Pajang Foto Megawati di Rumahnya, Ini Jawaban Tjahjo Kumolo Soal Jokowi Dimaki-maki Ketum PDIP

Jumat, 01 Juli 2022 | 17:50
Matra

Tjahjo Kumolo beri jawaban begini soal Presiden Jokowi dimaki-maki Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Fotokita.net - Menteri PAN-RB Tjahjo Kumolo meninggal dunia di usia 64 tahun. Mantan sekjen PDI Perjuangan (PDIP) ini tutup usia karena komplikasi penyakit diabetes dan infeksi paru-paru. Ternyata Tjahjo memajang foto Megawati Soekarnoputri di rumahnya. Ini jawaban Tjahjo Kumolo soal Presiden Jokowi dimaki-maki Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati.

Kepergian Tjahjo Kumolo sudah membuat hati Megawati Soekarnoputri berduka. Sebab, Megawati Soekarnoputri juga menjadikan Tjahjo sebagai salah satu orang kepercayaannya. Hal itu terbukti saat Megawati menunjuk Tjahjo sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP PDIP (2005-2009) dan Ketua DPP PDIP Bidang Politik-Pemenangan Pemilu. Pada Kongres III PDIP pada 2010, Tjahjo ditunjuk oleh Megawati sebagai Sekjen PDIP periode 2010-2015.

Menjadi tangan kanan Ketum PDIP, Tjahjo Kumolo bangga memajang foto Megawati di rumahnya. Begini jawaban Tjahjo soal kabar Presiden Jokowi dimaki-maki Ketum PDIP Megawati.

Sebelum disalatkan di masjid KemenPAN-RB, jenazah Tjahjo Kumolo sempat disemayamkan dirumah duka di Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan pada Jumat (1/7/2022) sore.

Peti jenazah Tjahjo Kumolo diselimuti bendera Merah Putih.Lantunan tahlil pun menggema mengiringi pelepasan jenazah Tjahjo Kumolo dari rumah duka.

Mendengar kabar duka, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Tjahjo Kumolo. Sandiaga juga mengunggah foto almarhum melalui akun media sosial miliknya.

"Inalillahi wa'inailaihi roji'un, Indonesia kembali berduka, telah berpulang sahabat saya Bapak Tjahjo Kumolo di usia 64 tahun."

Baca Juga: Naik Rp 400 Juta, Begini Rincian Harta Tjahjo Kumolo yang Jadi Warisan Keluarga, Foto Menteri Paling Miskin di Kabinet Jokowi Dibanjiri Doa

"Kerja keras dan segala jasa yang telah diberikan almarhum sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi Indonesia akan menjadi semangat dan motivasi bagi kita untuk terus berupaya membangun negeri ini.

Doa terbaik dari lubuk hati saya dan jutaan masyarakat Indonesia. InsyaAllah almarhum husnul khotimah, meninggal dunia tepat pada hari baik, di hari Jumat. Semoga segala amal kebaikan almarhum diterima oleh Allah SWT. Serta keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran. Aamiin Yarabbal’alamin."

Tjahjo Kumolo lahir di Solo, Jawa Tengah, 61 tahun silam. Ia merupakan anak dari seorang aktivis kemerdekaan, almarhum Bambang Soebandiono dengan pangkat terakhir Letnan Satu, dan besar di Semarang.Sedangkan ibunya adalah almarhum Toeti merupakan figur yang mengajari Tjahjo Kumolo.

Dari SD hingga perguruan tinggi ia tempuh di Semarang. Tjahjo lulus sebagai sarjana Fakultas Hukum Universitas Diponegoro pada 1985. Pada 1994, Tjahjo melanjutkan pendidikannya di Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas).

Lambang moncong Putih menjadi simbol pagar huniannya yang asri, seluas 600 meter persegi itu. Kediamannya di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan tak begitu luas.

Yang menarik, beberapa foto Megawati Soekarnoputri mewarnai ruang keluarga ini. Selain lukisan foto Megawati yang memakai baju tentara, terdapat foto lukisan Taufiq Kiemas sedang memeluk Mega.Lukisan Megawati-Taufiq Kiemas yang sangat besar terpajang di salah satu sudut ruangan.

Dekat ruangan keluarga, terdapat kolam renang. Seperangkat wayang kulit tua serta sekitar 40 replika pesawat yang pernah dinaikinya tertata apik.Selain harimau yang telah diawetkan dengan air keras, tergeletak berbagai patung dan lukisan yang menjadi aksesoris ruang tamu.

Terdapat pula studio musik yang dilengkapi seperangkat alat musik modern.Di lantai atas, tersedia ruangan fitnes tempat Tjahjo berolahraga malam hari.Ada musala keluarga berdinding gambar Ka’bah besar.

Baca Juga: Simak Biodata Tjahjo Kumolo yang Hobi Berburu Benda Gaib Ini, Foto Menteri Jokowi Dibanjiri Belasungkawa

Matra

Tjahjo Kumolo beri jawaban begini soal Presiden Jokowi dimaki-maki Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Ada ruangan seluas 20 meter persegi yang berpenyejuk udara itulah, dia bisa tidak keluar dari ruangan. Penggemar fotografi yang suka bercerutu ria, bisa berlama-lama berkomunikasi dengan koleksi kerisnya.

Tjahjo senang mengamati, batuan, melihat cincin koleksinya, memandang lukisan, sambil mengamati keris.Ia membersihkan keris, memandang dan mengagumi artistik, ulir serta lup karya empu tantular jaman dulu. “Dan, kadang berdialog,” katanya pelan.

Walau tidak pernah menganggap keris sebagai benda keramat dan mengkultuskan sebagai benda, pria beragama Islam ini percaya bahwa keris bernuansa “gaib”. Tjahjo juga mengaku punya komunitas dan guru spiritual.

Saat menjadi mahasiswa, ia juga aktif berorganisasi. Sebut saja pernah jadi Ketua Biro Organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Dari I Jawa Tengah, lalu naik menjadi Ketua DPD KNPI dan Sekjen KNPI Dari I Jateng. Ia juga aktif di organisasi Pemuda Panca Marga (PPM).

Setelah lulus kuliah, Tjahjo mulai aktif di politik. Ia memulai karier politiknya lewat Golkar dan pernah menjadi anggota parlemen di usia yang cukup muda, yakni 30 tahun. Namun, ia kemudian hengkang dari Partai Beringin itu dan hijrah ke PDIP saat era reformasi.

Pada Pemilu 1999, ia mencalonkan diri sebagai anggota dewan dari PDIP, dan berhasil melenggang ke Senayan. Di periode 1999-2002, Tjahjo dipercaya menjadi Wakil Sekretaris Fraksi PDIP DPR RI, lalu jadi Sekretaris Fraksi PDIP DPR pada 2002-2003.

Bapak tiga anak ini kembali terpilih sebagai anggota dewan pada Pemilu 2004 dan bertugas di Komisi XI dan anggota BKSAP DPR RI. Ia juga dipercaya menjadi Ketua Fraksi PDIP DPR pada periode 2004-2009.

Keberhasilan PDIP membawa Jokowi memenangi Pilpres 2014 semakin melejitkan kariernya. Jokowi meminta bantuan Tjahjo sebagai Menteri Dalam Negeri.

Baca Juga: Foto Megawati Bersanding Taufiq Kiemas Masih Tersimpan, Dijodohkan Sosok di Balik Layar Politik Keluarga Soekarno

Matra

Tjahjo Kumolo beri jawaban begini soal Presiden Jokowi dimaki-maki Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Ia kini dipercayakan lagi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai menteri. Jika sebelumnya ia menjadi Menteri Dalam Negeri, kini ia ditunjuk sebagai menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi (PAN-RB).

Pajang foto Megawati di rumahnya, begini jawaban respons Tjahjo Kumolo soal kabar Presiden Jokowi dimaki-maki Ketum PDIP Megawati.Megawati Soekarno Putri yang disebut dalam rekaman percakapanantara Ketua DPR, Setya Novanto bersama pengusaha minyak M Riza Chalid dan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.

Dalam rekaman yang diputar di sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) kemarin, suara yang diduga milik Riza Chalid menyebut Presiden Joko Widodo sempat dimaki oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Sebab, Jokowi menolak pengangkatan Budi Gunawan sebagai kepala Polri.

"Di Solo ada… ada Surya Paloh, ada si Pak Wiranto pokoknya koalisi mereka. Dimaki-maki Pak, Jokowi itu sama Megawati di Solo. Dia tolak BG. Gila itu, saraf itu," kata Riza. "Padahal, ini orang baik kekuatannya apa, kok sampai seleher melawan Megawati. Terus kenapa dia menolak BG,"tambah dia.

Percakapan antara Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto bersama pengusaha minyak M Riza Chalid dengan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin tak melulu soal saham. Setya dan Riza juga membicarakan soal sifat Jokowi yang dikenal keras kepala.

Saking keras kepalanya, Jokowi bahkan disebut berani melawan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dan Komjen Budi Gunawan. Cerita Jokowi melawan Megawati ini terjadi saat pencalonan Budi Gunawan sebagai kepala Polri.

Saat itu, Jokowi akhirnya membatalkan pencalonan Budi karena mantan ajudan Megawati itu ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di dalam rekaman percakapan yang diperdengarkan di sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Rabu (2/12/2015), Riza menyebut Jokowi habis dimarahi Megawati akibat keputusannya itu.

"Di Solo ada… ada Surya Paloh, ada si Pak Wiranto pokoknya koalisi mereka. Dimaki-maki Pak, Jokowi itu sama Megawati di Solo. Dia tolak BG. Gila itu, saraf itu," kata Riza. "Padahal, ini orang baik kekuatannya apa, kok sampai seleher melawan Megawati. Terus kenapa dia menolak BG,"tambah dia.

Baca Juga: Foto Puan Maharani Tanam Padi Disentil Susi Pudjiastuti, Rupanya Mantan Menteri KKP Sampai Mohon-mohon ke Megawati Lakukan Ini

Riza pun bercerita soal kedekatannya dengan Kapolda Papua saat Pemilihan Presiden 2014 lalu, Irjen Tito Karnavian.

"Kapolda Papua itu kan sahabat saya, sahabat deket," ungkap dia. Namun, Tito akhirnya digeser Jokowi menjadi Kapolda Metro Jaya. Padahal, Budi Gunawan yang saat itu menjadi Kepala Lemdikpol ingin agar orang lain yang menempati posisi itu.

"Tito. Akhirnya ditarik ke Jakarta supaya nggak menyolok, jadi Asrena. Sekarang Papua sudah jalan, kasih hadiah sama Jokowi. Padahal maunya Jakarta bukan dia. Pak BG maunya bukan Tito. Pak BG maunya Pak Budi. Tapi, Budi ditaruh Bandung. Tito Jakarta. Yang minta Jokowi,"kataRiza.

"Jawa Barat ha-ha-ha," kata Setya. "Gila Pak. Alot Pak orangnya, Pak," kata Riza. "Pengalaman itu, maksudnya saya pengalaman itu. Jadi kita harus pakai akal. Kita harus pakai ini. Kuncinya kan ada kuncinya. Kuncinya kan ada di Pak Luhut, ada saya. Nanti lempar-lemparan. Ada dia strateginya. Cek gocek,"kata Setya.

Mendengarkan cerita Setya dan Riza panjang lebar soal Jokowi, Maroef hanya memberikan respons singkat.

Saat ditanya wartawan, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menolak berkomentar terkait nama Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

"Saat ini saya belum mau berkomentar," kata Tjahjo saat ditemui di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (3/11/2015). Mantan Sekjen PDI-P itu enggan berkomentar lebih jauh dan langsung masuk ke dalam gedung untuk menjadi pembicara dalam acara seminar nasional.

Baca Juga: Berani Mati Demi Nyawa Jokowi di Ukraina, Jenderal Kopassus Ini Dimutasi ke Kalimantan, Foto Sosoknya Jadi Sorotan

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya