Follow Us

Punya Senjata Mematikan yang Bisa Bikin Indonesia Porak Poranda, Terungkap Akal-akalan Australia Ikut Musuhi Tiongkok di Laut China Selatan: Tak Ada Makan Siang Gratis

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 28 Juli 2020 | 14:07
ILUSTRASI. Kapal induk AS dan Australia di Laut China Selatan.
Australia Department Of Defence/via Kontan

ILUSTRASI. Kapal induk AS dan Australia di Laut China Selatan.

Selanjutnya masih ada perang siber terbuka yang merupakan serangan internasional yang didukung penuh oleh masing-masing negara, menyerang bisnis kecil sampai operasi pemerintah skala besar.

Tentunya, tanpa menyebut pun Australia sudah menunjuk satu negara yang sebabkan itu semua.

Baca Juga: Belum Lagi Urusan Laut China Selatan Kelar, Sungai Mekong Jadi Arena Konflik Baru Amerika dan Tiongkok

"Saat mereka bicarakan perilaku buruk yang terjadi di wilayah ini, aneksasi teritori, koersi, pengaruh politik lokal, penggunaan serangan siber, hanya 1 negara yang lakukan itu di level industri.

"Itulah China, yang sebabkan ini semua," ujar kepala Australian Strategic Policy Institute (ASPI), Peter Jennings kemarin.

Misil jarak jauh

Belanja militer paling boros yang dilakukan Morrison adalah Misil Jarak Jauh Penghancur Kapal atau LRASM tipe AGM-158C.

Baca Juga: Bikin Geger Gegara Marah-marah di Depan Anggota Kabinet, Kini Orang Nomor Satu Indonesia Ini Mulai Bisa Tersenyum, Ternyata Semuanya Bermula Dari Sini

Pembangunan di pulau karang Fiery Cross di Kepulauan Spratly, menurut citra satelit yang direkam pada 9 Maret 2017, yang dirilis oleh Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI).
CSIS/AMTI/Digital Globe/Reuters

Pembangunan di pulau karang Fiery Cross di Kepulauan Spratly, menurut citra satelit yang direkam pada 9 Maret 2017, yang dirilis oleh Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI).

Misil itu bisa ditembakkan dari udara maupun dari darat, dan memiliki jangkauan lebih dari 370 km.

Misil itu ramping dan cepat dan mudah dikendalikan.

Namun, risiko memiliki senjata mematikan itu adalah profil Australia di Indo-Pasifik sudah berubah seutuhnya.

Editor : Fotokita

Latest