
Istri dokter Achmad Yurianto ternyata punya profesi mentereng ini. Dia setia menemani suaminya yang meninggal di kampung halaman.

Istri dokter Achmad Yurianto ternyata punya profesi mentereng ini. Dia setia menemani suaminya yang meninggal di kampung halaman.
Yuri yang lahir di Malang pada 11 Maret 1962 tersebut sejak mahasiswa dikenal dekat dengan dunia semi militer. Yuri pernah menjabat sebagai Komandan Resimen Mahasiswa (Menwa) pada 1986 hingga 1988 dan bergabung dengan militer setelah lulus kuliah.Saat duduk di bangku kuliah, Yuri pernah menekuni profesi sebagai fotografer profesional dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Bahkan foto hasil jepretannya pernah ditawar dengan nilai yang cukup tinggi yakni pernah terjual dengan harga Rp75 juta. Yuri mengaku senang dengan fotografi, meskipun tak lagi menjadi fotografer hobi terus digeluti hingga akhir hayatnya.Semasa hidupnya, Yuri banyak berkarier sebagai dokter di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia mengawali kariernya sebagai Perwira Utama Kesehatan Daerah Militer V Brawijaya pada 1987. Kemudian pada 1991, mengabdi di Kesehatan Daerah Militer IX Udayana, Bali. Ia juga pernah dipercaya sebagai dokter di Dili, Timor Timur.Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Rumah Sakit tingkat II Dustira, Cimahi pada 2006, Wakil Kepala Kesehatan Daerah Militer IV Diponegoro Semarang pada 2008, Kepala Kesehatan Daerah Militer XI Pattimura, Ambon, pada 2009, hingga Kepala Dinas Dukungan Kesehatan Operasi Pusat Kesehatan TNI pada 2011.Yuri juga mengambil S2 Program Kajian Administrasi Rumah Sakit UI pada 1999. Pada tahun 2014, Yuri bergabung dengan Kementerian Kesehatan dan dipercaya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kesehatan. Mendiang juga pernah menduduki Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan.Sejumlah jabatan penting lainnya juga pernah diembannya, di antaranya Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (2020), Staf Ahli Menkes bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi (2020- hingga akhir hayatnya), hingga Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan (2021 hingga akhir hayatnya).
Achmad Yurianto ternyata punya banyak hobi. Jika membatik menjadi kegemaran barunya, lain hal dengan fotografi yang telah ditekuninya sejak di bangku kuliah. Tentu saja ketika itu masih menggunakan kamera analog, kata Yuri, yang pernah menjadi Komandan Resimen Mahasiswa Universitas Airlangga itu.

Istri dokter Achmad Yurianto ternyata punya profesi mentereng ini. Dia setia menemani suaminya yang meninggal di kampung halaman.
Selama 29 tahun ia pernah menjadi dokter militer dan sempat ditugaskan di 10 provinsi dan 14 kota di Indonesia sebelum bertugas di Kementerian Kesehatan. Ia pun sempat menjadi dokter Batalyon Infanteri 745/Sampada Yudha Bakti Dili, Timor Timur pada 1991. Yuri sempat menjadi Wakil Kepala Rumah Sakit tingkat II Dustira Kesdam III/Siliwangi di 2006.Nama rumah sakit militer yang dibangun pada 1887 itu lah yang kini menjadi nama salah satu kucing kesayangannya, sekaligus nama galeri seni yang didirikan istrinya, Dusty Handmade Craft.Ia juga sempat menjadi Wakil Kepala Kesehatan Daerah Militer IV/Diponegoro Semarang di 2008. Lalu menjadi Kepala Kesehatan Daerah Militer XI/Pattimura Maluku di 2009. Kesempatannya mengabadikan keindahan Indonesia pun ada dan sempat dimasukkan ke panoramio.com. Bahkan, salah satu fotonya yang menggambarkan kecantikan Pantai Liang di Maluku Tengah dibeli oleh salah satu agen perjalanan seharga Rp75 juta.“Sudah balik modal,” kata Yuri saat menceritakan Canon 5D Mark III yang menjadi senjatanya mengabadikan panorama-panorama cantik Indonesia yang kini lebih sering digunakan putranya.Yuri juga mengatakan senang membuat boneka berbahan kertas koran atau newspaper craft. Hobi yang satu itu tidak main-main karena hasilnya sudah kerap dijual di INACRAFT, ajang tahunan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (AEPHI) yang sudah barang tentu menampilkan produk-produk pilihan dengan kualitas terbaik.
Ia menyodorkan telepon genggamnya dan memperlihatkan beberapa foto. Terlihat boneka-boneka mungil yang sepintas terlihat seperti terbuat dari tembaga. Ada yang terlihat begitu mewah, ada pula yang terlihat imut-imut dengan sentuhan pakaiannya yang warna-warni.Yuri lalu menyodorkan foto boneka kertas nan cantik di dalam bingkai kaca, sambil bercerita karya seninya pernah terjual seharga Rp 300.000. “Boneka yang finishingnya bisa pakai cat metalik, lalu orang berpikir itu tembaga padahal bukan. Bahan bakunya mudah didapat, koran bekas, kain kasa, diakhiri dengan decopatcs,” ujar Yuri.

Istri dokter Achmad Yurianto ternyata punya profesi mentereng ini. Dia setia menemani suaminya yang meninggal di kampung halaman.