Bekas Jerat Tali di Leher Brigadir J Dipatahkan Autopsi Ulang, Ahli Forensik Punya Jawaban Pamungkas, Foto Jenazah Anak Samuel Hutabarat Diunggah Lagi

Jumat, 26 Agustus 2022 | 11:39
Facebook

Ahli forensik punya jawaban pamungkas begini ketika bekas jerat tali di leher Brigadir J dipatahkan autopsi ulang. Foto jenazah Yosua diunggah.

Fotokita.net - Pengacara keluarga Brigadir Yosua atau Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak menduga, almarhum sempat dijerat dari belakang menggunakan tali sebelum meninggal dunia. Dugaan ini dilontarkan saat polisi merilis Brigadir J tewas dalam insiden baku tembak di rumah dinas Ferdy Sambo.

Kamaruddin menyampaikan dugaan jeratan tali di leher Brigadir J berdasarkan foto jenazah ajudan eks Kadiv Propam Polri. Dia mengungkap, ada goresan di leher anak Samuel Hutabarat itu.

Atas dugaan itu, Kamaruddin menolak hasil autopsi pertama. Dia meminta autopsi ulang terhadap jenazah Brigadir J. Namun, bekas jerat tali di leher Brigadir J dipatahkan autopsi ulang. Ahli forensik punya jawaban pamungkas. Foto jenazah anak Samuel Hutabarat diunggah lagi.

Kamaruddin Simanjuntak mengklaim menemukan bukti baru dari foto jenazah Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J. "Kami mendapatkan bukti lain, ternyata ada luka semacam lilitan di leher," kata Kamaruddin di Bareskrim Polri pada Rabu (20/7/2022).

Dia menduga Brigadir J sempat dijerat dari belakang. "Ada semacam goresan di leher dari kanan ke kiri, seperti ditarik pakai tali dari belakang dan meninggalkan luka dan memar," papar Kamaruddin Simanjuntak.

Setelah menemukan aneka kejanggalan pada luka di tubuh Brigadir J, keluarga mendesak agar dilakukan autopsi ulang oleh tim independen di luar Polri. Berdasarkan hal itu, penyidik menunjuk dokter forensik Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Ade Firmansyah Sugiharto untuk memimpin autopsi ulang. Autopsi kedua itu di RSUD Sungai Bahar, Muaro Jambi, pada Rabu, (27/7/2022).

Tim forensik ini merupakan gabungan dari tim forensik Polri, TNI, Ikatan Dokter Forensik Indonesia (IDFI), dan perguruan tinggi. Hampir enam jam lamanya tim tersebut melakukan autopsi ulang. Kamaruddin Simanjuntak, sempat membocorkan hasilnya melaluilive streamingdi kanal YouTube Hendro Firlesso.

Kamaruddin mengatakan, otak Brigadir J sudah pindah ke perut. Sedangkan lidah, paru-paru, dan jantung bersatu menjadi satu bagian. Kamaruddin juga bilang terdapat retakan-retakan dari leher mengarah ke bibir. Tulang di jari kelingking dan jari manis patah. Ada pula memar di punggung dan di kaki sebelah kiri Brigadir J. “Bagian kaki kanan Brigadir J ditemukan bengkok dan ini perlu kejelasan kenapa,” kata Kamaruddin seperti dikutip dari detikX.

Baca Juga: Hasil Autopsi Ulang Brigadir J Cuma Luka Tembak, Komnas HAM Sebut Ada Dokter Forensik yang Sampai Lakukan Begini Saat Diperiksa, Foto Sosoknya Dirahasiakan

Facebook

Ahli forensik punya jawaban pamungkas begini ketika bekas jerat tali di leher Brigadir J dipatahkan autopsi ulang. Foto jenazah Yosua diunggah.

Satu bulan kemudian, tim forensik gabungan menyerahkan hasil autopsi ulang jasad Brigadir J kepada Bareskrim Polri, pada Senin, (22/8/2022). Hasilnya cukup berbeda dengan versi pertama polisi dan keluarga Brigadir J. Dokter Ade menjelaskan, dari autopsi ulang yang dilakukan, tak ditemukan luka selain akibat tembakan senjata api.

“Saya bisa yakinkan, sesuai dengan hasil pemeriksaan kami, baik saat melakukan autopsi, pemeriksaan penunjang dengan pencahayaan, dan mikroskopik, bahwa tidak ada luka-luka di tubuhnya selain luka akibat kekerasan senjata api,” papar Ade usai menyerahkan hasil autopsi ulang kepada Bareskrim Polri.

Ade juga mengatakan ada lima luka tembak masuk ke tubuh Yosua dan empat luka tembakan keluar. Satu tembakan bersarang, yaitu di tulang belakang tubuhnya. Padahal, dalam hasil autopsi sebelumnya, disebutkan ada luka tujuh tembakan pada jasad Yosua. “Yang bersarang ada di dekat tulang belakang,” kata Ade.

Ade menjelaskan ada dua jari Yosua di tangan kiri yang patah, yaitu di kelingking dan jari manis, adalah akibat alur lintasan peluru. “Itu adalah arah alur lintasan anak peluru. Jelas sekali peluru keluar mengenai jarinya. Jadi itu memang alur lintasan. Kalau bahasa awamnya mungkin tersambar, ya. Seperti itu,” terang dokter forensik RSCM ini.

Kata Ade, tim forensikmemastikan tidak benar kabar yang mengatakan bahwa kuku Brigadir J dicabut. Kabar otak pindah ke dada dan ada korban tubuh yang hilang juga dibantah oleh Ade. Semua organ tubuh Brigadir J sudah dikembalikan ke tubuhnya.

“Jadi kita semua, apa yang didapatkan pada tubuh korban, yang jelas, sudah dikembalikan ke tubuh korban dan memang ada hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah adanya, misalnya, kebocoran karena banyak luka pada tubuh korban. Dan yang jelas, tidak ada organ yang hilang dan semua dikembalikan ke tubuh jenazah," terang Ade.

Kuasa hukum keluarga Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, menanggapi hasil autopsi ulang yang dilakukan tim dokter forensikterhadap jenazah Brigadir J.

Kamaruddin menolak hasil autopsi ulang tersebut yang menyatakan bahwa tidak ada luka lain di tubuh Brigadir J selain luka yang diakibatkan karena tembakan.

Kamaruddin menyebut hasil autopsi itu tidak benar. Ia masih meyakini bahwa ada penganiayaan terhadap Brigadir J sebelum korban tewas ditembak.

Baca Juga: Dituding Rekayasa Hasil Autopsi, Ini Sosok Dokter Forensik yang Tandatangani Surat Pengawetan Jenazah Brigadir J, Foto Profilnya Ditelusuri

Facebook

Ahli forensik punya jawaban pamungkas begini ketika bekas jerat tali di leher Brigadir J dipatahkan autopsi ulang. Foto jenazah Yosua diunggah.

Kamaruddin meyakini ada penganiayaan yang dialami Brigadir J. Kamaruddin berangkat dari pengakuan salah satu dari lima tersangka kasus pembunuhan berencana tersebut.

"Yakin (ada penganiayaan), tersangka telah mengakui melakukan penganiayaan," kata Kamaruddin saat dihubungi melalui pesan singkat pada Selasa (23/8/2022).

Ketika ditanya siapa tersangka yang telah mengakui melakukan penganiayaam terhadap Brigadir J itu, Kamaruddin menyebut nama Bharada E atau Bharada Richard Eliezier Pudihang Lumiu. "Tersangka Bharada E," ujar Kamaruddin singkat.

Namun, Kamaruddin meragukan hasil autopsi ulang Brigader J tersebut. Sebab, dari pengakuan tersangka yang sudah menjalani pemeriksaan penyidik, telah mengakui ada penganiayaan terhadap Brigadir J.

"Karena, si tersangka atau pelaku mengatakan dianiaya dulu, jambak-jambak dulu," kata Kamaruddin dikutip dari Tribunnews pada Selasa (23/8/2022). "Sedangkan dokter mengatakan tidak ada penganiayaan. Berarti kan berbeda nih, keterangan dokter dengan tersangka, kan."

Selain itu, Kamaruddin mengatakan bahwa penjelasan dokter forensik mengenai hasil autopsi Brigadir J tidak detail. Padahal, kata dia, dua dokter perwakilan keluarga korban yang ikut dalam autopsi ulang menemukan adanya luka selain luka tembakan.

Ia menyebut terdapat luka di lipatan kaki yang kondisinya bahkan sampai mengeluarkan darah. Termasuk kaki korban yang bengkok alias tak dapat diluruskan.

"Orang lipatan kakinya berdarah, peluru mana itu yang menyambar kakinya. Ada enggak dijelaskan kakinya kenapa bengkok? Berarti kan peluru mana yang bisa bikin bengkok, kan gitu kalau enggak ada penganiayaan," ujar Kamaruddin.

"Ada nggak dijelaskan kenapa engsel kaki kirinya kenapa berlubang? Berarti kan belum jelas, berarti kan lebih jelas temuan dokter saya dibandingkan dengan ini kan,yang saya titipkan dua orang itu, berarti ini malah tambah tidak jelas," tegas Kamaruddin.

Baca Juga: Tudingan Penganiayaan Gugur, Perbedaan Hasil Autopsi Ulang dengan RS Polri Cuma Ada di Jumlah Luka Ini, Foto Jenazah Brigadir J Disimpan Rapat

Facebook

Ahli forensik punya jawaban pamungkas begini ketika bekas jerat tali di leher Brigadir J dipatahkan autopsi ulang. Foto jenazah Yosua diunggah.

Bekas jerat tali di leher Brigadir J dipatahkan hasil autopsi ulang. Ahli forensik punya jawaban pamungkas begini. Foto jenazah anak Samuel Hutabarat diunggah lagi oleh keluarga almarhum.

Tim yang mengautopsi ulang juga menjumpai tingkat kesulitan tinggi. Sebab, kondisi jenazah Yosua sudah diformalin, membusuk, serta sulit mengidentifikasi penyebab luka.

Menurut dokter Ade, tim forensik juga menjumpaikondisi jenazah pascakematian yang mengalami perubahan-perubahan, seperti lebam, yang menandakan proses pembusukan, serta tanda kemerahan akibat pembusukan sel darah merah.

“Perubahan kondisi jenazah setelah kematian, orang awam akan melihat dan menganggapnya sebagai luka sebelum kematian. Secara makroskopik akan terlihat seperti luka, tetapi secara mikroskopik akan berbeda.”

Ade mencontohkan memar pada bagian bawah kelopak mata bagian kanan jenazah Yosua itu terdapat dua kemungkinan, yakni resapan darah yang diakibatkan oleh luka tembak atau memar akibat benda tumpul.

Perbedaan hasil autopsi atau visum et repertum pertama dan kedua bisa saja terjadi karena ada interpretasi yang berbeda, khususnya tentang lintasan anak peluru yang masuk ke tubuh. Ini menurut ahli kedokteran forensik Medikolegal, dr Budi Suhendar.

“Ini dapat saja terjadi, karena ada interpretasi berbeda terkait lintasan anak peluru yang masuk ke tubuh. Mungkin di pemeriksaan pertama ada yang diinterpretasikan sebagai luka tembak masuk lain, tapi di tempat yang sama pada pemeriksaan kedua diinterpretasikan sebagai satu kesatuan lintasan anak peluru,” ujar dokter Budi kepada wartawan detikX, Kamis, (25/8/2022).

Budi melanjutkan, karena itu tinggal pihak penyidik yang akan memilih mana hasil autopsi yang paling sesuai dengan alat bukti yang ditemukan. Dia menduga, tidak adanya luka selain luka tembakan itu maksudnya adalah luka-luka dan sebab kematian yang ditemukan terkait peristiwa pidana saat itu. “Hal lain yang ditemukan pada tubuh tetap akan tercatat, namun tidak terkait perlukan pada peristiwa pidananya,” jelas Budi.

Soal tudingan keluarga Yosua yang menyebutkan ada penyiksaan sebelum korban tewas ditembak, Budi menyebut, sudah masuk dalam ranah hukum. Penyidik akan mengkonstruksikan kasus itu sesuai dengan temuan pemeriksaan dan alat bukti lainnya. “Jadi kedokteran forensik tidak akan masuk pada kesimpulan ranah hukumnya, yang merupakan kewenangan penegak hukum,” pungkas Budi.

Baca Juga: Adik Brigadir J Diminta Tanda Tangan Hasil Autopsi, Keluarga Beberkan Alasan Harus Lihat Jenazah Terakhir Kalinya, Foto Almarhum di Peti Mati Banjir Simpati

Facebook

Ahli forensik punya jawaban pamungkas begini ketika bekas jerat tali di leher Brigadir J dipatahkan autopsi ulang. Foto jenazah Yosua diunggah.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya