Tidak ribet, tidak berat, tapi tetap bisa menghasilkan sesuatu yang bagus dan memukau. Sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh komunitas fotografi yang para anggotanya yang memakai kamera hape buat mengambil fotonya.
Komunitas yang didirikan para tanggal 17 Maret 2009 di Yogyakarta ini meminta para anggotanya untuk mengambil momen indah atau berburu objek menarik dengan kamera ponsel.
Komunitas Fotografi Ponsel yang disingkat jadi Kofipon ini dibentuk oleh Beni Syamsudin Toni yang memang suka dengan fotografi. Sayangnya, pada waktu itu, Beni belum memiliki kamera DSLR dan hanya memanfaatkan kamera ponsel Sony Ericsson K750i. Beruntungnya, ternyata banyak juga teman-teman Beni yang juga suka fotografi, tapi tidak memiliki kamera dan setuju untuk membuat sebuah komunitas fotografi yang menggunakan ponsel seadanya. Baik Beni maupun teman-teman dekatnya, punya keinginan kuat untuk terus belajar fotografi dengan alat seadanya.
Bisa dibilang, Kofipon salah satu pencetus adanya komunitas fotografi yang menggunakan kamera ponsel di Indonesia. Waktu dulu, kamera ponsel paling tinggi beresolusi 5 megapiksel, tapi hanya dengan itu saja sudah banyak orang yang bisa mengabadikan momen tanpa terlewatkan. Sifat praktis dari ponsel yang mudah dibawa ke mana-mana dan hampir dimiliki oleh semua orang ini yang membuat dari hari ke hari sampai saat ini pengikut dari Kofipon semakin bertambah. Tercatat, saat ini Kofipon sudah memiliki sekitar 32 ribu lebih pengikut di halaman Facebook mereka.
Setiap bulan, anggota Kofipon mengadakan kopi darat rutin di masing-masing regional dan tidak menutup kemungkinan ada anggota yang ikut dalam regional berbeda setiap bulannya. Kalau bosan menunggu satu bulan, Kofipon juga akan mengadakan kumdak atau kumpul dadakan di tempat-tempat strategis, seperti mal atau coffeeshop. Kofipon bukan hanya komunitas senang-senang, tapi juga memberikan ilmu-ilmu mereka kepada orang lain. Kofipon secara rutin mengadakan seminar dan workshop fotografi di sekolah, kampus, dan perkumpulan masyarakat. Selain itu juga, sekarang dibuat Kelas Ponsel atau yang disingkat KePo untuk orang luar yang mau belajar fotografi dengan menggunakan ponsel.
Seleksi Foto yang Ketat
Kofipon cukup terbuka untuk orang-orang bergabung dan menyumbangkan hasil jepretannya. Namun, mereka punya seleksi yang cukup ketat untuk foto-foto yang masuk ke redaksional, tapi tenang saja karena semua itu mudah untuk dilakukan. Humas Kofipon, Titus O. Mainassy, bilang kalau semua foto sebenarnya bisa masuk ke halaman Facebook Kofipon. Namun, semua foto yang diambil harus menggunakan kamera ponsel dan tidak harus yang beresolusi tinggi.“Pokoknya motretnya harus pakai handphone berkamera dan fotonya apa saja, selfie pun boleh asal yang tidak biasa, ada tema dan ceritanya,” ujar Titus kepada The Daily Oktagon.
Akan tetapi, untuk dipamerkan di Instagram Kofipon, hanya foto-foto terpilih saja karena foto-foto tersebut yang akan dicetak dan dipamerkan saat Kofipon mengadakan pameran. Titus menjelaskan kalau kamera beresolusi 2 megapiksel pun sebenarnya sudah layak untuk dicetak, asalkan tidak terlalu banyak melewati proses editing.
Untuk urusan editing, Kofipon cukup tegas kepada para anggotanya yang mau menyumbangkan karya-karya mereka. Supaya masih tetap terasa kesederhanaan kamera ponsel, para anggota dilarang menggunakan digital imaging profesional atau tambahan-tambahan efek-efek lain seperti dual camera, dual exposure, atau bokeh layaknya kamera DSLR.