Fotokita.net -Di luar negeri, memang lebih dikenal deodoran yang berbentuk roll-on atau spray untuk menghilangkan bau ketiak.
Namun, di Indonesia bentuk deodoran lebih beragam, ada yang berbentuk tawas kristal dan ada yang berbentuk bedak seperti yang dimiliki oleh perempuan asal Indonesia itu.
Alih-alih merayakan hari jadi di kamar Hotel W di Pulau Sentosa yang sudah dipesan, perempuan asal Indonesia yang bernama Sharonia Paruntu malah tertahan di penjara Singapura.
"Tiba-tiba saja pukul 09.30 pagu, sembilan polisi dan dua karyawan hotel masuk ke kamar saya," terang Sharonia mengawali cerita.
Pengalaman pahit diceritakan Sharonia Paruntu. Gadis asal Indonesia itu mengaku sempat mendekam selama 14 jam di penjara Singapura setelah disangka membawa dan menggunakan narkoba.
Diberitakan The New Paper Senin (25/11/2019), sumber petaka dari Sharonia rupanya adalah bedak ketiak, atau bedak tawas yang dicurigai sebagai bubuk narkoba.
Berkisah melalui Instagramnya, dia menuturkan kejengkelannya makin menjadi karena pada saat hari kejadian, 10 November, ternyata merupakan ulang tahunnya.
Polisi menyampaikan, pihak hotel menghubungi mereka karena melihat bubuk putih di kamar gadis Indonesia itu. Karyawan hotel melihat bubuk itu pukul 02.00 ketika mereka masuk ke kamar hotel untuk membukakan pintu kamar mandi.
Adapun staf hotel masuk setelah dua orang teman Sharonia dilaporkan tertahan karena kesulitan membuka pintu kamar mandi. Sharonia menjelaskan kepada polisi, bubuk tersebut adalag bedak ketiak untuk menjaga kesegaran ketiaknya agar tak bau.
Tetapi, polisi yang tidak percaya tanpa basa-basi langsung memborgol Sharonia dan tiga orang temannya. Mereka digiring ke kantor untuk diinterogasi.
Gadis yang sudah tinggal di Negeri "Singa" itu tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Sebab, polisi memperlakukannya seperti penjahat.
"Mereka memborgol saya dan teman-teman keluar dari kamar. Sungguh memalukan karena banyak tamu hotel yang melihat," keluhnya.
Dia mengungkapkan dimasukkan dalam sel, dan tidur di lantai seperti hewan, dan hanya mendapat makanan sekali.
"Anjing saya saja punya tempat tidur lebih layak dan diberi makan tiga kali sehari," ujarnya meluapkan kemarahan.
Sharonia Paruntu (kiri) meluapkan kemarahannya melalui Instagram setelah disangka membawa dan menggunakan bubuk narkoba yang rupanya adalah bedak ketiak atau bedak tawas (kanan) kepunyaannya
Selain itu, dia juga tak diizinkan untuk menghubungi pihak keluarganya. Untungnya, dia sempat mengirim pesan sebelum ditahan.
Polisi Singapura baru melepas dia dan temannya pada 11 November 01.43 setelah hasil uji laboratorium menunjukkan bubuk itu bukanlah narkoba.
Selain itu, hasil uji urine Sharonia dan teman-temannya juga menunjukkan mereka tidak mengonsumsi narkoba.
Manajemen hotel langsung mengajukan permohonan maaf kepada Sharonia dan keluarganya, setelah sang ibu melayangkan protes apa perlakuan mereka terhadap putrinya itu.
Pengacara kriminal Amolat Singh saat dimintai tanggapan berkata, polisi Singapura punya hak untuk menahan terduga kriminal maksimal 48 jam sejak investigasi awal.
“14 jam bukan sesuatu yang luar biasa. Kalau kita melihat situasi dan kondisi yang menyebabkan terjadinya penahanan, saya rasa wajar jika polisi curiga dan perlu mengambil tindakan sesuai dengan protokol," paparnya.
Seorang gadis asal Indonesia, Sharonia Paruntu, mengaku sempat ditahan 14 jam karena dikira membawa dan menggunakan narkoba.
Padahal, "narkoba" yang dimaksud adalah bedak ketiak atau bedak tawas. Namun, staf hotel tempat Sharonia menginap dan para polisi tidak memercayainya.
Baru setelah hasil uji laboratorium dan hasil tes urin keluar, Sharonia dan teman-temannya dilepaskan oleh polisi Singapura.
Di luar negeri, memang lebih dikenal deodoran yang berbentuk roll-on atau spray untuk menghilangkan bau ketiak.
Namun, di Indonesia bentuk deodoran lebih beragam, ada yang berbentuk tawas kristal dan ada yang berbentuk bedak seperti yang dimiliki oleh Sharonia.
Salah satu merek bedak ketiak yang paling terkenal di Indonesia mencantumkan triclosan, talcum dan parfum sebagai kandungan aktif di dalamnya.
Anda mungkin sudah tahu apa itu parfum, namun bagaimana dengan triclosan dan talcum yang merupakan komponen penting dari bedak ketiak?
Kondisi wilayah di Singapura yang diselimuti kabut asap, Minggu (15/9/2019). Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berimbas hingga ke Singapura dan membuat kualitas udara negara tersebut mencapai tingkat yang tidak sehat untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.
Database PubChem dari National Institutes of Health (NIH) menulis bahwa triclosan (C12H7Cl3O2) adalah sebuah kandungan yang biasa ditemukan dalam produk-produk kebersihan diri, seperti sabun, krim kulit, pasta gigi dan deodoran.
Bahan ini memiliki fungsi antibakteri dan antifungal sehingga sangat efektif untuk digunakan sebagai pencegah bau badan.
Ketika masih murni, triclosan berbentuk bubuk kristal berwarna putih yang memiliki sedikit bau dan bisa sedikit larut dalam air. Sementara itu, talcum (Mg3Si4O10(OH)2) seperti dilansir dari situs resmi Badan Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) juga merupakan bahan yang banyak digunakan dalam berbagai produk kosmetik, mulai dari bedak bayi hingga perona pipi.
Selain pada kosmetik, talc juga bisa ditemukan pada makanan dan permen karet atau pembuatan tablet obat.
Fungsinya sangat beragam, mulai dari menyerap kelembapan, membuat makeup menjadi lebih padat dan memperbaiki tekstur sebuah produk.
Ada banyak kekhawatiran terkait talcum, termasuk kaitannya dengan kanker. Namun, belum ada studi yang secara konklusif menunjukkan kaitannya.
Para ahli justru lebih mencurigai kontaminasi asbestos pada talcum. Untuk diketahui, baik talcum maupun asbestos merupakan mineral yang terbentuk secara alami dan bisa ditambang dari Bumi.
Mereka bisa ditemukan dalam jarak dekat antara satu sama lain di Bumi. Hal ini pun meningkatkan kemungkinan talcum terkontaminasi oleh asbestos.
Baca Juga: Benarkah Singapura Punya Kapal Selam yang Lebih Canggih Dibandingkan Indonesia?
Berbeda dari talcum yang hingga kini belum diketahui kaitannya terhadap kanker, asbestos telah dipastikan sebagai senyawa penyebab kanker (karsinogen).
Oleh karena itu, sangat penting bagi penambang talcum untuk berhati-hati dalam memilih lokasi penambangan dan melakukan tes yang memadai. (Ericsen/Sherine P/Kompas.com)