Tak banyak yang bisa ia lakukan. Zakaryas pun belum tahu kapan akan kembali ke rumahnya yang rusak dilempari batu oleh massa kerusuhan.
Sejak Rabu (25/09), ia lantas memberanikan diri untuk berkeliling ke daerah di sekitar rumahnya yang menjadi lokasi kerusuhan untuk memeriksa situasi.
"Kulihat banyak rumah yang terbakar, masih mencekam. Tidak ada orang lewat-lewat, satu-dua-tiga orang, sementara ada beberapa orang di luar berjaga-jaga di depan rumah masing-masing dengan bawa alat-alat tajam," kisahnya.
Zakaryas pun mengutarakan pendapatnya, bahwa pada dasarnya tidak ada warga pendatang yang mencoba membuat masalah.
"Pendatang di sini itu tidak mau menyerang, kita cuma menyelamatkan diri untuk bertahan saja, tidak ada niat kita mau bikin apa," pungkasnya.
Sementara itu, seperti Zakaryas, Ronny Hisage - yang merupakan warga Papua - mengaku masih khawatir untuk beraktivitas di luar rumah. Pasalnya, sejumlah warga pendatang masih tampak berjaga di luar sambil membawa parang dan senjata tajam lainnya.
"Kemarin sempat saya mau beli sesuatu, cari kios, saya cari kios yang agak sedikit orang (pendatang)," tutur Ronny melaui sambungan telepon (26/09).
"Karena pas lagi banyak-banyak orang pada pegang alat tajam, pas kita lewat itu mereka macam lihat-lihat, tatap ke kami, terus diam. Makanya agak takut."
Dari pengamatannya, ia masih merasakan ketegangan hubungan antara warga Papua dan pendatang pascaricuh Senin lalu. "Kecurigaan itu sepertinya ada," ujarnya.