Rela Jadi Mualaf Demi Kekasih Hati, Begini Kisah Tragis Perjalanan Cinta Pierre Tendean, Ajudan Jenderal AH Nasution yang Gugur di Tangan PKI

Kamis, 01 Oktober 2020 | 12:15
Tribunnews

kisah pilu Pierre Tendean yang gagal nikahi kekasihnya, Rukmini

Fotokita.net - Rela jadi mualaf demi kekasih hati, begini kisah tragis perjalanan cinta Pierre Tendean, ajudan Jenderal AH Nasution yang gugur di tangan PKI.

KaptenPierreTendean menjadi salah satu perwira TNI korban pembunuhan dalam gerakan pemberontakan PKI 30 September 1965 atauG30S/PKI.

Ia menjadi ajudan termuda yang pernah dimiliki A H Nasution.

Pierre Tandean disebut-sebut memiliki wajah tampan dan digilai kaum hawa.

Baca Juga: Jadi Mars PKI? Pencipta Lagu Gendjer-gendjer Hilang Usai Peristiwa G30S, Ternyata Begini Fakta Sebenarnya

Apalagi Pierre disebut mirip dengan Enzo Zenz Allie,AnggotaTNIADyang sempat membuat heboh, karena juga memiliki darah blasteran.

Siapa sangka di balik wajah tampannya, ia memiliki kisah cintayang begitu tragis. Seorang wanita bernama Rukmin Chamim gagal dinikahi karena peristiwa pembunuhan G30S/PKI.

Kisah kasih mereka harus berakhir tragis, sebulan sebelum keduanya menikah November 1965.

Baca Juga: Gratis, Inilah Kumpulan Kata Mutiara Caption Foto Kita Buat Peringati Hari Kesaktian Pancasila 2020, Bagikan di FB, IG, WA atau Twitter

Pierre gugurG30S/PKI, tepatnya 1 Oktober 1965

Padahal kala itu,PierreTendeanbahkan rela mengikuti agama sang pujaan hati yaitu Islam demi bisa hidup bersama.

Berikut biodataPierreTendeandilansir dari Tribunnews Wiki dalam artikel 'Kisah di Balik Gerakan 30 September:PierreTendeanyang Tak Sempat Menikahi Rukmini'

Pierre Tendean lahir di Jakarta, pada 21 Februari 1939 dari pasanganAL Tendean danCornett ME.

Baca Juga: Bukan TNI, Berpakaian Serba Hitam dengan Senjata Keris, Begini Sosok Pasukan Gagak Hitam yang Jadi Algojo Maut Orang-orang PKI

Semasa kecil,Pierre Tendeanmemang sudah menaruh minat terhadap dunia militer.

Setelah menamatkan sekolah dasar di Magelang,Pierremelanjutkanjenjang sekolah menengahnya di Semarang.

Kala itu, sang ayah memang sedang bertugas di Semarang.

Setelah lulus SMA inilah ketertarikanPierre Tendeanterhadap militer mulai terwujud.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Sangkal Dicopot Karena Film G30S/PKI, Mahfud MD Sebut Pemerintah Tak Larang Nonton Dokumenter Sejarah Itu, Tapi...

Pierre Tendean menempuh pendidikan taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD), yang berada di Bandung, pada 1958.

Setelah menyelesaikan pendidikan, Pierremengawali karier sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan,Medan.

Setahun kemudian,Pierre Tendeanmelanjutkan pendidikan di Sekolah Intelijen Negara di Bogor.

Setelah tamat, ditugaskan oleh Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata di Malaysia.

Baca Juga: Blak-blakan Akui Dekat dengan Taipan Tomy Winata, Kekayaan Gatot Nurmantyo Naik Drastis Sebelum Pensiun dari TNI, Ternyata Semuanya Berasal Dari Sini

Kala itu, memang sedang terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.

Pierre ditugaskan untuk memimpin sekelompok relawan di beberapa daerahmenyusup ke Malaysia.

Sejak saat itu, karier Pirre Tendean mulai menjanjikan.

Baca Juga: Harta Tommy Soeharto Tak Bakal Habis 7 Turunan, Penyanyi Cantik Ini Gagal Nikah dengan Pangeran Cencana Karena Terganjal Restu Calon Ibu Mertua, Apa Kabarnya Sekarang?

Pierre Tendean

Ada tiga jenderal yang menginginkanPierre Tendeansebagaiajudannya, antara lain Jenderal A. H. Nasution, Jenderal Hartawan dan Jenderal Kadarsan.

Namun kala itu Jenderal Nasution bersikeras agarPierre Tendeanmenjadiajudannya.

Pada akhirnya,Pierredipromosikan menjadi Letnan Satu pada 15 April 1965.

Pierre Tendean menjadi pengawal pribadi A. H. Nasution, menggantikan Kapten Manullang yang gugur saat menjaga perdamaian di Kongo.

Pada usia 26 tahun, Pierre menjadi satu di antara pengawal termuda A. H. Nasution.

Pierre Tendean memiliki seorang kekasih bernamaRukmini.

Baca Juga: Mayjen Soeharto Tampak Tenang, Tien Soeharto Malah Paksa Lakukan Hal Ini Saat Dengar Kabar Penculikan Jenderal di RSPAD Gatot Subroto

Lengkapnya, bernamaRukminiChamin, putri sulung keluarga Chaimin diMedan.

Pertemuan keduanya terjadi ketikaPierre Tendeanbertugas sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan,Medan.

Pertemuan keduanya tidak terlalu lama, karenaPierre Tendeanmemang hanya sebentar bertugas diMedan.

Baca Juga: Terungkap Sudah, Ternyata 2 Sosok Ini Jadi Pentolan PKI di Indonesia, DN Aidit Cuma Kroco

Setahun setelah ditempatkan diMedan,Pierre Tendeanmenjalani pendidikan di Bogor.

Sebab itu,Pierre TendeandanRukminiyang sudah saling mengenal terpaksa menjalani hubungan jarak jauh.

Meski demikian, hatiPierre Tendeantetap tertambat padaRukmini.

Menurut cerita, anak sulung A. H Nasution kerap memergokiPierre Tendeantersenyum membaca surat dariRukmini.

Pada masa itu, satu-satunya cara berkomunikasi memang melalui surat.

Baca Juga: Tak Berani Bubarkan Paksa Konser Dangdut Tegal, Tapi Polisi Acak-acak Acara KAMI Saat Gatot Nurmantyo Beri Sambutan, Kok Bisa?

Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai merencanakan langkah yang lebih serius.

Ketika menyertai Jenderal A. H. Nasution keMedan,Pierre Tendeanmemberanikan diri melamarRukmini.

Pertemuan tersebut dilakukan pada 31 Juli 1965.

Baca Juga: Dipuji Punya Nyali Kejar Utang Pangeran Cendana, Jokowi Kini Malah Dituding Bikin Blunder Lagi Karena Turuti Permintaan Prabowo Ini

Namun siapa sangka, hari itu menjadi kali terakhir perjumpaan keduanya.

Rencananya,Pierre Tendeanakan menikahiRukminipada November 1965.

Namun niat baik tersebut selamanya hanya tinggal rencana.

Pierre Tendean gugur pada 1 Oktober 1965 dini hari, menyisakan kisah cintanya yang tak sampai pada Rukmini.

Baca Juga: Dituding Jadi Dalang Peristiwa G30S/PKI, Inilah Derita Keluarga DN Aidit, Jenazah Membusuk Hingga 3 Hari di Rumah Kosong

Keberadaan RukminiKini

Dikutip dari akun resmi penulis Biografi Kapten Pierre Tendean,NurindahRukminiChamim, pujaan hati Pierre Tendean rupanya sudah meninggal pada tahun 2019 lalu.

Almarhumah wafat pada usia 72 tahun di Klaten, Jawa Tengah pada 27 juli 2019 pukul 08.30 WIB.

Almarhumah dibaringkan berdekatan dengan makam ayah dan ibunya di Pemakaman Kuncen Yogyakarta.

Almarhumah meninggalkan 2 anak, dan 5 cucu.

Baca Juga: Bukan Jenderal, Siapa Sangka Polisi yang Tak Punya Jabatan Penting Ini Punya Kekayaan Fantastis Rp 141,2 Triliun

Sedikit perjalanan kisah cintaKaptenPierreTendeandan Rukmini

Pierre dan Rukmini berkenalan melalui dua sahabat baik Pierre sesama Dan Ton Yonzipur 1/DAM 2 Bukit Barisan, Medan, Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi.

Pierre gerah didesak terus menerus oleh keduanya untuk bertemu gadis yang lebih akrab dipanggil Mimin tersebut.

Justru setelah mengenal sosok Mimin, figur gadis yang masih duduk di bangku SMA pada tahun 1963 ini sangat mencuri perhatian sang perwira muda, sehingga pada kunjungan-kunjungan berikutnya Pierre memutuskan tidak dikawal lagi.

Baca Juga: Pantas KKB Papua Makin Berani Perang Lawan TNI Polri, Otonomi Khusus Papua Sebentar Lagi Habis, Indonesia Bakal Tanggung Kerugian Ini Bila Tanah Cenderawasih Lepas dari NKRI

Belum lama bersama, Pierre harus meninggalkan puteri sulung bapak Raden Chamim Rijo Siswopranoto itu, ditugaskan sebagai intelijen dalam rangka Dwikora di perbatasan Kepulauan Riau.

Mereka menjalani LDR. Kadang Pierre curhat pada rekan letingnya yg sesama intel, bahwa ia rindu Rukmini, sampai-sampai Pierre diledeki untuk merekam suaranya saja dikirim ke pujaan hati yang lemah lembut, perfeksionis, lincah dan piawai memasak.

Instagram/@pierresangpatriot

Rukmini kekasih hati Kapten Pierre Tendean, dulu dan sekarang.

Pierre menyempatkan hadir di pesta ultah sweet 17 Mimin 9 September 1964.

Memasuki tahun 1965, hubungan keduanya semakin serius.

Saat keluarga besar Chamim sedang liburan ke Yogyakarta, Mimin diboyong ke Semarang oleh Pierre untuk diperkenalkan kepada kedua orangtuanya & saudaranya Roos dan Mitzi.

Baca Juga: Bak Disambar Geledek, Namanya Bikin Geger Lagi Karena Film G30S/PKI, Ternyata Gatot Nurmantyo Akui Bertemu Setya Novanto Hingga Minta Lakukan Hal Ini

Sebelumnya Pierre telah menulis surat kepada Mitzi, bahwa ia sudah menemukan jodohnya.

Sesaat sebelum dipindahkan ke Jakarta April 1965, mengemban amanat baru sebagaiajudanMenko HankamJenderalAHNasution, Pierre mengakui kepada sahabat RF Soeseno bahwa ia telah mengikat Rukmini.

Foto-foto ini adalah Ibu Rukminiwaktu buku Sang Patriot masih dalam proses dan foto2 mudanya di tahun 1960-an. Foto terakhir diambil Maret 2019 saat ia menerima & menikmati membaca.

Instagram/@pierresangpatriot

Kapten Pierre Tendean menyempatkan hadir di pesta ultah sweet 17 Rukmini pada 9 September 1964.

Dikutip dari akun resmi penulis Biografi KaptenPierreTendean@pierresangpatriot, sesungguhnya hubungan Pierre & Rukminibukan tanpa aral melintang.

Terdapat perbedaan membentang yaitu agama, Pierre Kristen, Rukminimuslim.

Mimin hanya bersedia melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius dengan pemuda berkeyakinan sama.

Untuk syarat ini Pierre Tendean telah memutuskan menuruti karena ia sangat mencintai gadis sederhana ini dan tak mau berpisah dengannya.

Baca Juga: Dulu Panglima Perang Jokowi, Kini Gatot Nurmantyo Pilih Jadi Tukang Kritik Pemerintah, Begini Fakta Sebenarnya

Namun awal-awal ayah ibu Pierre justru meragukan Pierre dapat membiasakan diri dengan keseharian keluarga Mimin yang agamis.

Lampu hijau dirasakan Pierre awal Juli 1965 saat melihat adiknya Roos yang akan menikah dengan seorang muslim direlakan ayah mereka pindah agama.

istimewa
istimewa

Pierre Tendean

Sejak itu Pierre selalu membahas peresmian pernikahannya dengan Mimin yang direncanakannya di satu hari bulan Desember 1965, terutama dengan Ibu Sunarti Nasution.

Ia bahkan sudah menyampaikan ke ayah AL Tendean kemantapannya ikut keyakinan Mimin.

Bahkan di sore terakhir hidupnya, sebelum ia diculik & dihabisi dengan keji oleh Gerombolan G30S, ia terus saja semangat membahas rencananya itu dengan adik iparnya, Jusuf Razak.

Baca Juga: Surat Nikah dan Cerai Bung Karno Dijual Rp 25 Miliar, Ternyata 3 Sosok Penting Ini Jadi Saksi Perpisahan Sang Proklamator dengan Inggit Garnasih

Pertemuan terakhir Pierre dan Mimin terjadi pada 31 Juli 1965 saat Pierre mendampingi Pak Nas tugas ke Medan.

Pierre masih menerima telegram terakhir dari Mimin pada 30 September 1965 malam.

Tujuh tahun berselang, Mimin menemukan jodohnya kembali tahun 1972, dengan seorang karyawan bank swasta.

Mereka dikaruniai 3 anak dan 5 cucu.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma