pemerintah," kata Icih. Meski demikian, ia mengaku ada beberapa warga yang berbaik hati mengulurkan tangan. Terlebih setelah kondisi kehidupan keduanya tersebar di media sosial.
"Tadi ada yang datang, ngasih beras," kata Icih. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukinan (PRKP) Karawang Ramon Wibawa Laksana mengatakan, pihaknya akan memprioritaskan pembangunan rumah layak huni (rulahu).
Dinas PRKP akan membantu kedua lansia tersebut agar mendapat rumah layak huni. Setidaknya, kedua lansia tak perlu lagi serumah dengan kambing.