Follow Us

Kerap Terjadi Kecelakaan Fatal, Akankah Tabrakan Beruntun di Cipularang Bakal Dorong Perubahan Jalur Jalan Tol Angker Itu?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 03 September 2019 | 14:54
Tragedi kecelakaan beruntun di tol Cipularang, Jawa Barat.
WhatsApp

Tragedi kecelakaan beruntun di tol Cipularang, Jawa Barat.

Selain faktor jalan, ada pula faktor kelalaian pengemudi yang melanggar rambu lalu lintas.

Menurut Budi, kondisi jalan yang mulus dan lancar, seringkali membuat pengendara meningkatkan kecepatan laju kendaraannya.

Padahal, ada rambu yang mengatur batas kecepatan, yakni minimal 60 kilometer per jam dan maksimal 80 kilometer per jam. Diatur pula jarak aman 100 meter antar kendaraan.

Baca Juga: Tiru Konsep Hotel Kapsul, Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Sebut Kos Sleepbox Berbahaya. Begini Foto-foto Penampakannya

Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang
Kompas.com

Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang

“Kan kadang tidak dipatuhi, karena kondisi jalan mulus, nyaman, sehingga memacu kendaran setinggi-tingginya,” kata Budi.

Dengan kondisi itu, ketika ada rem mendadak, para pengemudi tidak bisa menghindar secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan tabrakan beruntun. “Kalau semua mematuhi lalu lintas, kecelakaan bisa diminimalisir,” kata Budi.

Baca Juga: Di Kutub Selatan Dokter Era Soviet Ini Terpaksa Operasi Dirinya Sendiri. Simak Kisah Heroiknya yang Dapat Pernghargaan Itu

Sejumlah pihak seperti Direktorat Pekerjaan Umum, Jasa Marga, kepolisian, dan sejumlah pakar pernah melakukan evaluasi dan penelitian di jalur tersebut. Evaluasi dititikberatkan pada kilometer 90 sampai kilometer 100 yang dipetakan rawan kecelakaan.

Salah satu korban selamat dari kecelakaan Tol Cipularang menceritakan bahwa mobil yang ia kendarai tertabrak kendaraan di belakangnya hingga terbang
Tribun Jabar/ Ery Chandra

Salah satu korban selamat dari kecelakaan Tol Cipularang menceritakan bahwa mobil yang ia kendarai tertabrak kendaraan di belakangnya hingga terbang

Pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ofyar Z Tamin mengatakan, mulai dari kilometer 100, kondisi jalan agak menurun.

Menurut dia, ketika jalan menurun akibat beban massa dari kendaraan, tanpa disadari kecepatan semakin bertambah tinggi.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest