Alami Kekeringan Akibat Kemarau Panjang, Warga Desa di Boyolali Terpaksa Jual Kesayangannya Ini Demi Air Bersih

Jumat, 04 Oktober 2019 | 06:00
Zika Zakiya

Ilustrasi- Musim Kemarau

Fotokita.net - Sepanjang tahun 2019 Indonesia menghadapi kemarau yang lebih panjang dibandingkan waktu sebelumnya.Sejak awal BMKG telah menginformasikan musim kemarau akan lebih terik dan berlangsung lebih panjang tahun ini.

Kemarau panjang yang melanda Dukuh Sudimoro, Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Jawa Tengah, sudah terjadi sejak enam bulan terakhir, terhitung Mei 2019.

Selama ini warga lereng Gunung Merapi itu mengandalkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dari embung. Namun, sejak kemarau panjang melanda, sumber mata air di desa tersebut menyusut sehingga pasokan air bersih yang dialirkan ke rumah warga pun berkurang.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari selama musim kemarau, warga Desa Sudimoro harus merogoh kocek untuk membeli air bersih.

Baca Juga: Kemarau Panjang Tahun Ini, Puncak Gunung di Indonesia Munculkan Lagi Fenomena Unik Ini. Foto-fotonya Jadi Viral di Media Sosial

Pixabay
Pixabay

Ilustrasi melihat sapi

Warga Dukuh Sudimoro terpaksa harus menjual hewan ternak mereka untuk membeli air bersih yang langka karena kemarau panjang.

Salah satu warga RT 022 Dukuh Sudimoro, Sarni (42) mengaku sudah menjual dua ekor anak sapi perah miliknya untuk membeli kebutuhan air bersih selama musim kemarau.

Satu ekor anak sapi perah ia jual dengan harga antara Rp 5 juta- Rp 6 juta. Menurut dia kalau hanya mengandalkan susu perahnya tidak mencukupi kebutuhan.

Baca Juga: Jawa Masih Kemarau, Sementara Desa di Pelosok Sulawesi Tengah Ini Tersapu Banjir Bandang. Apa Penyebabnya?

KOMPAS.com/LABIB ZAMANI
KOMPAS.com/LABIB ZAMANI

Warga Dukuh Sudimoro, Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Boyolali, Jawa Tengah memberi pakan sapi miliknya, Kamis (3/10/2019). Sapi itu sebagian dijual untuk mencukupi kebutuhan air bersih selama musim kemarau.

"Kalau cuma mengandalkan hasil memerah susu tidak cukup. Jadi harus jual sapi yang masih kecil untuk menambah kebutuhan," ucap Sarni kepada Kompas.com di Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (3/10/2019).

Sarni mengatakan, uang dari hasil menjual sapi dia gunakan untuk membeli kebutuhan air bersih dan pakan ternak. Satu truk tangki air bersih ukuran 6.000 liter harganya antara Rp 280.000 - Rp 300.000.

Satu tangki bisa untuk 10 hari, kadang malah kurang tergantung kebutuhan. Selain air bersih, Sarni juga harus membeli kebutuhan pakan untuk 11 ekor sapi miliknya. Sehari kebutuhan pakan ternaknya mencapai ratusan ribu.

"Kalau ditotal dalam 10 hari itu pengeluaran mencapai Rp 3 juta. Uang itu untuk membeli air bersih, pakan sapi dan kebutuhan lainnya," ujar Sarni.

Sarni menyampaikan pernah mendapat bantuan air bersih dari pemerintah. Karena tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, Sarni memilih untuk membeli air bersih sendiri.

Baca Juga: Kemarau Panjang Menyerang, Persawahan di Brebes Tetap Bisa Mengairi Sawahnya. Foto-foto Ini Buktinya

KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Warga saat mengunjungi Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (15/9/2018). Akibat musim kemarau, air di Waduk Jatigede surut sekitar 300 meter dari empat bulan yang lalu dan menyebabkan puing-puing bangunan kembali muncul.

Warga lainnya, Sarwo (65) menyampaikan, kemarau tahun ini lebih lama dibanding tahun sebelumnya. Biasanya masuk Oktober sudah mulai turun hujan. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda hujan akan turun.

Menurut Sarwo, warga selama ini mengandalkan pasokan air bersih dari sumber mata air di embung tak jauh dari desa. Sejak kemarau panjang sumber air menyusut dan pasokan air berkurang.

"Sejak kemarau ini sumber air menyusut. Jadi untuk kebutuhan air bersih beli saya beli. Satu tangki harganya Rp 300.000," ujar dia. Selain untuk kebutuhan rumah tangga, air bersih yang dia beli juga untuk kebutuhan minum 11 ekor sapi perahnya.

Dalam sehari Sarwo bisa menghabiskan sekitar 25 liter air untuk sapi-sapinya. "Saya beli air itu sejak puasa. Karena puasa itu sudah tidak turun hujan sampai sekarang," ujar dia.

Baca Juga: Iklim yang Berubah, Apakah Kita Mau Berpangku Tangan Setiap Hadapi Kemarau, Kekeringan, dan Kebakaran Hutan?

Yunaidi Joepoet

Musim kemarau merontokkan dedaunan pohon di sekitar tambak-tambak Pabean Udik, Indramayu.

Ketua RT 022 Dukuh Sudimoro, Reno Suwiryo menuturkan, sejak kemarau melanda, warga mengandalkan kebutuhan air bersih dengan cara membeli.

Warga di RT 022 ada 37 kepala keluarga (KK) sebagian besar pekerjaannya adalah bertani atau memelihara ternak. Setiap musim kemarau tiba warga terpaksa menjual sebagian ternaknya untuk membeli kebutuhan air.

"Pasokan air bersih selama ini dari embung. Tapi sejak kemarau embungnya sudah kering sekarang. Tidak ada airnya," kata dia. (Labib Zamani/Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hadapi Kekeringan, Warga Boyolali Jual Sapi untuk Beli Air Bersih"

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya