Gadis blasetran Iran-Kurdi ini harus meninggalkan Iran Kurdistan karena alasan politik dan kebudayaan kala itu.
Mewarisi darah pejuang dari kakek dan ayahnya membuat Palani terdorong untuk memulai revolusi melalui aksi militan.
Pada 2014, wanita cantik ini keluar dari bangku kuliahnya, dan mulai melakukan perjalanan ke Suriah di usianya yang masih terbilang muda, 21 tahun.

Sniper cantik Joanna Palani.
Ia pun menceritakan bagaimana awal perjalanan, dan pelatihan yang diikutinya sebelum terjun ke garda terdepan untuk melawan ISIS.
"Saya ingat pertama kali saat menarik pelatuk dan merasak kekuatan dari sebuah senjata.”
“Saya tidak cukup bagus (memegang senjata) tapi saya sangat menyukainya."
"Saya menyukai kekuatan senjata itu, dan fakta bahwa kekuatan itu bukan dari senjata itu sendiri, tetapi pada orang yang memegang senjata itu.”
“Saya ingin menjadi lebih baik," jelas Palani seperti dikutip Grid.ID dari Dailymail.
Lebih lanjut, Palani menjelaskan bahwa dirinya sangat menyukai proses pelatihannya di kamp.
"Saya sangat menyukai pelatihan saya.”