Dituding Jadi Penyebar Virus Corona, Kini Warga Kota Wuhan Makin Pede Hidup Bebas dari Covid-19, Ini Rahasianya

Minggu, 24 Januari 2021 | 13:45
Tribunstyle

Pasar Wuhan, setelah satu tahun dituding menjadi penyebar pertama virus corona.

Fotokita.net - Dituding jadi penyebar virus corona hingga bikin geram Amerika, kini warga kota Wuhan makin pede pamer hidup bebas dari Covid-19, ini rahasianya.

Setahun yang lalu, sebuah pemberitahuan dikirim ke seluruh ponsel warga Wuhan pukul 2 pagi.

Pemberitahuan itu mengumumkan kuncian pertama virus corona di dunia, yang membuat salah satu pusat perekonomian dunia yang ramai itu menjadi macet hampir dalam waktu semalam.

Kuncian atau lockdown di kota Wuhan saat itu berlangsung selama 76 hari.

Baca Juga: Bikin Kagum Karena Terbebas Covid-19, Ini Fakta Menarik Suku Baduy yang Jarang Diketahui

Akan tetapi, kondisi hari ini berbeda. Sabtu pagi (23/1/2021), berdasarkan laporan Associated Press (AP) beberapa penduduk kota Wuhan, tempat pertama kali virus corona terdeteksi tampak asyik berlari dan berlatih Tai Chi di taman yang diselimuti kabut di sisi Sungai Yangtze.

Sebagian besar kehidupan sudah kembali normal, khususnya di kota berpenduduk 11 juta itu, bahkan ketika seluruh dunia bergulat dengan penyebaran varian virus yang lebih menular.

Lalu lintas memang sepi di Wuhan tapi tidak ada penghalang yang dipasang seperti setahun lalu, untuk mengisolasi lingkungan dan memaksa orang kembali ke rumah dan apartemen mereka.

Baca Juga: Belum Divaksin, Ketua Satgas Doni Monardo Tertular Virus Covid-19 Karena Lakukan Hal Sepele Ini

Kota Wuhan telah menyumbang angka kematian akibat Covid-19 sebagian besar dari 4.635 di China.

Meski sebagian besar kota-kota di China telah bebas dari wabah, pertanyaan tentang asal-usul virus masih bergelayut.

Walau begitu, Wuhan telah dipuji karena berkorban dengan menjadi semacam Stalingrad dalam perang China melawan virus.

Baca Juga: Baru Sebulan Menjabat, Menkes Budi Gunadi Blak-blakan Sebut Cara Testing Covid-19 di Indonesia Salah, Ini Penjelasannya

Kota Wuhan marak disebut dalam buku, dokumenter, acara TV dan pidato berisi madah dari para pejabat termasuk kepala negara dan pemimpin Partai Komunis China, Xi Jinping.

Seorang warga bernama Chen Jiali (24) mengatakan bahwa Wuhan adalah kota heroik, "Kami pikir Wuhan adalah kota heroik. Bagaimanapun, Wuhan menghentikan ekonominya untuk membantu China menangani pandemi. Itu tindakan mulia."

Baca Juga: Disebut Positif Covid-19 Usai Kunjungi Sulbar dan Kalsel, Ternyata Sumber Kekayaan Kepala BNPB Doni Monardo Berasal dari Sini

Tetapi, China pada Sabtu masih mengumumkan 107 kasus infeksi. Provinsi utara Heilongjiang menyumbang angka terbesar, 56 kasus.

Beijing dan pusat keuangan di timur Shanghai melaporkan 3 kasus baru di antara pengujian massal, penguncian rumah sakit dan kompleks perumahan yang terafiliasi dengan virus belakangan ini.

Reuters

Kondisi pasar Wuhan sekarang yang makin ramai

Jelang Imlek, Tahun Baru China bulan depan, pihak berwenang mewaspadai potensi lonjakan baru kasus infeksi akibat Covid-19.

Otoritas mengimbau kepada orang-orang untuk tidak bepergian dan menghindari pertemuan sebanyak mungkin.

Baca Juga: Minggu Lalu Disuntik Vaksin Sinovac, Ini Penyebab Bupati Sleman Positif Covid-19

Masih banyak juga sekolah yang beralih ke kelas online dan pemakaian masker di tempat umum, di dalam ruangan dan transportasi umum juga sudah menjadi kebiasaan saat ini.

Namun kembali pada Wuhan, sejak berakhirnya lockdown di kota itu, sebagian besar warga telah terhindar dari wabah lebih lanjut.

Seorang guru kimia bernama Yao Dongyu (24) mengatakan hal itu karena warga Wuhan punya kesadaran yang lebih akibat pengalaman traumatis tahun lalu.

Baca Juga: Bangga Jadi Orang Pertama Disuntik Vaksin Covid-19, Sosok Ini Malah Positif Corona, Begini Kondisinya Sekarang

“Saat itu, masyarakat sangat gelisah, tapi pemerintah sangat mendukung kami. Itu jaminan yang sangat kuat, jadi kami melewati ini bersama-sama," kata Yao.

"Sejak warga Wuhan mengalami pandemi, mereka melakukan tindakan pencegahan pribadi lebih baik daripada orang di daerah lain."

China dengan kukuh membela tindakan mereka di masa awal wabah dengan mengatakan pihak mereka telah membantu mengulur waktu bagi seluruh dunia sambil mendorong sebuah spekulasi bahwa virus itu dibawa ke kota Wuhan dari luar China, mengacu pada laboratorium di Amerika Serikat (AS).

Kompas.com

Kondisi Kota Wuhan sekarang

Satu tahun sudah berlalu sejak China menetapkan kebijakan lockdown di Wuhan pertama kali gegara pandemi Covid-19 atau virus Corona.

Kebijakan lockdown pertama itu diketahui dilakukan pada 23 Januari 2020.

Lantas bagaimana kondisi Wuhan, atau China secara umum, sekarang, atau tepatnya menjelang Imlek 2021?

Seperti diketahui, satu tahun silam, pada 23 Januari 2020, karantina wilayah pertama untuk mencegah penyebaran virus corona diterapkan di Wuhan.

Kota di Provinsi Hubei ini diyakini sebagai awal mula penyebaran virus corona.

Baca Juga: Blak-blakan Sebut Kena Efek Vaksin Covid-19 Sampai Lupa Update Status, Aksi Ariel NOAH Bareng Dokter Raisa Bikin Fans Rela Habis Kuota

Pada waktu itu berbagai kalangan terkejut dengan pembatasan ketat yang dijalankan pemerintah China. Sejak Januari hingga Juni, Wuhan ditutup dari mobilitas orang yang hendak masuk atau keluar ke kota lain.

Walau kebijakan 'lockdown' itu memicu dampak di berbagai sektor untuk warga lokal, siasat itu terbukti sangat sukses untuk mengatasi penyebaran virus corona.

Setahun setelahnya, China adalah satu dari sedikit negara yang memiliki kisah sukses menanggulangi pandemi.

Baca Juga: Sudah Siap Jadi Mualaf? Orangtua Felicia Tissue Foto Bareng Keluarga Jokowi Bikin Gempar Hingga Disebut Gelar Acara Lamaran

Screenshot deccanherald.com
Screenshot deccanherald.com

Kondisi saat ini Pasar Hewan Wuhan yang Jadi Sumber Penyebaran Virus Corona

Lantas apa saja yang sebenarnya diraih China dalam setahun terakhir? Dan bagaimana mereka mengatasi pandemi yang terjadi?

Apa yang dilakukan pemerintah China?

Otoritas China lambat menindaklanjuti laporan awal tentang penyakit misterius yang beredar di pasar basah di Wuhan, akhir tahun 2019.

Ketika itu, mereka masih mengizinkan jutaan penduduk Wuhan berpergian keluar kota jelang tahun baru China, pada Januari 2020. Di China, perayaan Imlek setiap tahun menjadi periode dengan mobilitas penduduk tertinggi.

Baca Juga: Disebut Vaksinasi Jokowi Gagal, Ini Penjelasan Ahli Kenapa Lengan Presiden Tidak Disuntik 90 Derajat

Awal pekan ini, dalam laporan sementara yang disusun panel independen yang ditunjuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kebijakan China itu dikritik.

"Kebijakan di bidang kesehatan publik waktu itu semestinya bisa diterapkan lebih tegas," begitu bunyi laporan tersebut.

Namun kala itu otoritas China akhirnya menyadari masalah yang muncul. Mereka pun menerapkan pengetatan yang tegas.

Baca Juga: Pernah Jadi Dokter di Perusahaan Puan Maharani, Anggota DPR Ini Dapat Sanksi dari Megawati Usai Nyinyir Soal Vaksinasi Covid-19

Pada 23 Januari 2020 atau dua hari sebelum Imlek, jalan-jalan di Wuhan berubah sunyi. Sekitar 11 juta orang dikarantina secara ketat. Penggunaan masker wajah dan jarak sosial menjadi hal wajib.

Ketika kapasitas rumah sakit di Wuhan mulai anjlok, China saat itu mengejutkan publik internasional. Mereka mendirikan rumah sakit darurat dalam beberapa hari.

Namun beberapa warga Wuhan, salah satunya Wenjun Wang, saat itu mengaku cemas. Dia menceritakan bagaimana pamannya meninggal. Di sisi lain, orang tuanya yang jatuh sakit urung mendapatkan bantuan medis.

Pengetatan yang diterapkan di Wuhan pada bulan-bulan berikutnya diberlakukan di kota lainnya. China mengisolasi sejumlah kota besar seperti Beijing dan Shanghai. Tes Covid-19 juga digelar secara massal.

Di sisi lain, arus masuk orang dari luar negeri ke China diperketat. Mereka yang baru tiba ke China pun diwajibkan menjalani karantina.

Baca Juga: Ejek Emilia Contessa Karena Pindah Agama, Aktor Senior Ini Ungkap Alasan Jadi Pendeta Hingga Sebarkan Kotbah Kontroversial

Namun pada periode itu, China juga berusaha mengendalikan penyebaran informasi.

Persoalan yang disebabkan kebijakan sensor pemerintah China ini terus-menerus muncul hingga. BBC memeriksa fakta-fakta di balik pembatasan informasi yang itu.

Beberapa dokter yang mencoba mengingatkan publik tentang bahaya virus corona itu ditegur dan diperintahkan untuk tetap diam.

Dokter yang paling mencuat adalah Li Wenliang. Belakangan dia dikabarkan meninggal setelah terpapar virus corona.

Baca Juga: Disebut Ada Anggota Pengawal Habib Rizieq yang Tertawa-tawa Saat Bentrok dengan Polisi, Respon FPI Langsung Disorot

Kematian Dokter Li Wenliang menjadi pemberitaan di berbagai negara. Dalam foto ini seorang peremuan melewati poster berwajah Dokter Li di kota Praha, Republik Ceko.

Media massa, yang awalnya diberi ruang untuk meliput di Wuhan, menghadapi sejumlah larangan baru. Sementara itu, jurnalis warga yang mencoba menyebarkan informasi tentang situasi terkini dari Wuhan juga dibungkam.

Baru-baru ini, salah satu jurnalis warga itu dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun.

Baca Juga: Didengar Ahli Forensik Jebolan FBI, Komnas HAM Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Rekaman Voice Note Laskar FPI: Ada yang Ketawa...

Apakah langkah-langkah China berhasil?

Walau karantina wilayah di China awalnya dianggap keras dan membatasi hak warga, data resmi yang dipublikasikan satu tahun setelahnya membenarkan kebijakan itu.

Merujuk data medis resmi, jumlah kematian dan kasus positif Covid-29 di China relatif rendah.

Baca Juga: Muncul Tanda Bahaya Buat Boeing 737-500, Pakar Ungkap Penyebab Sriwijaya Air SJ 182 Hilang Kontak Hingga Terjun Bebas ke Laut

Hanya terdapat kurang dari 100.000 kasus positif. Jumlah kematian akibat Covid-19 di negara itu mencapai sekitar 4.800.

Pada April 2020, Wuhan mengubah metode pencatatan kasus Covid-19 sehingga datanya kasus positif melonjak tajam.

Tidak seperti banyak negara lain, setelah gelombang pertama pandemi Covid-19 berlalu, kurva kasus positif China pada gelombang kedua cenderung datar.

Namun, data China itu dituding tidak memasukkan kasus positif Covid-19 tanpa gejala. Sejumlah kalangan akhirnya meragukan kesahihan data tersebut.

Bagaimana kehidupan di Wuhan sekarang?

Baca Juga: Usai Disemprot Posting Foto Melly Goeslaw Tanpa Izin, Dokter Tirta Dilabrak Sahabat Sang BIduan Hingga Buru-buru Beri Penjelasan

Setahun setelah karantina wilayah pertama, kehidupan di Wuhan hampir kembali ke kondisi normal. Pekan lalu BBC pergi ke kota itu dan berbincang dengan sejumlah orang tentang kehidupan mereka sekarang.

Stasiun di kota Wuhan terlihat ramai jelang perayaan Imlek tahun 2021.

Namun, kebijakan sensor informasi menyulitkan upaya memahami bagaimana Wuhan dan wilayah lain di China menghadapi karantina wilayah yang ketat.

Yang pasti, peristiwa setahun terakhir menimbulkan dampak psikologis, begitu kata beberapa warga Wuhan. Beberapa di antara mereka cemas jika terbukti berbicara dengan media internasional.

Baca Juga: Ngotot Tak Mau Akui Pancasila Sejak Orde Baru, Ternyata Abu Bakar Ba'asyir Dibela Megawati Karena Alasan Ini

"Pandemi pasti menimbulkan dampak, walau itu tidak terlihat di permukaan," kata warga Wuhan bernama Han Meimei.

"Tapi pastinya trauma mendalam dialami banyak orang di kota ini, termasuk banyak hal tahun lalu yang tidak ingin saya lihat sampai sekarang."

Namun, ada pula warga yang menilai kebijakan China menangani pandemi lebih baik daripada kebanyakan negara lain. Ini dikatakan beberapa warga Beijing kepada BBC baru-baru ini.

Warga China lainnya menyebut rasa persatuan dan hubungan yang lebih baik kini terjalin di masyarakat.

"Sebelum pandemi, semua orang tampak agak pemarah, sering terburu-buru, tapi setelah pandemi, mereka menjadi lebih bersyukur atas kehidupan dan jauh lebih ramah," kata mahasiswa di Wuhan, Li Xi.

"Bencana seperti ini sebenarnya mempertemukan lebih banyak orang," kata Han. "Jika orang ada di sana, kota itu masih ada."

Bagaimana situasi di seluruh China?

Baca Juga: Akui Dilabrak Artis Karena Ramalannya Terbukti, Ternyata Nikita Mirzani Pernah Memaki Mbak You Hingga Bicara Ini: Dia Minta Maaf

Pemerintah China kini mewaspadai munculnya sejumlah kasus positif baru di Qingdao dan Kashgar. Mereka menerapkan karantina wilayah dan tes massal di daerah itu.

Meski jumlah kasus positif tetap sangat rendah, peningkatan kasus dalam beberapa pekan terakhir membuat otoritas di China cemas.

Awal Januari lalu, jumlah kasus positif harian terbesar terjadi dalam lima bulan terakhir.

Angka kasus positif dan kematian di China yang relatif rendah disebut berkaitan dengan kebijakan pengetatan yang diberlakukan.

Baca Juga: Blak-blakan Akui Sebagai Anak PKI, Anggota DPR Ini Tolak Divaksin Covid-19, Berikut Sepak Terjangnya

China kini fokus ke kawasan timur laut. Sekitar 19 juta orang di kota Shijiazhuang, sebagian provinsi Hebei, Jilin, dan Heilongjiang kini menjalani karantina wilayah.

Pandemi dan karantina wilayah secara berkala juga berdampak signifikan perekonomian China. Jutaan orang kehilangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi China mengalami periode terlambat dalam 40 tahun terakhir.

Namun, China pulih dengan cepat dan menjadi satu-satunya negera besar yang ekonominya bertumbuh pada tahun 2020. .

Kehidupan di sebagian besar wilayah China hampir kembali normal. Perhatian kini kembali menuju peringatan tahun baru Imlek. Jutaan penduduk China kini bersiap mudik.

Ada kekhawatiran bahwa periode mudik saat Imlek pekan depan akan memicu penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Gugup Suntik Jokowi Karena Alasan Ini, Ternyata Dokter Abdul Muthalib Bukan Sosok Sembarangan

Jelang imlek, semua mata pun saat ini tertuju pada vaksinasi.

Vaksin buatan Sinovac juga digunakan beberapa negara, seperti Indonesia dan Brasil.

Perusahaan farmasi milik China, Sinovac dan Sinopharm, pertengahan tahun 2020 sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di tingkat domestik untuk vaksin mereka.

Mereka memberikan vaksin itu kepada karyawan, pekerja medis, dan warga yang bersedia membayar sebelum uji klinis selesai.

Baca Juga: Proses Vaksinasi Covid-19 Dimulai, Ridwan Kamil Ungkap Efek Samping yang Dirasakannya Usai 2 Kali Disuntik Vaksin Sinovac

Oktober lalu, BBC merekam peristiwa saat ratusan orang bergegas mendapatkan vaksinasi.

Tingkat efikasi vaksin buatan Sinovac dan Sinopharm sangat bervariasi. Pejabat China di bidang kesehatan menyebut pihaknya akan memvaksin 50 juta orang sebelum Imlek.

Di sisi lain, pemerintah China juga berusaha mengarahkan narasi tentang asal dan penyebab pandemi global ini.

Ada tuduhan bahwa China berusaha menutupi tingkat keparahan pandemi selama hari-hari pertama.

Baca Juga: Umat Beragama Diminta Tak Ragu Ikuti Vaksinasi Covid-19, Wali Kota Depok Malah Batal Jadi Orang Pertama Penerima Vaksin Corona, Ada Apa?

China mulai mengklaim, meskipun Wuhan adalah tempat klaster pertama terdeteksi, virus corona belum berasal dari kota ini.

Kantor berita milik China baru-baru ini menyebut pandemi ini mungkin bermula di Spanyol, Italia atau bahkan Amerika Serikat.

Berita itu juga telah mengklaim bahwa virus corona telah memasuki China melalui impor makanan beku. Banyak pakar meragukan pernyataan itu.

Tahun lalu, BBC pergi ke Wuhan untuk melacak bagaimana klaster Covid-19 pertama muncul. Kami berbicara dengan orang-orang yang keluarga pada masa awal pandemi.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, Kepala Sekolah SMKN 2 Padang Cuma Bisa Lakukan Ini Saat Nadiem Makariem Beri Sanksi Tegas untuk Sekolahnya

Januari ini, tim WHO tiba di Wuhan untuk menelisik asal muasal virus corona. Tapi tetap ada kekhawatiran soal data dan akses yang akan diberikan otoritas China kepada mereka.

Beberapa pengamat juga khawatir, penyelidikan yang dilakukan satu tahun setelah kasus pertama di Wuhan tidak akan menemukan fakta yang komprehensif.

(kompas.com/tribunnews.com/bangkapos.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya