Ada Bekas Lem di Luka Kepala Brigadir J, Dokter Forensik RS Polri Jawab Begini Soal Hasil Autopsi Korban Tembakan Bharada E, Foto Sosoknya Ditelusuri

Minggu, 31 Juli 2022 | 20:34
Tribun

Dokter Forensik RS Polri menjawab begini soal hasil autopsi korban tembakan Bharada E. Ternyata ada bekas lem di luka kepala Brigadir J.

Fotokita.net - Hasil autopsi ulang jenazah Brigadir atau Brigadir J sudah ditunggu khalayak luas. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan, hasil autopsi ulang Brigadir J bisa dibuka ke publik. Dari temuan awal saat autopsi ulang, ada bekas lem di luka kepala Brigadir J.

Proses autopsi ulang saat ini dilakukan oleh tim forensik yang dipimpin dokter Ade Firmansyah dari RSCM dan dokter perwakilan keluarga. Autopsi ulang sendiri dilakukandiRSUD Sungai Bahar, Muaro Jambi, Rabu (27/7/2022). Selanjutnya, sejumlah sampel dibawa ke RSCM untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Dari hasil autopsi ulang, dokter keluarga menemukan sejumlah kejanggalan di jenazah Brigadir J. Salah satu temuan baru dari hasil autopsi ulang adalah adanyabekas luka yang ditutup dengan cara dilem dibagian belakang kepala Brigadir J. Ternyata dokter forensik RS Polri jawab begini soal hasil autopsi korban tembakan Bharada E. Foto sosoknya ditelusuri.

Kamaruddin Simanjuntak, pengacara keluarga Brigadir J menyampaikan, autopsi ulang jenazah Brigadir Jditemukansejumlah kejanggalan.Salah satu temuan baru dari hasil autopsi ulang adalah tidak ditemukannya otak dari Brigadir J di dalam kepala. Selain itu, ditemukan juga retakan di kepala.

“Berdasarkan hasil autopsi yang kedua, kita menempatkan dua orang tenaga kesehatan: satu dokter (Martina Aritonang) satu lagi magister kesehatan (Herlina Lubis) untuk mewakili keluarga dan atau penasehat hukum.

Jadi apa yang mereka catat itu sudah hasil kerja sama dengan dokter-dokter forensik, misalnya dibuka kepala gitu ya, pertama tidak ditemukan otaknya. Yang ditemukan adalah ada semacam retak enam di dalam kepala itu," Kamaruddin menjelaskan panjang lebardalam wawancara di kanal Youtube Refly Harun pada Jumat (29/7/2022).

“Jadi apa yang mereka catat itu sudah hasil kerja sama dengan dokter-dokter forensik, misalnya dibuka kepala gitu ya, pertama tidak ditemukan otaknya. yang ditemukan adalah ada semacam retak enam di dalam kepala itu," terang Kamaruddin.

Baca Juga: Dipercaya Kapolri Pimpin Tim Autopsi Ulang Brigadir J, Dokter Ade Firmansyah Senang Bagi-bagi Amplop Duit dengan Alasan Begini, Foto Sosoknya Ramai Dikomentari

Kolase

Dokter Forensik RS Polri menjawab begini soal hasil autopsi korban tembakan Bharada E. Ternyata ada bekas lem di luka kepala Brigadir J.

Bukan cuma itu, ditemukan juga bekas tembakan pada bagian belakang kepala yang tembus hingga ke hidung. Saat tim dokter keluarga bersama para dokter forensik memeriksa bagian belakang kepala Brigadir J, ditemukan bekas luka yang ditutup dengan cara dilem. Ketika tim forensik membuka lem itu, ditemukan terdapat lubang.

"Lubangnya disonde itu ditusuk pakai seperti sumpit itu ada alatnya disonde ke arah mata, mentok. Tapi begitu disonde ke arah hidung ternyata tembus ya. Itulah mengapa adanya jahitan yang sebelumnya dibuat foto saat berulang kali saya berikan kepada media itu bekas lubang peluru yang ditembak dari belakang kepala dengan posisi agak tegak lurus gitu," papar Kamaruddin panjang lebar.

Berdasarkan temuan tersebut, Kamaruddin menilai pernyataan kepolisian soal peristiwa tembak-menembak yang menewaskan Brigadir J dengan demikian terbantahkan. Sebab bila dikatakan tembak-menembak tentu keduanya saling berhadapan dan tidak mungkin ditemukan luka di bagian belakang kepala.

"Inilah salah satu bukti yang membantah penjelasan Karopenmas Polri bahwa (tewasnya Brigadir J) akibat tembak-menembak dari atas ke bawah. Kalau tembak-menembak itu kan saling berhadapan. Jadi artinya tembakan itu tegak lurus dari belakang ke hidung. Makanya waktu itu hidungnya ada jahitan," tegasnya.

Kamaruddin memastikan apa yang menjadi temuan dari hasil autopsi ulang itu telah dicatat dalam bentuk akta notaris untuk mengamankan kebenaran fakta."Ini dokter yang menyatakan. Jadi dokter forensik bersama-sama dengan dokter yang mewakili kita, ya Jadi mereka menceritakan ini ditembak dari belakang," katanya.

Kamaruddin Simanjuntak juga menjelaskan, terkait imbas dari tembakan dibelakang kepala yang menembus sampai ke hidung. Lalu, ia menyebutkan akibat tembakan tersebut, posisi otak menjadi bergeser ke perut.

Menurut pernyataannya, saat dibedah bagian perut sampai kepala ditemukan bahwa otaknya sudah berpindah ke bagian perut. Tak hanya itu, ditemukan juga beberapa luka tembakan dari leher ke arah bibir.

Baca Juga: 'Jangan Cuma Jargon!' Begini Alasan Keluarga Minta Organ Intim Brigadir J Diperiksa Saat Autopsi Ulang, Ini Foto Peti Jenazah Yosua Berbalut Bendera Merah Putih

Facebook

Dokter Forensik RS Polri menjawab begini soal hasil autopsi korban tembakan Bharada E. Ternyata ada bekas lem di luka kepala Brigadir J.

Lantas berdasarkan hasil autopsi, ada sejumlah luka lain yakni bekas tembakan peluru di dada hingga adanya luka terbuka di bagian bahu almarhum. Namun, luka di bahu yang membuat daging hampir terkelupas itu diduga bukan diakibatkan dari tembakan dan masih dalam pemeriksaan tim forensik.

Di bagian punggung almarhum Brigadir J juga ditemukan ada memar. Terkait temuan baru dari hasil autopsi tersebut, pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Menurutnya otak tidak ditemukan di kepala, dan malah ada bekas tembakan dari bagian belakang kepala yang tembius ke hidung. Kamaruddin Simanjuntak membeberkan hasil autopsi Brigadir J itu di kanal YouTube. Menurutnya ada semacam enam retakan di bagian kepala.

Ada bekas luka lem di luka kepala Brigadir J, dokter forensik RS Polri jawab begini soal hasil autopsi korban tembakan Bharada E. Foto sosoknya ditelusuri di media sosial.

Sejak awal,Kamaruddin Simanjuntak memang sudah menolak hasil autopsi RS Polri lantaran tak sesuai kenyataan dan pihak keluarga tidak pernah memberikan izin. Surat izin autopsi yang diteken Mahareza di RS Polri, diduga disodorkan dan ditandatangani setelah autopsi selesai. Kondisi tersebut disinyalir melanggar Pasal 134 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:

Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

Namun menurut Ade Firmansyah, sesuai Pasal 133 KUHAP, penyidik berwenang mengajukan permintaan autopsi tanpa izin dari keluarga. “Yang memiliki wewenang untuk bedah mayat adalah penyidik, di dalam KUHAP demikian. Keluarga punya hak untuk mengajukan keberatan, namun dikabulkan atau tidak kewenangan penyidik. Karena dalam menangani barang bukti forensik dihadapkan pada waktu, semakin cepat semakin baik,” kata Ade Firmansyah.

Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso, berpendapat autopsi Yosua yang dituding sebagai pelaku pengancaman dan pelecehan juga tak wajar. Dari kebiasaan yang ia amati, pelaku tindak pidana jarang diautopsi. Apalagi sejak awal, sudah muncul narasi Yosua tewas karena tembak menembak.

Baca Juga: Suaminya Pimpin Autopsi Ulang Brigadir J, Istri Ketua Dokter Forensik Punya Jabatan Mentereng di RSPAD Gatot Subroto, Foto Sosoknya Muncul di Medsos

Tribun Jakarta

Dokter Forensik RS Polri menjawab begini soal hasil autopsi korban tembakan Bharada E. Ternyata ada bekas lem di luka kepala Brigadir J.

Pertanyaan mengemuka, jika Yosua tewas murni karena tembak menembak, masihkah perlu autopsi? Apakah autopsi untuk mendeteksi dugaan luka kekerasan lain di tubuh Yosua? Adakah luka penganiayaan saat hasil autopsi?

Tim wartawan Kumparan Plus lantasmendatangi RS Polri pada 21 dan 22 Juli untuk menemui dokter forensik yang mengautopsi jenazah Yosua untuk menjawab sejumlah pertanyaan itu. Polri belum menyebut siapa dokter forensik yang mengautopsi Yosua.

Namun dari sertifikat pengawetan jenazah yang diterima keluarga Yosua, dokter yang menandatangani adalah Kepala Forensik RS Polri, Arif Wahyono. Selama 2 hari di RS Polri, Arif Wahyono tak ada di tempat.

Lewat pesan WhatsApp kepada tim wartawan dari Kumparan, Arif mengakui menandatangani sertifikat pengawetan jenazah atau embalming. Namun ia tidak tahu siapa dokter yang mengautopsi jenazah Yosua. Arif meminta kumparan bertanya ke Kepala RS Polri. “Saya lagi sakit,” ucap Arif.

Belum puas dengan jawaban itu, tim wartawan Kumparan Plus lantasmenemui Kabag Humas RS Polri, AKBP Wulan, untuk meminta penjelasan soal autopsi jenazah Yosua. Namun AKBP Wulan disebut tidak bersedia memberi pernyataan apa pun terkait kasus Yosua. Begitu pula Kepala RS Polri, Brigjen Pol Haryanto, “Langsung ke Mabes Polri saja,” kata AKBP Wulan melalui asistennya.

Tanpa adanya penjelasan dari RS Polri lantaran hasil autopsi Brigadir Yosua akan disampaikan secara utuh. Ketika itu, sumber tim kumparan menyatakan hasil autopsi RS Polri rencananya disampaikan pada Senin, 25 Juli, di Komnas HAM.

Hasil autopsi akan memaparkan penyebab luka-luka di jasad Yosua, termasuk menjawab mengapa jari manis dan jari kelingking Yosua putus. Sebelumnya seorang sumber menyebut menemukan barang bukti di lokasi yang ditengarai sebagai alat untuk memotong jari Yosua, yakni pemotong cerutu atau cigar cutter.

Baca Juga: Sudah Bisa Tarik Kesimpulan Kondisi Jenazah Brigadir J, Komnas HAM Sengaja Tunggu Hasil Proses Kunci Ini, Foto Jasad Almarhum Sebelum Autopsi Disebarkan

Tribun

Dokter Forensik RS Polri menjawab begini soal hasil autopsi korban tembakan Bharada E. Ternyata ada bekas lem di luka kepala Brigadir J.

Namun dari hasil autopsi RS Polri, dua jari Yosua putus karena terkena alur peluru. Tak mendapat penjelasan dari RS Polri, tim Kumparan Plus meminta analisis ahli radiologi forensik dari RSCM, Dr. dr. Prijo Sidipratomo, SpRad(K), mengenai luka-luka di jasad Yosua berdasarkan foto-foto yang dimiliki keluarga.

Dalam wawancaranya, wartawan itu menunjukkan foto bagian perut kanan dan kiri Yosua di mana terdapat bagian yang membiru. Prijo menyebut, lebam biru lumrah terjadi di setiap jenazah yang kematiannya lebih dari 24 jam atau biasa disebut lebam mayat. Ini disebabkan mengendapnya darah.

Lebam mayat biasanya terletak di bagian dasar atau belakang tubuh. Namun apabila lebam biru bukan di area dasar atau belakang tubuh, kemungkinan karena adanya kekerasan. “Kalau lebam biru di atas samping [seperti di foto], sangat mungkin itu lebam karena rudapaksa,” ucap Prijo.

Lalu foto luka bolong di bagian dada kanan jenazah Yosua ditunjukkan. Prijo menyebut luka tersebut kemungkinan besar luka tembak. Sedangkan mengenai beberapa luka seperti sayatan di wajah Yosua, Prijo menilai kemungkinan bukan luka sayat. Berdasarkan pengalamannya, luka sayat biasanya memanjang. Namun beberapa luka di wajah Yosua, kemungkinan lantaran luka lainnya.

“Ini bukan seperti luka sayat, tetapi seperti kejadian rudapaksa entah karena pukulan benda tumpul atau tangan yang keras,” kata Prijo.

Selain itu, foto seperti jahitan di belakang telinga kiri Yosua ditunjukkan. Dari pengamatan sekilas, Prijo menilai bisa jadi luka tersebut karena sayatan. Ia melihat ada 5 simpul jahitan di belakang telinga kiri Yosua

“Kalau yang memerlukan jahitan biasanya lukanya agak dalam,” ucapnya. Adapun mengenai jahitan di bawah dagu serta luka di dekat pergelangan kaki, Prijo tak bisa memberikan pendapat karena gambar yang kurang jelas.

Baca Juga: Diminta Ikut Autopsi Ulang Brigadir Yosua, Ahli Forensik Polri yang Tangani Kasus Pembunuhan Subang Beri Jawaban Begini, Foto Sosoknya Kembali Ramai Dibahas

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya