Ketika itu, Ricky bersama Bharada Richard Eliezer atau Bharada E sedang berada di luar rumah Magelang. Kedua ajudan Ferdy Sambo itu sedangsinggah di Masjid Agung dekat Alun-alun Magelang untuk menemui pamong atau pengasuh anak eks Kadiv Propam di SMA Taruna Nusantara.
Selagi menunggu, HP Bharada E berbunyi. Rupanya, Putri Candrawathi menelepon. Saat diterima, istri Ferdy Sambo menangis. Diameminta kedua ajudan tersebut segera pulang. Hanya sekitar 15 menit, Ricky dan Richard tiba di rumah mantan Kadiv Propam Polri di Puri Cempaka Residence, Banyurojo, Mertoyudan, Magelang.
Tak ada seorang pun yang dijumpai keduanya ketika masuk ke lantai 1 rumah Sambo yang bercat kuning gading dan cokelat itu. Setelah naik ke lantai 2, keduanya mendapati sisa-sisa ketegangan yang masih terasa di rumah itu.
Ricky melihat Susi, asisten rumah tangga keluarga Ferdy Sambo, menangis di ujung tangga. Sementara itu, Kuat Ma’ruf, sopir sekaligus ART kepercayaan Ferdy Sambo, berdiri di depan pintu kamar tempat Putri beristirahat.
“Ada apa, Om?” tanya Ricky kepada Kuat penuh penasaran. Di kalangan ajudan dan ART Sambo, Kuat dipanggil dengan sebutan ‘om’. Pria asal Banyumas, Jawa Tengah, itu memang sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarga Sambo. Kuat mengenal Sambo sejak bosnya itu menjabat Kasat V Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 2009.
Ricky lantas mendengarkan cerita apa yang terjadi dari mulut Kuat. Kuat mengaku sempat melihat Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, ajudan dan sopir Putri, berdiri di tangga. Namun, ketika ia hampiri, Yosua justru berlari menghindar sambil menangis. Kuat kemudian menyuruh Susi untuk memeriksa kondisi Putri. Susi mendapati Putri di kamar mandi dengan posisi tergeletak.
Namun tidak jelas peristiwa apa yang baru dialami Putri. Ricky mengatakan, sempat bertanya langsung kepada Putri. Namun Putri enggan berterus terang dan justru menanyakan keberadaan Yosua. Ricky pun lalu mengkonfirmasi kepada Yosua, yang sudah pergi ke rumah tetangga.

Begini posisi Putri Candrawathi saat bicara ke Brigadir J di kamar rumah Magelang. Pantas Kabareskrim bilang cuma Tuhan yang tahu.
“Ada apa,sih, Yos?” Ricky bertanya. “Nggak tahu, Bang, kenapa Kuat tiba-tiba marah dengan saya?” jawab Yosua. Yosua diberi tahu Ricky bahwa ia dipanggil Putri, namun menolak. Setelah dibujuk, Yosua akhirnya bersedia. Menurut Ricky, Yosua diajak bicara empat mata oleh Putri. Ia tak bisa menguping karena berjaga di dekat pintu kamar.
Kuat juga tidak menyebutkan perbuatan apa yang telah dilakukan Yosua kepada Putri. Sebelum kejadian menjelang petang hari itu, menurut Kuat, S memberi tahu dia bahwa Yosua sempat marah-marah dengan membanting pintu dapur. Namun ia menanggapi seadanya aduan Susi itu karena sibuk menelepon.
Setelah selesai menelepon di teras rumah, Kuat menengok ke dalam dan melihat dari balik kaca Yosua sedang turun dari tangga. Merasa ada sesuatu yang ganjil, Kuat meneriaki Yosua sambil menggedor-gedor kaca. Yosua, yang bergeming dari panggilan Kuat, berlari ke arah dapur yang tembus ke garasi mobil. Ketika berhadap-hadapan dengannya di garasi, Yosua berbalik sambil berlari.