Namun, keduanya kemudian sepakat. Dengan catatan, koran baru itu bukan corong partai, berdiri di atas semua golongan, bersifat umum, dan berdasarkan kemajemukan Indonesia.
"Dia harus mencerminkan miniaturnya Indonesia," ucap Jakob saat itu. Ketika kesepakatan itu dicapai, maka dibentuklah Yayasan Bentara Rakyat.
Nama itu terinspirasi dari majalah Bentara yang populer di Flores. Sedangkan menurut Jakob, nama "Bentara" terinspirasi dari seorang penulis bernama Kanis Pari, yang sering menulis di majalah itu.
"Saya kagum pada konsistensi sikapnya tentang Indonesia," ujarnya.
Pemberian Bung Karno
Setelah ide disepakati dan rancangan dijalankan, tahap berikutnya adalah proses mendapatkan izin.
Salah satu persyaratan yang dilakukan dengan kerja keras adalah bukti adanya pelanggan, setidaknya berdasarkan 3.000 tanda tangan.
Berkat bantuan Frans Seda, persyaratan itu dipenuhi. Izin pun didapat. Meski begitu, masih ada semacam fatsoen politik yang harus dijalani.
Frans Seda merupakan anggota kabinet. Saat Presiden Soekarno mendengar bahwa Frans Seda akan membuat koran, Frans pun melaporkan rencana itu.
Saat ditanya tentang nama koran yang akan dibuat, Frans Seda menjawab, "Bentara Rakyat, Bung!" Rupanya, Bung Karno tidak keberatan dengan lahirnya koran itu.
Malah, Bung Karno menjadi sosok yang melahirkan nama koran yang kini menjadi koran terbesar di Indonesia.