Hampir Seluruh Wilayah Indonesia Terkena Serangan Corona, Kabupaten Termuda Kaltim Malah Laporkan Tak Ada Kasus Covid-19: Rupanya Begini Kunci Rahasianya

Selasa, 19 Mei 2020 | 20:19
Creative Commons/Hendrojkson

Sungai Mahakam

Fotokita.net -Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia diperkirakan tiga kali lipat dari data kematian yang dirilis oleh Pemerintah Indonesia setiap hari.

Pasalnya, data kematian yang dirilis pemerintah hanya mencantumkan jumlah pasien meninggal setelah terkonfirmasi positif melalui tes molekuler PCR di laboratorium.

Padahal, menurut panduan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian Covid-19 yang dilaporkan harus pula mencakup orang-orang yang meninggal dunia dengan gejala klinis diduga (suspect) Covid-19.

Baca Juga: Mbah Mijan Rajin Sebarkan Hasil Firasat Soal Kejadian Masa Depan Lewat Media Sosial, Ternyata Inilah 5 Prediksi Sang Paranomal yang Terbukti Meleset: Masihkah Ramalannya Bisa Dipercaya?

Mengacu pada hal ini, kematian orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal dunia seharusnya dilaporkan.

Koalisi Warga untuk Lapor Covid-19 menginvestigasi, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia--jika merujuk panduan WHO, hingga 15 Mei 2020, telah menyentuh 4.848 kematian.

Dari 4.848 kematian itu, hanya 1.015 yang dirilis pemerintah (per 15 Mei 2020) sebagai kasus konfirmasi positif, dan 3.833 kematian suspect tidak diumumkan.

Baca Juga: Terbiasa Jualan Jalangkote Setiap Hari Buat Bantu Orangtua, Bocah Korban Bully Ingatkan Penyanyi Kondang Ini Pada Anak Bungsunya yang Idap Austime

Kolase instagram @jktinfo

Ramainya pedagang Tanah Abang membuat satpol PP kewalahan

Perwakilan Koalisi Warga untuk Lapor Covid-19 Irma Hidayana menyebutkan, investigasi itu dilakukan untuk melacak kematian ODP dan PDP di 18 provinsi di Indonesia.

Ke-18 provinsi itu meliputi Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Lampung, NTT, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

“Data menunjukkan, jumlah kematian ODP/PDP rata-rata tiga kali lebih besar dari angka kematian positif Covid-19,” ujar Irma melalui keterangan tertulis yang diterima pada Senin (18/5/2020) pagi.

Baca Juga: Baru Saja Buka Kembali Wuhan Hingga Disneyland Shanghai, Kini China Malah Ketahuan Lockdown 1.205 Desa: Jadi Bukti Virus Corona Tak Bisa Hilang Sepenuhnya dari Muka Bumi?

Data tersebut kemudian diolah oleh para kolaborator, di antaranya dokter emergensi Tri Maharani dan epidemiolog Beben Benyamin.

Hasilnya, laju peningkatan jumlah kematian akibat Covid-19 jauh di atas laju peningkatan kapasitas tes Covid-19 Indonesia.

KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Selasa (31/3/2020). Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan dua tempat pemakaman umum (TPU) untuk memakamkan pasien terjangkit virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni di TPU Te

“Jika dibandingkan dengan data kematian yang berhasil dikumpulkan di tujuh provinsi per 9 Mei 2020, terlihat tren jumlah ODP/PDP yang meninggal lebih tinggi dibandingkan dengan laju penambahan kematian yang dites dengan hasil positif,” sebut Irma.

“Kondisi ini menunjukkan minimnya dan lambatnya pemeriksaan menyebabkan orang-orang yang diduga Covid-19 meninggal sebelum diperiksa,” imbuh dia.

Baca Juga: Sehabis Protes Tenaga Medis Lewat Tagar Indonesia Terserah, Seorang Perawat dalam Kondisi Hamil Meninggal Dunia dengan Status PDP Covid-19

Kapasitas tes Covid-19 Indonesia memang sangat rendah dan tidak sepadan dengan jumlah penduduk.

Sebagai perbandingan, di antara lima negara dengan jumlah penduduk terbanyak sedunia, kapasitas tes Indonesia paling rendah.

Berdasarkan data aktual Worldometers per Senin (18/5/2020), India dan Pakistan memeriksa 1,6 orang per 1.000 penduduk, Brazil memeriksa 3,4 orang per 1.000 penduduk, dan Amerika memeriksa 33 orang per 1.000 penduduk.

Instagram
Instagram

Ari Puspitasari, seorang perawat Rumah Sakit Royal Surabaya meninggal dunia dengan menyandang status PDP Covid-19, Senin (18/5/2020)

Bagaimana dengan Indonesia? Negara ini hanya sanggup memeriksa 0,6 orang per 1.000 penduduk.

Di region Asia Tenggara, Indonesia bahkan tertinggal jauh dari negeri jiran Malaysia yang memeriksa 13 orang.

Pertengahan Februari 2020, Kepala Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKP2KB) Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, dr Gigih Agustinus Teguh Santoso, mengutus timnya menuju Samarinda, Ibu Kota Kalimantan Timur.

Baca Juga: Kabar Gembira, Biarpun Kapasitas Tes Covid-19 Indonesia Tertinggal Jauh dari Malaysia, Jokowi Tak Masalahkan Pasar Ramai Kembali untuk Sambut Lebaran Tahun Ini

Dari Ujoh Bilang, Ibu Kota Mahakam Ulu, tim ini menggunakan speedboat menuju Pelabuhan Tering, Kabupaten Kutai Barat.

Mereka melintasi sungai, menyusuri hutan belantara, speedboat yang ditumpangi perlahan membela Sungai Mahakam yang keruh.

Lutfi Fauziah

Sebuah ketinting tambat di pinggir Sungai Mahakam di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalti

Butuh waktu sekitar lima jam mereka tiba di Pelabuhan Tering. Dari Tering butuh waktu delapan sampai 10 jam lagi menuju Samarinda menggunakan jalur darat.

“Waktu itu mereka diutus mengikuti rapat koordinasi persiapan pengendalian Covid-19 di Kantor Gubernur Kaltim. Waktu masih awal-awal, Indonesia belum ada kasus positif,” ungkap dr Teguh saat memulai cerita kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (19/5/2020).

Baca Juga: Angka Kematian Akibat Corona di Indonesia Disebut 3 Kali Lipat dari Data Resmi, Negara Terbesar di Amerika Selatan Masuk dalam Daftar 5 Negara Dunia Terparah Akibat Covid-19: Begini Penyebabnya

Sepulang dari rapat itu, Dinkes mulai membentuk tim. Tanpa pikir panjang tim bergerak keliling memberikan edukasi, menyemprot disinfektan dari rumah ke rumah, tempat ibadah, kantor pemerintahan dan membagikan vitamin bagi warga.

“Kami juga langsung memesan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tim medis waktu itu, untuk persediaan,” kata dia.

Pertengahan Maret 2020, kasus Covid-19 masuk di Kaltim. Pasien positif pertama di Samarinda diumumkan langsung Gubernur Kaltim, Isran Noor.

Setelah virus corona dianggap sudah menyebar di Kaltim, Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu langsung menerbitkan aturan buka tutup akses perbatasan.

Dalam Instruksi Bupati nomor 188.6/4714/DINKES-TU.P/IV/2020, tentang pengendalian penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dibuat aturan selama dua pekan akses perbatasan ditutup, satu pekan dibuka.

Begitu seterusnya berlaku sejak instruksi itu diteken 14 Mei 2020.

Baca Juga: Sehabis Protes Tenaga Medis Lewat Tagar Indonesia Terserah, Seorang Perawat dalam Kondisi Hamil Meninggal Dunia dengan Status PDP Covid-19

Dr Teguh menerangkan saat buka, masyarakat diizinkan melintas tapi selektif. Setiap orang yang masuk ke Mahakam Ulu harus melalui tes kesehatan.

Saat tutup, warga tak diperbolehkan keluar masuk kecuali urusan tertentu, seperti distribusi logistik, tenaga medis hingga pertahanan dan keamanan.

“Selebihnya kita larang. Sekarang pakai istilah PSBB, kami sudah terapkan lama di Mahakam Ulu,” kata dia.

Bagi kendaraan yang mengangkut barang melalui akses darat dari perbatasan Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara hanya diperbolehkan sopir dan kernet. Tidak diperkenankan membawa penumpang.

Baca Juga: Ayah Mertua Syahrini Jelas Punya Jabatan Lebih Tinggi dari Hary Tanoesoedibjo, Perempuan Tajir Ini Lantang Bilang Kekayaan Suami Incess Tak Sebesar yang Kita Bayangkan

Sopir yang bukan KTP Mahakam Ulu, hanya menurunkan barang ke tempat tujuan. Selanjutnya dijemput mobil dan sopir di Mahakam Ulu.

Pakai sistem transit. Sopir luar tak diperbolehkan masuk perkampungan warga dan dilarang menginap di pemukiman warga.

Sementara angkutan perahu bermotor seperti speedboat, longboat dan ketinting yang membawa barang hanya diperbolehkan motoris dan anak buah kapal (ABK).

Mereka hanya bisa menurunkan barang ditempat tujuan. Jika memungkinkan, mereka langsung kembali. Jika tidak, tak diperbolehkan menginap di perumahan warga, cukup di kapal saja.

Tim juga menyiapkan tempat karantina di lokasi khusus. Letaknya puluhan kilometer dari Ujoh Bilang.

Masyarakat yang melakukan perjalanan dari wilayah terjangkit di Kaltim, wajib di karantina ke lokasi tersebut.

Operasi masker dan social distancing rutin dilakukan. Jika ditemukan ada warga yang tak menggunakan masker diedukasi dan diberi masker. Giat tersebut masif digalakan sejak awal-awal.

Baca Juga: Raffi Ahmad Ngamuk Sejadi-jadinya Gara-gara Kelakuan Denny Cagur yang Satu Ini, Rupanya Ada Netizen yang Enggak Kebeli dengan Drama Mereka: Udah Jelas Settingan, Kalo Premium Warnanya...

Para pelaku perjalanan dari dan ke Mahakam Ulu selama pandemi berjumlah sekitar 4.000-an. Namun setelah dipantau tim gugus tugas selama 14 hari, tak satu pun terjangkit Covid-19.

Alhasil mereka kembali beraktivitas seperti biasa di masyarakat. “Sampai saat ini kami belum dapat keluhan masyarakat yang punya gejala sakit Covid-19. Kami enggak punya PDP. Apalagi positif,” tegasnya.

Selain antisipasi Pemkab Mahakam Ulu, dr Teguh menerangkan ada alam yang memberi perlindungan terhadap masyarakat Mahakam Ulu.

Letak yang jauh dari kabupaten lain di Kaltim, menyulitkan lalu lintas masyarakat keluar masuk sehingga tidak terjadi impor kasus.

“Kami beruntung. Karena batas wilayah tidak antar kampung. Tapi melewati hutan dan sungai. Jadi pintu-pintu masuk bisa dijaga sejak awal,” jelasnya.

Baca Juga: Pernah Terlontar Kalimat Dendam Pada Jokowi Saat Jalani Sidang Hukumannya, Habib Bahar bin Smith Kembali Ditangkap Seusai Bebas Beberapa Hari: Kembali Berani Lawan Pemerintah?

Selain itu, udaranya masih bersih. Hampir 30 persen tutup hutan masih utuh. Sehingga setiap harinya masyarakat menghirup udara bersih.

Lalu, suhu panas di Mahakam Ulu terbilang ekstrem. Siang hari, panasnya bisa mencapai 35 derajat. Ada hipotesis suhu panas tinggi bisa membunuh kuman atau virus.

“Masyarakat di sana juga punya tradisi nyiri (makan siri pinang). Siri itu antibiotik lokal. Bisa menahan bakteri dalam rongga mulut. Orang disini jarang sakit gigi,” jelas dia.

“Mungkin faktor alam yang melindungi dan mendukung kami dan budaya masyarakat yang mendukung sehingga virus tidak masuk,” sambung dia.

Baca Juga: Mbak You Sudah Ingatkan Prahara dalam Rumah Tangga Syahrini, Tiba-tiba Paranormal yang Satu Ini Kirim Pesan Menohok: Lelah dengan Semua yang Terjadi, Mungkinkah Jalan yang Terbaik Adalah Pergi?

Hingga kini, tak ada satupun warga di kabupaten termuda ini yang tertular Covid-19, meski sembilan kabupaten dan kota lain di Kaltim sudah terjangkit dengan total kasus 174 orang.

Kutai Barat yang jadi kabupaten terdekat, bahkan sudah transmisi lokal. Tapi, tidak dengan Mahakam Ulu yang jadi kabupaten pada 2013. (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya