"Kapal itu benar-benar hancur - kabin lounge, semuanya," Vincenco Orlandini, seorang anggota awak berusia 69 tahun, mengatakan kepada Al Jazeera.
"Aku mendengar ledakan dan aku terbang ke seberang lobi, lalu aku mendarat di karpet dan aku beruntung, kurasa itu menyelamatkanku."

Sebuah helikopter berusaha memadamkan api dalam ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon, pada 4 Agustus 2020.
Observatorium Seismologis Jordania mengatakan bahwa ledakan di Beirut setara dengan gempa berkekuatan 4.5 skala Richter.
"Ada korban dan korban di mana-mana - di semua jalan dan daerah dekat dan jauh dari ledakan."
Tiga jam setelah ledakan, yang melanda tak lama setelah 6 p.m. (1500 GMT), api masih berkobar di distrik pelabuhan, memancarkan cahaya oranye di langit malam saat helikopter melayang dan sirene ambulans terdengar di seluruh ibukota.
Satu sumber keamanan mengatakan para korban dibawa untuk dirawat di luar kota karena rumah sakit-rumah sakit Beirut sudah penuh dengan orang-orang yang terluka.
Ambulans Palang Merah dari utara dan selatan negara itu dan lembah Bekaa di timur dipanggil untuk mengatasi korban jiwa yang besar.
Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari menyatakan, ledakan yang terjadi di Beirut diduga disebabkan oleh bahan-bahan yang mengandung sodium nitrat yang terbakar.
Barang-barang itu disimpan di Pelabuhan Beirut. Ia menambahkan, sejauh ini belum ada keterangan resmi penyebab ledakan yang terjadi pukul 18.02 waktu setempat.
Sumber awal menyampaikan analisis bahwa ledakan terjadi di salah satu hangar besar yang menyimpan bahan-bahan rentan meledak yang disimpan di pelabuhan.