Vaksinasi Cuma Seperti Digigit Semut, Artis Ini Tolak Disuntik Vaksin Covid-19, WHO Bongkar Hasil Penelitian Vaksin Sinovac

Minggu, 20 Desember 2020 | 12:04
KOMPAS.COM/DENDI RAMDHANI

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat memperlihatkan bekas pemeriksaan darah dan penyuntikan calon vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Jumat (28/8/2020).

Fotokita.net - Vaksinasi cuma seperti digigit semut, artis ini tolak disuntik vaksin Covid-19, WHO bongkar hasil penelitian vaksin Sinovac.

Presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat tidak takut menjalani vaksinasi Covid-19.

Menurut Jokowi, proses vaksinasi Covid-19 sama dengan proses suntik vaksin yang sebelumnya sudah dijalani masyarakat.

Hal itu disampaikannya saat berdialog dengan pedagang dan pelaku UMKM dalam rangka pembagian bantuan modal kerja (BMK) di Istana Kepresidenan, Bogor, Jumat (18/12/2020).

"Divaksin semua kayak anak kecil kalau pas vaksinasi itu lho. Kayak digigit semut lah. Thik (cekit), gitu aja udah," ujar Jokowi dipantau dari tayangan siaran langsung pembagian BMK di YouTube Sekretariat Presiden.

Baca Juga: Ekspor 100 Juta Dosis Vaksin Covid-19 ke China, Jerman Kewalahan Tangani Jenazah Korban Corona Hingga Terpaksa Taruh Di Tempat Ini

Jokowi menyebut ada 67-70 persen penduduk Indonesia atau sekitar 182 juta orang yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19.

Jumlah itu telah memperhitungkan target tercapainya kekebalan komunitas (herd immunity) untuk menekan penularan Covid-19.

Baca Juga: Diborong Indonesia Hingga Bikin Bangga Jokowi, WHO Ungkap Data Mengejutkan Soal Vaksin Sinovac dari China

Jokowi berharap, masyarakat tidak ada yang menolak disuntik vaksin. Selain prosesnya tidak menyakitkan, pengadaan vaksin jenis Sinovac itu sudah melibatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama secara langsung.

"MUI dan Kemenag sudah ikuti sampai ke pabrik. Sehingga nanti dari MUI juga akan mengeluarkan mengenai kehalalan vaksin itu tadi," tambah Jokowi.

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi memberi penegasan bahwa dia bersedia menjadi yang pertama disuntik vaksin Covid-19.

Baca Juga: Terekam Kamera Lewat Aksi Mengharukan, Ini Sosok Mahasiswa yang Gendong Ayah Saat Wisuda, Ternyata Jadi Lulusan Terbaik

Hal itu untuk membuktikan keamanan vaksin setelah diberikan kepada manusia.

"Saya sudah menyampaikan, saya nanti yang akan divaksin pertama kali. Di Indonesia ini saya yang pertama kali untuk menunjukkan bahwa divaksin itu tak apa-apa," tegas Jokowi.

Baca Juga: Tunggu Keputusan Perpanjangan Tahun Depan, Ini Penyebab BLT BPJS Gelombang 2 Belum Cair di Rekening BCA, Mandiri, BNI dan BRI

Vaksin Covid-19 sudah tiba di Indonesia dan siap diberikan gartis ke masyarakat.

Melanie Subono menolak menjadi generasi pertama yang disuntik vaksin Covid-19.

"Gue pasti mau (vaksin), tapi nggak mau jadi yang pertama," kata Melanie Subono di kawasan Puri Indah, Jakarta Barat, kemarin.

Melanie Subono menyadari, setiap obat yang suntikan ke tubuh akan memiliki efek samping.

"Bikin resepnya harus tes panjang sebelum diberikan ke publik," katanya.

Sambil tertawa, Melanie Subono sempat mendengar kabar warga yang tidak mau diberi vaksin akan didenda Rp 5 juta.

Baca Juga: Kabinet Jokowi Dihantam Isu Korupsi, 2 Pejabat Negara Ini Malah Saling Balas Cuitan Panas, Dipicu Acara Habib Rizieq

Melanie Subono tidak mempersoalkan itu. "Gue udah ngumpulin uang Rp 5 juta," katanya tertawa.

Sejauh ini Melanie Subono belum percaya keampuhan vaksin Covid-19.

"Mau gratis, ya nggak apa-apa. Tapi gue masih sayang badan gue," ucap Melanie Subono yang belum percaya pada keampuhan vaksin.

"Gue belum percaya sama vaksin yang belum selesai. Penelitiannya belum selesai," ujar Melanie Subono.

"Gue akan baca dulu paper ilmiahnya, baru mau vaksin," jelas Melanie Subono.

Baca Juga: Ingat Mulai Berlaku 18 Desember, Rapid Test Antigen Jadi Syarat Keluar Masuk Jakarta, Ini Bedanya dengan Rapid Test Antibodi dan PCR

Instagram/@melaniesubono

Melanie Subono

Menurut London School of Hygiene and Tropical Medicine, ada 11 jenis vaksin berbeda untuk COVID-19 di seluruh dunia yang diuji pada manusia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 150 vaksin yang sedang dikembangkan untuk COVID-19.

Beberapa vaksin semakin dekat untuk dirilis saat melewati fase ketiga uji coba pada manusia.

Baca Juga: Ucapkan Kata Terakhir di Depan Kamera Video, Komedian Sebut Hal Ini Sebelum Meninggal Karena Covid-19

Menurut kepala ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan, uji coba tahap pertama pada manusia biasanya dilakukan pada 30 hingga 50 orang untuk memastikan vaksin tersebut aman dan tidak memiliki efek samping yang tidak terduga.

Tahap dua melibatkan uji coba yang lebih besar yang mulai melihat imunogenisitas vaksin, yaitu apakah vaksin tersebut memunculkan respons imun yang diperlukan.

Uji coba fase tiga biasanya melibatkan puluhan ribu orang dan menguji kemanjuran vaksin, yaitu seberapa baik vaksin itu melindungi seseorang dari infeksi, serta keamanannya dalam kelompok besar.

Vaksin yang dibuat di Rusia dan China dirilis sebelum tahap ketiga uji coba pada manusia.

Baca Juga: Lolos dari Masa Kritis Covid-19, Wali Kota Bogor Bima Arya Akui Kondisinya Tak Seperti Dulu, Sering Alami Gangguan Kesehatan Ini

Pesanan di Muka

Hampir 4,4 miliar dosis dari berbagai vaksin telah dipesan sebelumnya di seluruh dunia, menurut penghitungan oleh kantor berita Reuters.

Persaingan sengit internasional untuk mengunci pesanan vaksin senilai miliaran dolar telah berlangsung selama berbulan-bulan, dan beberapa perusahaan akan mulai mengirimkan jutaan dosis segera pada pertengahan Desember.

Vaksin AstraZeneca-Oxford memiliki keunggulan praktis dibandingkan beberapa yang lain karena dapat disimpan pada dua hingga delapan derajat Celcius (35.6-46.6 derajat Fahrenheit) daripada minus 70 derajat Celcius (-94 derajat Fahrenheit) yang dibutuhkan untuk vaksin Pfizer, sebagai contoh.

Baca Juga: Berlaku Mulai Hari Ini, Catat Tarif Rapid Test Antigen yang Jadi Syarat Wajib Kunjungi Daerah dalam Daftar Berikut

AstraZeneca, yang telah berjanji tidak akan mendapatkan keuntungan dari vaksin selama pandemi, telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah dan organisasi kesehatan internasional yang menetapkan biayanya sekitar $ 2,50 per dosis.

Vaksin Pfizer akan menelan biaya sekitar $ 20 per dosis, sedangkan Moderna akan menelan biaya $ 15-25, berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh perusahaan untuk memasok vaksin mereka kepada pemerintah AS.

Berdasarkan informasi yang didapat dari berita Al Jazeera, dari 20 negara yang telah tercatat memesan Vaksin Virus Corona, memang baru Indonesia yang memesan Vaksin Sinovac.

Al Jazeera juga mengungkap data bersumber dari reuters dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 10 jenis vaksin yang siap edar, ternyata Vaksin Sinovac memiliki pengaruh terhadap imunitas tubuh yang paling low atau rendah.

Berdasarkan tabel di bawah ini dipaparkan dampak ke-10 jenis vaksin tersebut terhadap imunitas tubuh relawan uji coba.

Baca Juga: Tanpa Diduga Sang Mantan Datang ke Pernikahan, Mempelai Wanita Langsung Histeris Hingga Pingsan, Ini Kisahnya

reuters/dailymail.co.uk

Hasil riset WHO dan Reuter menemukan fakta pengaruh Vaksin Sinovac terhadap imunitas tubuh masuk kategori low (rendah). Bandingkan dengan 9 jenis Vaksin Virus Corona lainnya yang telah diproduksi. Indonesia telah mengimpor jutaan dosis Vaksin Sinovac dan segera disuntikan kepada warga.

Sekadar contoh, Vaksin Moderna berdampak 94,5 % terhadap imunitas tubuh. Vaksin Pfizer berdampak 95 % terhadap imunitas tubuh.

Tetapi, Sinovac memiliki dampak terhadap imunitas tubuh yang masuk kategori low atau rendah.

Lebih lengkap bisa dilihat dalam tabel sebelumnya.

Baca Juga: Teror Warga dengan Foto Jasad Korban, Anggota KKB Papua Ini Ternyata Pernah Lukai Polisi Saat Demo Besar di Bumi Cendrawasih

Bukan itu saja, China dan Rusia juga dua negara yang dinilai sangat berani karena telah memproduksi vaksin meski uji klinis tahap 3 belum selesai.

Media berbasis di Doha, Qatar, mengungkap data hasil riset terkait pengaruh 10 jenis vaksin terhadap imunitas tubuh.

Hasilnya, Vaksin Sinovac pengaruhnya masuk kategori low (rendah), sementara beberapa merek vaksin lain masuk kategori moderat atau 94-95 persen seperti Vaksin Pfizer dan Moderna.

Pfizer dan Moderna adalah vaksin buatan Amerika Serikat.

Berdasarkan data yang diungkap Al Jazeera, ada 20 negara (tidak termasuk Uni Eropa) yang telah memesan vaksin untuk mengatasi pandemi Virus Corona atau Covid-19.

Baca Juga: Ibunda Nagita Slavina Histeris, Penikahan Kedua Raffi Ahmad Sukses Dibongkar Artis Ini, Izin Menikah Langsung Disinggung

Ke-20 negara yang telah memesan vaksin tersebut adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Italia, Denmark, Belanda, Prancis, Kanada, China, Brasil, Meksiko, Argentina, India, Spanyol, Australia, Indonesia, Uzbekistan, Mesir, Nepal, dan Israel.

Data reuters menunjukkan bahwa ada 10 jenis Vaksin Virus Corona yang siap dan telah diproduksi sejumlah perusahaan farmasi dari sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Jerman, dan China.

Baca Juga: Tambah Ngamuk Usai Anak Gadisnya Terus Dipojokan di Media, Sule Ungkap Bukti Anak Teddy Dapat Jatah Bulanan Hingga Sebut Saksi Kunci

Ke-10 jenis Vaksin Virus Corona tersebut adalah sebagai berikut:

  1. AstraZeneca (Inggris)
  2. Cansino Bilogics
  3. Gamaleya Reserach Institute
  4. Inovio-Cepi (Amerika Serikat)
  5. Johnson & Johnson Barda Janssen
  6. Moderna (Amerika Serikat).
  7. Novavax (Amerika Serikat).
  8. Pfizer-Biontech (Amerika Serikat-Jerman)
  9. Sinopharm-Beijing Institute of Bilogical Products (China)
  10. Sinovac (China)
Al Jazeera juga mengungkap tabel negara-negara mana saja yang telah memesan 10 jenis vaksin.

Hasilnya, hanya Indonesia yang memesan Vaksin Sinovac buatan China.

Indonesia memesan 40 juta Vaksin Sinovac.

Baca Juga: Tagar Boikot JNE Mendadak Jadi Trending, 2 Nama Ustaz Kondang Ini Disinggung, Ada Apa?

China sendiri justru memesan vaksin AstraZeneca buatan Inggris sebanyak 200 juta.

Lebih lengkap bisa dilihat dalam tabel di bawah ini.

reuters/aljazeera

Daftar negara pemesan Vaksin Virus Corona yang telah melakukan uji klinis tahap ketiga. Indonesia satu-satunya negara yang memesan Virus Cinovac dari China.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya