Menurut Bastoni, ada sedikit kesalahpahaman antarkelompok yang melakukan unjuk rasa terkait dengan hasil keputusan dari Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK dengan wadah pegawai KPK. ”Namun, bisa kami atasi situasinya dan sekarang ini situasi dalam keadaan kondusif,” ujarnya.
Pemasangan kain hitam terhadap tulisan dan logo KPK dilakukan sejak Minggu (8/9/2019) sebagai reaksi atas revisi Undang-Undang KPK yang dinilai sebagai bentuk pelemahan terhadap lembaga antirasuah tersebut. Aksi penutupan Gedung KPK secara simbolis dipimpin langsung Wakil Ketua KPK Saut Situmorang yang mengundurkan diri pada Jumat (13/9/2019) setelah DPR mengumumkan pimpinan KPK 2019-2023.
Selain mencopot kain hitam, massa juga melempar botol, bambu, kerucut lalu lintas, hingga batu ke arah gedung. Mereka pun membakar karangan bunga yang berada di depan KPK. Guna menghalau massa, polisi menembakkan gas air mata.
Tuntutan
Hingga saat ini, massa masih menyuarakan penuntutan. Juru bicara aksi Himpunan Aktivis Milenial Indonesia, Imam Rohmatulloh, mengatakan, Saut telah membunuh karakter dan merusak reputasi Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Firli Bahuri yang merupakan Ketua KPK terpilih. Mereka mengatakan, pernyataan Saut hanya omong kosong.
”Saut sama sekali tidak menyertakan fakta yang membuktikan bahwa dugaan pelanggaran etik telah diputus ataupun membuktikan bahwa pertemuan Firli dengan Tuanku Guru Bajang Zainul Majdi membahas perkara yang sedang ditangani KPK,” ujar Imam.
Untuk itu, Imam menuntut agar Saut dan wadah pegawai KPK menarik kembali pernyataan tersebut dan meminta maaf secara terbuka kepada Firli. Mereka juga menuntut KPK segera mengevaluasi seluruh unsur KPK agar terbebas dari segala kepentingan.