Garuda Rugi Rp 10 Triliun Karena Corona, Maskapai Penerbangan Ini Malah Nekat Banting Stir, Jualan Odading Hingga Raup Untung Miliaran Rupiah

Sabtu, 10 Oktober 2020 | 08:00
AFP via Kompas.com

Restoran Thai Airways Bertema Pesawat

Fotokita.net - Garuda rugi Rp 10 triliun karena corona, maskapai ini malah sukses jualan odading hingga raup untung miliaran rupiah.

Maskapai penerbangan tak terbang lagi, semenjak pandemi Covid-19 terjadi di awal tahun 2020, 3 miliar masyarakat dunia terisolasi.

Semua orang di rumah, tak pergi ke mana-mana.

Karantina wilayah pun diberlakukan di mana-mana.

Baca Juga: Anak Buahnya Koar-koar UU Cipta Kerja, Sikap Diam Menhan Prabowo Bikin Penasaran Hingga Bikin Netizen Nekat Lakukan Ini

Sekarang, karantina sudah mulai dibuka perlahan, tapi pertemuan-pertemuan masih dibuat secara daring.

Praktis bisnis penerbangan terpukul.

Secara global penerbangan turun di atas 90 persen.

Baca Juga: Cucu Habibie Teriak Penjajahan Bangsa Sendiri, Tapi Mahasiswi Ini Malah Dicari Netizen Usai Parodikan Pancasila di Tengah Demo Omnibus Law

Bahkan diprediksi kerugian bisa mencapai miliaran Dollar Amerika Serikat.

Produsen maskapai seperti boeing dan airbus juga terkena imbas.

Permintaan pesawat turun, bahkan di semester 1, ratusan perusahaan membatalkan pesanan ke airbus dan boeing.

Diprediksi maskapai baru bangkit pada tahun 2023.

Baca Juga: Murka Ayahandanya Dituding Antek Soeharto, Hati Najwa Shihab Meleleh Seketika Saat Bahas Sosok Ini: Mmm... So Sad

Beberapa waktu lalu, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perseroannya.

Sebab, dengan adanya pembatasan pergerakan dan penerbangan pada masa pandemi, rata-rata frekuensi penerbangan menurun drastis dari yang sebelumnya melayani lebih dari 400 penerbangan per harinya menjadi hanya berkisar di angka 100 penerbangan per hari.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tulis Surat Buat Jokowi, Komentar Menantu SBY Atas Pertanyaan Sang Gubernur Malah Banjir Respon, Begini Kronologinya

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memberikan keterangan dalam acara peluncuran livery pesawat Garuda Indonesia "Ayo Bermasker"

Di samping itu, jumlah penumpang juga mengalami penurunan tajam hingga mencapai 90 persen.

“Namun demikian kami terus memperkuat langkah pemulihan kinerja seoptimal mungkin agar perseroan dapat segera rebound dan memperoleh pencapaian kinerja yang semakin membaik.

Fokus utama kami adalah mengupayakan perbaikan fundamental perseroan secara terukur dan berkelanjutan,” ujar Irfan dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/8/2020).

Baca Juga: Demo Buruh Berujung Ricuh, Aksi Unjuk Rasa Disusupi Massa Baju Hitam, Kelompok Ini Disebut Biang Keroknya

Irfan mengaku telah melakukan upaya pemulihan kinerja secara menyeluruh pada lini bisnis perseroan.

Misalnya dengan cara optimalisasi pendapatan penumpang penerbangan berjadwal, layanan kargo udara hingga penerbangan charter.

Baca Juga: Ramai-ramai Dijual di E-Commerce Usai Sahkan UU Cipta Kerja, Anies Baswedan Paksa Tutup Gedung DPR Karena Alasan Ini: Sudah Ketentuannya

Selain itu, perseroan turut menjalankan langkah strategis dari aspek pengelolaan biaya melalui upaya negosiasi biaya sewa pesawat, restrukturisasi utang, hingga implementasi efisiensi di seluruh lini operasional guna menyelaraskan tren supply dan demand di masa pandemi ini.

“Pandemi Covid-19 mengantarkan industri penerbangan dunia berada pada titik terendahnya di sepanjang sejarah.

Baca Juga: Keinginan Jokowi Revisi Aturan Terkabul Lewat UU Cipta Kerja, Seller Jual Gedung DPR dan Isinya Rp 666 di Tokopedia, Begini Respons Manajemen

Kendati berada di tengah situasi sulit, Garuda Indonesia optimistis bahwa dengan upaya pemulihan kinerja yang telah dilakukan dan dengan dukungan penuh Pemerintah serta soliditas stakeholder penerbangan, Perseroan dapat terus bertahan dan kembali bangkit,” kata Irfan.

Sebelumnya, Garuda Indonesia melaporkan rugi bersih sebesar 712,72 juta dollar AS atau setara Rp 10,34 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS) sepanjang semester I-2020, berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit.

DOK. INSTAGRAM @RAFFINAGITA1717
DOK. INSTAGRAM @RAFFINAGITA1717

Logo RANS Bertengker di Badan Pesawat Garuda Indonesia

Capaian tersebut, berkebalikan dengan kinerja Garuda Indonesia di periode sama tahun 2019 yang membukukan laba besih sebesar 24,11 juta dollar AS atau setara Rp 349,5 miliar.

Kondisi ini sejalan dengan kinerja pendapatan perseroan yang juga turun drastis 58,18 persen, menjadi 917,28 juta dollar AS di sepanjang Januari-Juni 2020 dari periode yang sama di 2019 yang sebesar 2,19 miliar dollar AS.

Baca Juga: Pantas Buruh Cuek Pada Surat Terbuka Menaker, Omnibus Law UU Cipta Kerja Sunat Habis Uang Pesangon PHK, Begini Rinciannya

Capaian pendapatan usaha itu ditunjang pertumbuhan pendapatan penerbangan tidak berjadwal sebesar 392,48 persen, menjadi 21,54 juta dollar AS dari periode sama di tahun sebelumnya sebesar 4,37 juta dollar AS.

Adapun pendapatan penerbangan berjadwal tercatat turun menjadi sebesar 750,25 juta dollar AS. Sementara perseroan membukukan pendapatan lainnya sebesar 145,47 juta dollar AS.

Di sisi lain, penurunan pendapatan usaha perseroan turut diikuti penurunan beban usaha menjadi sebesar 1,64 miliar dollar AS, dari sebelumnya sebesar 2,10 miliar dollar AS.

Baca Juga: Diam-diam Disahkan Hingga Bikin Buruh Ngamuk, Berikut Poin-poin Omnibus Law UU Cipta Kerja yang Cabut Hak Pekerja

Ilustrasi Garuda Indonesia

Sementara itu, perusahaan maskapai penerbangan Thai Airways menyatakan bangkrut.

Tidak disangka, perusahaan ini memiliki cara sendiri untuk mencoba bertahan.

Cara yang dilakukan oleh Thai Airwaysdianggap tidak biasa.

Mereka justru banting stir menjadi berjualan makanan.

Baca Juga: Buruh Kelimpungan Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja, Bos Serikat Pekerja Dapat Tawaran Jabatan dari Jokowi? Begini Faktanya

Dengan logo yang sama, mereka berjualan makanan dengan nama Thai Catering.

Dikutip dari Kompas, makanan yang dijual adalah snack atau street food.

Yaitu patong-go atau roti goreng dari Thailand.

Patong-go tersebut mirip dengan cakwe atau odadingdi Indonesia.

Baca Juga: Ketiduran Nunggu Giliran Dipanggil, Mahasiswa Ini Ikut Wisuda Tanpa Mandi Hingga Lupa Pakai Celana, Komentar Orangtuanya Jadi Sorotan

dok. Thai Airways

Thai Airways berjualan Patong Go sejenis odading di Indonesia

Patong-go yang dijual Thai Catering disertai dengan saus.

Saus khas yang terbuat dari ubi ungu dan puding telur.

Kerenyahan dan kelembutan kue patong-go yang dibalur saus tersebut membuat masyarakat ketagihan.

Apalagi harga patong-go dibanderol dengan harga murah yakni 50 baht atau sekitar 23 ribu rupiah (9/10/2020).

Baca Juga: Bak Bumi dan Langit, Anak Jokowi Santai Bayar Cicilan Kredit Rumah, Pangeran Cendana Ngamuk Dilarang Jalan-jalan ke Luar Negeri Hingga Sewa Pengacara Mahal

Setiap porsi akan mendapat 3 potong patong-go beserta saus.

Tidak heran jika makanan tersebut laku keras di pasaran.

dok. Thai Airways

Patong Go sejenis odading di Indonesia

Presiden maskapai, Chansing Treenuchagron mengatakan patong-go tersebut sangat populer akhir-akhir ini.

Orang-orang rela antre setiap pagi sampai antrian memanjang.

Patong-go tersebut memang dijual di pagi hari meskipun ada outlet yang setiap hari buka.

Makanan ini dijual di 5 gerai di Bangkok.

Baca Juga: Foto Bayi Baru Lahir Pegang Alat Kontrasepsi Bikin Geger, Dokter di Rumah Sakit Jelaskan Kronologi Kejadiannya

Kelima gerai itu berlokasi di toko roti Puff & Pie di pasar Or Tor Kor, di kantor pusatnya di distrik Chatuchak, gedung Rak Khun Tao Fa, gedung Thai Catering di distrik Don Muang, serta kantor cabang Thai Airways di Silom.

Thai Airways mengatakan mereka masih merencanakan untuk membuka franchise.

dok. Thai Airways

Patong Go sejenis odading di Indonesia

Diketahui, Thai Airways bangkrut karena mismanajemen keuangan.

Keuangan mereka semakin parah setelah pandemi Covid-19 tahun ini.

Thai Airways dinyatakan bangkrut dengan total utang 332,2 miliar baht atau sekitar 157 triliyun rupiah.

Baca Juga: Ngaku Sudah Mualaf Sebelum Masuk Penjara, Susi Pudjiastuti Paksa Mike Tyson Datang ke Indonesia Karena Sederet Alasan Ini, Apa Jawabannya?

Namun, tampaknya manajemen sedikit terbantu dengan penjualan patong-go.

Patong-go tersebut menghasilkan skitar 10 juta baht atau sekitar 4,7 miliar per bulan

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma