Ibu Kota Pindah, Benarkah Pusat Pemerintahan Bakal Pakai Konsep Kota dalam Belantara demi Lestarikan Hutan Kalimantan?

Jumat, 16 Agustus 2019 | 19:51
ANTARA FOTO

Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Daerah yang menjadi bakal calon Ibu Kota Negara itu telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Mei lalu saat mengecek kelaikan lokasi terkait wacana pemindahan Ibu Kota Negara.

Fotokita.net - Presiden Joko Widodo telah meminta izin di hadapan seluruh anggota DPR RI Periode 2014-2019 di Kompleks Parlemen, Jumat (16/8/2019) terkait rencana pemindahan ibu kota negara.

Merunut ke belakang, Presiden sekitar Mei 2019 telah menyambangi dua lokasi yang digadang-gadang akan menjadi kandidat ibu kota baru, yaitu Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah dan Bukit Soeharto di Kalimantan Timur.

Selain di kedua wilayah tersebut, ada pula Kawasan Segitiga yang ramai diperbincangkan juga menjadi salah satu kandidat kuat. Kawasan segitiga merupakan kawasan yang berada di antara Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Gunung Mas, yang keseluruhannya di Provinsi Kalimantan Tengah.

Baca Juga: Jokowi Minta Izin Pindahkan Ibu Kota, Apakah Lokasi Ini yang Terpilih Jadi Pusat Pemerintahan?

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A

Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Daerah yang menjadi bakal calon Ibu Kota Negara itu telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Mei lalu saat mengecek kelaikan lokasi terkait wacana pemindahan Ibu Kota Negara.

Ada tujuh kriteria yang ditetapkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam menentukan lokasi ibu kota baru. Pertama, harus memiliki lokasi yang strategis, yaitu secara geografis terletak di tengah wilayah Indonesia.

Berikutnya, tersedia lahan luas milik pemerintah atau BUMN Perkebunan, untuk mengurangi biaya investasi. Lahan itu juga harus bebas dari potensi bencana seperti gempa bumi, gunung berapi, tsunami, banjir, erosi, dan kebakaran hutan dan lahan gambut.

Keempat, tersedianya sumber daya air yang cukup dan bebas pecemaran lingkungan. Kelima, harus dekat dengan kota eksisting yang sudah berkembang untuk efisiensi investasi awal infrastruktur, meliputi akses mobilitas/logistik seperti bandara, pelabuhan dan jalan; ketersediaan pelabuhan laut dalam yang sangat penting untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim melalui konektivitas tol laut antar pulau; dan tingkat layanan air minum, sanitasi, listrik, dan jaringan komunikasi yang memadai untuk dikembangkan.

Baca Juga: Dinilai Tak Layak Lagi Jadi Ibu Kota, Foto-foto Ini Bukti Jakarta Masih Bisa Dibanggakan Warganya

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A

Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Daerah yang menjadi bakal calon Ibu Kota Negara itu telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Mei lalu saat mengecek kelaikan lokasi terkait wacana pemindahan Ibu Kota Negara.

Selanjutnya, memiliki potensi konflik sosial rendah dan memiliki budaya terbuka terhadap pendatang. Terakhir, memenuhi perimeter pertahanan dan keamanan.

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selama ini berkantor di Jakarta akan dipindahkan ke sana. Pemerintah pun menyiapkan dua skenario pemindahan.

Pertama, apabila memindahkan semua ASN eksekutif, legislatif, yudikatif sekitar 1,5 juta orang, membutuhkan lahan 40.000 hektar.

Baca Juga: Foto-foto Udara Tunjukkan Lanskap Bukit Nyuling, Kandidat Ibu Kota Baru Kita

Kedua, apabila memindahkan sebagian ASN melalui skema right-sizing jumlah ASN sekitar 870.000 orang, maka diperkirakan membutuhkan 30.000 hektar. Dari dua skenario di atas, untuk skenario pertama dibutuhkan Rp 466 triliun, sementara skenario kedua memerlukan Rp 323 triliun.

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A

Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Daerah yang menjadi bakal calon Ibu Kota Negara itu telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Mei lalu saat mengecek kelaikan lokasi terkait wacana pemindahan Ibu Kota Negara.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan, pembangunan ibu kota baru akan mengusung konsep city in the forest. Artinya, konsep kelestarian lingkungan akan dikedepankan.

"Ini tentunya akan menjadi perhatian dunia karena kita akan bangun ibu kota negara di Kalimantan, tetapi kita pastikan akan membangun smart and forest city. Kita tidak akan merusak heart of Borneo," kata Basuki dalam keterangan resmi, Jumat (2/8/2019) lalu.

Terkait hal ini, Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Rudy S Prawiradinata dan Ketua Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Bernardus Djonoputro sepakat, bahwa Indonesia dapat berkiblat ke London, Inggris, dalam menghadirkan konsep city in the forest.

Baca Juga: Apakah Warga Jakarta Masih Juga Belum Sadar? Data dan Foto Ini Berkali-kali Tunjukkan Kualitas Udara Ibu Kota yang Tak Sehat!

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A

Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Daerah yang menjadi bakal calon Ibu Kota Negara itu telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Mei lalu saat mengecek kelaikan lokasi terkait wacana pemindahan Ibu Kota Negara.

"Saat ini, baru satu kota di dunia yang mengklaim sebagai forest city, yaitu London. London awalnya bukan kota hijau, namun kemudian didesain dan dikembangkan menjadi forest city," kata Rudy seperti dikutip dari laman Bappenas.go.id.

Bernardus mengungkapkan, ketika mendesain ibu kota negara sebagai city in the forest, cara pandang pemerintah harus keluar dari realita yang ada, yaitu tidak bisa hanya sebatas 'business as usual'.

Dalam hal ini, status ibu kota negara tak hanya cuma menjadi city in the forest, tetapi justru menjadi 'hutan' itu sendiri. Langkah itulah yang kemudian dilakukan Pemerintah London, yakni menjadikan kota tersebut sebagai taman nasional melalui sebuah gerakan bertajuk London National Park City.

Baca Juga: Jurnalis Foto Ini Rekam Kelakuan Warga Ibu Kota yang Bikin Kita Malu

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A

Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Daerah yang menjadi bakal calon Ibu Kota Negara itu telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Mei lalu saat mengecek kelaikan lokasi terkait wacana pemindahan Ibu Kota Negara.

"Gerakan dari akar rumput yang dimulai oleh masyarakat dan NGO untuk mempromosikan gaya hidup melestarikan alam ini di-launching pada 21 Juli lalu. Sangat berhasil dalam gerakan masyarakatnya, sampai Pemerintah London pun kini mengikuti dan mengadopsi ide tersebut," ungkap Bernie, Kamis (8/8/2019) lalu.

"London National Park City membuat London sebagai taman nasional. Bukan lagi sekadar membuat taman-taman di kota," imbuh dia. Dengan mengubah cara pandang tersebut, maka pemerintah dapat menyusun Key Performance Indicator (KPI) di luar dari kebiasaan.

Sebab, city in the forest nantinya bukan hanya sekedar konsep pengembangan kawasan, tetapi juga akan menjadi mindset masyarakat yang akan tinggal di dalamnya. "Bukan untuk mengurangi dampak saja, tapi justru untuk mengkontribusi pada perbaikan dan pelestarian hutan paru-paru dunia. Dibalik jadinya," ujarnya. (Dani Prabowo/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya