- Mudah stres.
- Sulit untuk berkonsentrasi.
- Tangan bergetar.
- Mudah pusing.
- Gangguan berkemih atau saat buang air besar.
Akan tetapi, menurut dr. Astrid, gejala-gejala di atas tidak melulu selalu menjadi tanda kondisi autoimun. Pemeriksaan dokter sangat dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Kembali ke cerita Andrea yang tengah berjuang melawan penyakit COVID-19 dengan kondisi autoimun yang dimilikinya. Sebetulnya, adakah kaitan antara keduanya?
Dokter Chaerunisa Utami menjelaskan, orang yang memiliki kondisi autoimun memang lebih rentan terkena coronavirus ketimbang orang lain yang tidak memiliki kondisi tersebut.
“Orang yang memiliki autoimun, kan, sistem imunnya rendah. Bahkan, sistem imunnya menyerang sel-sel dalam tubuh yang sebenarnya baik. Jadi, bukan tidak mungkin kondisi tersebut akan memburuk ketika ada virus corona dalam tubuh pasien, ” ujar dr. Chaerunisa seperti dikutip dari KlikDokter.
Namun, dr. Chaerunisa juga menegaskan, buruk atau tidaknya kondisi autoimun ini hanya bisa dipastikan lewat sejumlah tes yang dilakukan di rumah sakit.