Follow Us

Jejaknya Dirahasiakan Selama Puluhan Tahun, Berikut Kisah Pasukan Hantu Amerika yang Sukses Kelabui Militer Nazi dengan Cara Tak Terduga Ini

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 01 September 2020 | 20:25
Salah satu armada militer Ghost Army yang terbuat dari balon tiup untuk properti film.
YOUTUBE VOA NEWS

Salah satu armada militer Ghost Army yang terbuat dari balon tiup untuk properti film.

Ghost Army berpartisipasi dalam 21 misi di seluruh Eropa dari Juni 1944-Maret 1945.

Dipimpin Ralph Ingersoll mantan redaktur pelaksana majalah New Yorker, Ghost Army membodohi musuh dengan seolah-olah memiliki kendaraan lapis baja yang jauh lebih besar dengan 20.000 tentara.

Tampilan laman resmi situs web Ghost Army, untuk mengabadikan dan mengapresiasi perjuangan mereka di Perang Dunia II.
ghostarmylegacyproject.org

Tampilan laman resmi situs web Ghost Army, untuk mengabadikan dan mengapresiasi perjuangan mereka di Perang Dunia II.

Pekerjaan mereka dilakukan layaknya produksi film. Desainer kostum membuat seragam palsu, teknisi suara merekam efek suara yang menyerupai serangan tentara.

Sementara itu operator radio memberitakan serangan palsu dari divisi lapis baja.

Lalu salah satu yang paling menyita perhatian adalah armada militer yang berdiri gagah hanya dengan cara ditiup.

Ratusan tank karet, jip, truk, artileri, dan pesawat terbang dipompa dengan kompresor udara, tapi terlihat cukup asli untuk menipu pengintaian udara Nazi.

Baca Juga: Foto Pengumuman UGD RSUP Fatmawati Tutup Karena Banyak Petugas Kena Corona Jadi Omongan, Begini Kondisi Sebenarnya

Para aktor mengenakan lencana palsu di seragam mereka, berjalan-jalan ke bar lokal di dekat garis depan.

Mereka dengan percaya diri berbicara tentang manuver yang mengada-ada dan jenderal yang sebenarnya tidak ada.

Mereka tahu betul misinformasi itu akan sampai ke telinga mata-mata Nazi. Ghost Army tidak melewatkan satu pun detail kecil.

Mereka sampai menggunakan buldoser untuk membuat jejak palsu di sekitar tank karet. Siasat Ghost Army ini bukannya tanpa risiko.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Latest