"Aku akan memberi nama yang lebih bagus.. 'Kompas'. Tahu toh apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba.." ujar Soekarno.
Di saat terakhir, ketika dummy dengan logo Bentara Rakyat siap dicetak, usulan itu disampaikan.
Kemudian, ide nama dari Bung Karno itu diterima. Wartawan Kompas kala itu, Edward Linggar, langsung menyiapkan logo dalam semalam.
Logo itu disetujui Jakob dan Ojong, dan dipakai hingga sekarang, meskipun ada sejumlah perubahan kecil terkait tebal/tipisnya huruf.
Dengan kerja keras dan ketekunan, Jakob dan Ojong pun membesarkan Kompas hingga dikenal seperti sekarang.
Selain besar dari sisi bisnis, keduanya tetap menanamkan pentingnya nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik tinggi dalam setiap laporan yang ditulis Kompas.
Jakob selalu menekankan, pengembangan bisnis harus sejalan dengan kepercayaan pembaca.
Oleh karena itu, menjadi media yang dipercaya merupakan salah satu nilai yang dikedepankan.
Direktur Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Ronald Reagen mengatakan, almarhum pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama (88) dirawat sejak tanggal 22 Agustus 2020.