Jalan desa sebagai pemisah dipertahankan bebas dari kendaraan roda empat dan tidak menggunakan aspal tetapi paving block dan batu sikat.
Rumah setiap keluarga dalam setiap kaveling tampak hampir seragam semuanya, berada dalam pekarangan dan dibatasi oleh pagar tembok serta memiliki gerbang khas Bali sebagai pintu masuk.
Setiap pekarangan mempunyai beberapa bangunan berupa ruangan tidur, ruangan tamu, dapur, balai-balai, lumbung dan tempat sembahyang. Antara satu pekarangan dengan pekarangan lainnya terdapat jalan sempit yang menghubungkan keduanya.
Baca Juga: Viral FaceApp, Buat Pemakai Hape Android Ternyata Ada 3 Aplikasi Alternatif Buat Edit Foto Muka Tua!
Hutan Bambu
Bangunan berarsitektur tradisional dengan material tiang dari kayu dan atap yang khas dari bambu menjadi salah satu keunikan bangunan di Penglipuran.

Rumah di Desa Penglipuran Bangli
Penggunaan bambu yang cukup dominan merupakan salah satu bentuk kearifan dalam memanfaatkan bahan almi di sekitarnya. Di Penglipuran, 40 persen wilayahnya merupakan hutan bambu. Material untuk bangunan bisa diambil dari hutan ini. Di samping untuk bangunan, bambu juga digunakan untuk bahan barang kerajinan dan kebutuhan untuk ritual.
Dari sisi ekologis, hutan bambu sangat penting untuk menahan erosi mengingat kondisi lahan desa yang miring.
Konsep Tri Mandala
Desa ini menganut tata ruang dengan Konsep Tri Mandala. Maksudnya, wilayah desa dibagi ke dalam tiga ruang yang berbeda berdasarkan fungsi, yaitu utama, madya dan nista.
Letak ketiga ruang ini membujur dari utara (gunung) ke selatan (laut), dengan jalan desa lurus berundak sebagai poros tengah, memisahkan ruang madya menjadi dua bagian.