Usai Bikin Kuping Luhut Binsar Panas, Kini Mantan PNS Ini Ikut Lecehkan Keponakan Prabowo Subianto yang Maju ke Pilkada Tangsel 2020

Sabtu, 05 September 2020 | 21:55
Instagram @rahayusaraswati

Keluarga Rahayu Saraswati

Fotokita.net -Sempat bikin kuping Menko Luhut Binsar panas, mantan PNS ini dianggap ikut melecehkan keponakan Menhan Prabowo Subianto yang maju ke Pilkada Tangsel 2020.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Menhub Ad Interim Luhut Binsar Pandjaitan akan menuntut mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, atas pernyataan yang dianggap menyudutkan dirinya.

Hal itu merupakan buntut dari pernyataan Said Didu yang menyatakan Luhut dinilai mementingkan keuntungan pribadi saja tanpa memikirkan penanganan virus corona.

Profil Said Didu sejak dulu memang dikenal sangat vokal dalam mengkritik pemerintah.

Baca Juga: China Pamer Rudal Pertahanan Udara di Perbatasan, India Langsung Lakukan Hal Ini Hingga Bikin Beijing Kembali Tak Berkutik

Karir pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini banyak dihabiskan sebagai PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT).

Karir birokratnya dirintisnya dari bawah di BPPT sejak tahun 1987 mulai dari peneliti, merangkak karir sebagai pejabat eselon di badan riset tersebut.

Baca Juga: Bak Disambar Geledek, Angka Kasus Covid-19 Terus Melonjak, BMKG Mendadak Minta Warga Waspada Pada 4 Gempa Karena Sesar Aktif di Pulau Jawa

Namanya mulai lebih sering wara-wiri menghiasi media massa nasional sejak ditunjuk menjadi Sekretaris Kementerian BUMN.

Dia juga pernah terpilih sebagai anggota MPR di tahun 1997.

Sebagai petinggi di Kementerian BUMN, Said Didu juga diplot sebagai komisaris di beberapa perusahaan pelat merah di antaranya Komisaris PTPN IV (Persero) dan PT Bukit Asam Tbk (Persero).

Baca Juga: Bikin Takut Seantero Dunia, Ternyata Virus Corona Punya 5 Kelemahan Ini, Cari Tahu Agar Kita Bisa Terhindar

Jebolan Teknik Industri Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga sempat menduduki kursi komisaris PT Merpati Nusantara Airlines, Komisaris PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, dan Dewan Pengawas Rumah Sakit RSCM Jakarta.

Di awal rezim periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Said Didu ikut masuk dalam lingkaran pemerintahan tahun 2014-2016.

Dia menjabat sebagai Staf Khusus Menteri ESDM saat itu, Sudirman Said.

Kolase Kompas.com/Ambaranie Nadia K.M

Said Didu dikabarkan telah ditetapkan menjadi tersangka atas dugaan pencemaran nama baik Luhut Pandjaitan.

Di tahun 2018, Said Didu dicopot dari jabatannya sebagai komisaris di Bukit Asam dan digantikan oleh Jhoni Ginting.

Pencopotannya dilakukan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dalam RUPSLB Bukit Asam.

Kementerian BUMN saat ini beralasan, pencopotan dari kursi Komisaris Bukit Asam dilakukan karena Sidu Didu dianggap sudah tidak sejalan dengan pemegang saham.

Said Didu sempat jadi sorotan saat dirinya memutuskan mundur sebagai PNS pada 13 Mei 2019.

Alasan pengajuan pensiun dari BPPT agar dirinya bisa lebih leluasa mengkritik kebijakan publik yang dinilainya perlu diperbaiki.

Baca Juga: Jokowi Disebut Sebagai Sosok Penuh Kontradiksi, Peneliti: Makin Lama di Istana, Makin Pudar Janji-janjinya

Tercatat, dirinya sudah mengabdi sebagai ASN selama 32 tahun 11 bulan. Langkah bersebrangan dengan rezim Jokowi juga pernah diambil Said Didu saat dirinya menerima tawaran dari Tim Kuasa Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai saksi di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait hasil Pilpres.

Salah satu kritikan paling vokal dari Said Didu kepada pemerintah yakni terkait akuisisi saham PT Freeport Indonesia.

Saat itu, Said Didu menilai kebijakan pemerintah dalam pembelian saham Freeport Indonesia lewat PT Inalum bisa merugikan negara.

Youtube Kompas TV

Said Didu

Kini Said Didu kembali berulah. Ia ikut mengomentari cuitan politikus Demokrat Cipta Panca Laksana yang dinilai sebagai pelecehan terhadapCalon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Rahayu SaraswatiDjojohadikusumo.

Calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Rahayu SaraswatiDjojohadikusumo tampak geram terkait cuitan pelecehan seksualyang diunggah politikus Partai Demokrat Cipta Panca Laksana.

Bahkan, akibat unggahan tersebut, Said Didujuga bereaksi dengan jawaban yang dianggap sebagai pelecehan.

Baca Juga: Terus Digerogoti Australia, Ternyata Timor Leste Punya Prestasi Ini Hingga Bikin Bangga di Mata Dunia, Lebih Baik dari Indonesia?

Dugaan pelecehaan dari cuitan itu diduga dialamatkan kepada Rahayu Saraswati, keponakan Prabowo Subianto.

Hal itu bermula dari cuitan Panca yang diduga menyinggung martabat perempuan.

“Paha calon wakil walikota Tangsel itu mulus banget,” tulis akun @panca66.

Postingan itu kemudian diretweet Said Didu.

dok. Twitter

Cuitan Said Didu yang dianggap ikut melecehkan keponakan Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati.

“Huzzz – no pict hoax,” jawab mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu.

Cuitan tersebut kemudian menjadi heboh dan pengguna media sosial menghubungkannya ke ranah politik.

Seperti diketahui, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo maju sebagai calon wakil wali kota Tangerang Selatan pada Pilkada Serentak 2020.

Keponakan Prabowo Subianto itu mendampingi Muhammad, yang menjadi calon wali Kota Tangerang Selatan.

Baca Juga: Ada yang Berani Tawar Rp 200 Juta, Begini Alasan Aa Gym Lelang Motor BMW Kesayangan: Semoga Jadi Pahala yang Mengalir

Terlebih ketika politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany mengkritik pedas.

Tsamara menyatakan, tanpa malu melecehkan perempuan seperti ini. Lalu merasa suci, merasa bisa menyelamatkan bangsa ini.

"Jangankan menyelamatkan bangsa, menghargai perempuan saja tidak bisa. Alih-alih menilai/mengkritik@RahayuSaraswati dr track record & kinerja, malah sibuk cari cara melecehkan,"tulis @tsamaraDKI.

Lebih lanjut, Tsamara menuturkan, peristiwa ini merupakan contoh nyata jika otak pelaku pelecehan yang bermasalah, bukan korban pelecehannya.

"Mbak Sara sedang nyalon jadi pejabat publik, yang dibahas malah ketubuhannya?,"terang Tsamara Amany.

Atas kritik pedas Tsamara Amany, Rahayu lantas buka suara terkait cuitan Panca itu.

Baca Juga: Beda Gaya Daftar ke KPU, Anak Jokowi Naik Onthel, Bobby Nasution Pilih Vespa: Satgas Covid-19 Malah Jadi Kesal

Wakil dari Muhamad di Pilkada Tangerang Selatan mengungkapkan kasus pelecehan tak ada hubungannya dengan afiliasi politik apapun. Siapapun bisa jadi korban dan pelaku.

“Pelecehan tdk ada hubungannya dgn afiliasi politik, beda pilihan politik bukan berarti bisa dilecehkan,”tulisnya di akun Twitternya, Sabtu (5/9/2020).

Calon yang diusung PDI Perjuangan, Partai Gerindra, PAN, PSI, dan Hanura ini juga menyebut pelaku pelecehan seksual adalah mereka yang punya jiwa kerdil dan pengecut.

Instagram @sufmi_dasco

Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Prabowo Subianto dan Sufmi Dasco Ahmad

“Atau krn saya perempuan bukan berarti bisa dilecehkan, pelecehan hanya dilakukan oleh mrk yg berjiwa kerdil & pengecut,”tegasnya.

Akibat dugaan pelecehan yang dialamatkan kepadanya, Rahayu Saraswati lantas mendapatkan banyak dukungan pengguna media sosial untuk melawan pelecehan seksual.

Melihat realitas politik yang terjadi, seharusnya perdebatan tidak lagi berkutat pada dinasti politik atau mempersoalkan keturunan siapa yang sedang mencalonkan diri dalam sebuah kompetisi politik.

Demikian pandangan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo saat berbicara dalam diskusi virtual bertajuk "Politik Dinasti untuk Siapa?" yang digelar DPD Vox Point Indonesia Banten, Rabu (19/8/2020).

Baca Juga: Bikin Kaget Pendaki Hingga Heboh di Medsos, Sosok Ini Sudah 2,5 Tahun Tinggal di Puncak Gunung Wilis, Kisah Di Baliknya Begitu Mengharukan

"Saya bisa memberikan perspektif yang sangat subjektif. Pertama, tentang bagaimana politik dinasti ini bukan hal baru. Di negara-negara lain ini sudah mendarah daging bukan hal asing lagi. Dari mulai keluarga Kennedy, lalu Hillary Clinton di Amerika, yang populer di kalangan milenial itu Justin Trudeau (Kanada), lalu ada Shinzo Abe di Jepang," ungkap Saraswati menyebut sejumlah nama pemimpin dunia yang berasal dari dinasti politik.

Dalam konteks Pilkada Serentak 2020 yang akan datang, menurutnya lebih penting bagi rakyat untuk menyelidiki dengan teliti rekam jejak si kandidat dan menilai apa motivasinya mencalonkan diri menjadi pemimpin.

"Mohon dilihat dari calon yang diajukan, rekam jejaknya seperti apa? Terus mereka ini maju motifnya apa?" ujar keponakan dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, ini.

Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mengakui Pilkada Tangsel ini menarik perhatian publik karena ketiga paslon sama-sama ada unsur dinasti politiknya.

Namun, hal itu bukan alasan untuk langsung memvonis bahwa semua calon yang berkompetisi tidak berkualitas, atau bahkan menjadi alasan untuk memilih "golput".

Menurut dia, yang harus dibangkitkan adalah kemampuan masyarakat untuk berpikir kritis dan memilah mana calon yang punya rekam jejak baik dan mana yang tidak.

Bicara soal awal mula ia terjun ke politik, Saraswati mengaku bahwa jauh sebelumnya ia tidak ada bercita-cita menjadi politikus.

Baca Juga: Akhirnya Diumumkan PDI Perjuangan, Begini Alasan Anak Sulung Risma Jagokan Sosok Ini Sebagai Pengganti Ibunya di Pilkada Surabaya 2020

Saraswati mengaku mendapatkan "panggilan" dari Tuhan untuk terjun ke dalam pengabdian masyarakat di dunia politik pada 2013, setahun sebelum ia dilantik menjadi Anggota DPR RI periode 2014-2019.

Keputusannya masuk ke politik adalah murni berdasar pengalaman spiritual serta nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan kepada dirinya sejak masih kecil.

"Tidak lupa akan Indonesia adalah nilai-nilai yang tertanam dari sejak saya masih kecil dan nilai sosial itu pun saya dapatkan dari ibu saya. Pada 2009 saya mengabdi, terpanggil menjadi aktivis anti perdagangan orang. Saya juga punya yayasan pribadi pada 2012 yang fokus pada anti-perdagangan orang. Justru karena itu saya masuk ke politik," jelasnya.

Mengutip tokoh fiksi buatan Marvel, Spiderman, Saraswati meyakini bahwa "dengan kekuatan yang besar maka harus ada tanggung jawab yang besar."

Nilai-nilai kebaikan dari mendiang kakeknya, Soemitro Djojohadikusumo, yang merupakan begawan pejuang, turut memotivasi Saraswati untuk mengabdi kepada masyarakat.

"Biarlah masyarakat menilai program dan visi misi calon dan melihat ke belakang apakah ini baru pertama kalinya muncul atau sudah dari dulu mulai mengabdi kepada negara," ajak Saraswati.

Baca Juga: Disebut Tak Pas Sebagai Cucu Ma'ruf Amin, Begini Alasan Wapres Enggan Klarifikasi Status Adly Fairuz dalam Keluarganya

Dia tegaskan, jalan hidupnya sebagai pejuang politik bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat luas.

"Karena kita melihat politik ini sebagai alat untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, bukan mencari jabatan, apalagi cari duit. Mohon maaf bapak dan ibu, kalau mau cari duit jadi pengusaha saja," tuturnya.

(TribunJakarta.com/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma