Pasukan bersenjata bayonet Jepang, memaksa anggota keluarga untuk saling memperkosa, memenggal anak-anak, membuang mayat ke sumur untuk meracuni pasokan air, dan mengubur warga sipil hidup-hidup.
Itu adalah yang pertama dari banyak pembantaian serupa, meskipun tidak ada yang terjadi dalam skala yang sama dengan yang terjadi di Nanking.
Mengirim wanita ke rumah bordil

Ilustrasi wanita penghibur
Selama Perang Sino-Jepang dan Perang Dunia II, tentara Jepang memaksa sebanyak 200.000 perempuan masuk ke dunia pelacuran.
Disebut "wanita penghibur," beberapa berumur 16 tahun, budak seks yang didominasi oleh Korea ini dikirim keseluruh Asia Timur untuk bekerja di rumah bordil yang melayani militer Jepang.
Rumah bordil itu beroperasi berjam-jam dan para wanita jarang diberi waktu istirahat, artinya mereka diperkosa berulang kali setiap hari selama bertahun-tahun.
Pada 2015, perdana menteri Jepang secara resmi meminta maaf atas praktik ini dan setuju untuk membayar sejumlah 1 miliar yen, atau sekitar Rp 129 milyar, kepada 46 wanita penghibur yang masih hidup.
Membuat 100 ribu orang tewas karena jalur kereta

Pekerja yang dipaksa membuat jalur kereta Thailand-Burma (sekarang Myanmar)