MUI Minta Museum Holocaust di Sulut Dihancurkan, Foto Komunitas Yahudi Manado Jadi Sorotan

Selasa, 01 Februari 2022 | 16:44
AFP

Seorang umat Yahudi memasuki sebuah sinagoge di Tondano, Sulawesi Utara, Selasa (4/3/2019). Dari 260 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 200 orang Yahudi tersisa, yang berjibaku dengan 'keresahannya' menjalani hidup di antara pemeluk enam agama yang sah diakui negara.

Fotokita.net -Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi meminta Museum Holocaust Yahudi di Sulawesi Utara dihancurkan. Foto komunitas Yahudi Manado menjadi sorotan publik.

Majelis Umum PBB menetapkan 27 Januari sebagai hari peringatan internasional untuk menghormati para korban holocaust, yang juga dikenal sebagai Hari Peringatan Holocaust Internasional. Pada 27 Januari 1945, pasukan Uni Soviet memukul mundur pasukan Jerman dan masuk ke kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia. Lebih satu juta orang dibunuh di kamp konsentrasi ini.

Peringatan Holocaust ini pun diikuti oleh negara-negara lainnya, termasuk negara-negara di Eropa.

Pada 20 Januari 1942, para pejabat tinggi Nazi menggelar rapat kordinasi di sebuah vila di tepi danau Wannsee di Berlin untuk membahas pembunuhan sistematis sekitar 11 juta orang Yahudi di Eropa.

Hadir dalam rapat itu antara lain Kepala Staf Keamanan Nasional Reinhard Heydrich, pimpinan milisi Nazi SS Heinrich Himmler, perwira tinggi SS Adolf Eichmann, dan Kepala Biro Perencanaan Hermann Gring.

Untuk memperingati peristiwa genosida ini, Duta Besar Jerman untuk RI, Ina Lepel, mengumumkan pembukaan Museum Holocaust Yahudi di Indonesia. Museum itu dibangun di Minahasa, Sulawesi Utara.

Hal itu disampaikan langsung oleh Lepel dalam unggahannya di akun Twitter resminya, @GermanAmbJaka. Dia menyampaikan museum itu dibuka bertepatan dengan Hari Peringatan Holocaust Internasional.

Baca Juga: Jarang Tersorot Kamera, Umat Yahudi di Indonesia: Orang Tak Bisa Bedakan Yahudi dan Israel

"Suatu kehormatan berada di Minahasa dan berbicara pada pembukaan Museum Holocaust pada InternationalHolocaustRemembranceDay (27 Jan). Jerman akan selalu mendukung peringatan terhadap 'pelajaran universal' ini dan berdiri melawan rasisme, anti-Semitisme, dan segala bentuk intoleransi," tulis Lepel, seperti dilihat pada Kamis (27/1).

Dia menyebut museum ini juga yang pertama di Asia Tenggara. Museum ini dibuka atas inisiatif komunitas Yahudi.

"Museum sejenis ini dibuka untuk pertama kalinya di Asia Tenggara atas inisiatif komunitas Yahudi di sini. Kita harus terus mengingat kejahatan luar biasa yang terjadi dalam holocaust. Jika tidak, kita berisiko mengulangnya lagi. Namun, jika kita ingat, kita bisa menjadi sangat waspada dan langsung bertindak apabila muncul tanda-tanda kebencian rasisme dan anti-semitisme," tuturnya.

Lepel menilai museum yang didirikan ini sebagai perkembangan yang sangat baik. Khususnya bagi pemuda untuk proses pembelajaran sejarah.

AFP
040338+0000

Seorang rabi, Yaakov Baruch (kiri) memegang sebuah menorah (lambang suci bagi umat Yahudi) di sebuah sinagoge di Tondano, Sulawesi Utara, Selasa (4/3/2019). Dari 260 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 200 orang Yahudi tersisa, yang berjibaku dengan 'keresahannya' menjalani hidup di antara pem

"Pendirian museum ini merupakan perkembangan yang sangat baik. Khususnya museum akan menyasar anak muda sebagai sebuah pengalaman pembelajaran. Saya sangat senang bisa mengunjungi museum ini," kata Lepel.

Namun museum Nazi ini ditolak oleh Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi. Dia menyatakan pembangunan Museum Holocaust Yahudi di Sulawesi Utara merupakan pelanggaran nyata terhadap konstitusi. Muhyiddin meminta pemerintah menghancurkan bangunan museum tersebut.

"Pemerintah Indonesia harus segera mengambil tindakan tegas dan menghancurkan bangunan museum tersebut karena itu bentuk provokatif, tendensius, dan menimbulkan kegaduhan baru di tengah masyarakat," ujar Muhyiddin kepada wartawan, Selasa (1/2/2022).

Baca Juga: Keturunan Yahudi, Foto Ibunda Yapto Soerjosoemarno Bareng Ahok Beredar, Dulu Bela Merah Putih di Ajang Ini

AFP
040338+0000

Sejumlah umat Yahudi beribadah di sebuah sinagoge di Tondano, Sulawesi Utara, Selasa (4/3/2019). Dari 260 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 200 orang Yahudi tersisa, yang berjibaku dengan 'keresahannya' menjalani hidup di antara pemeluk enam agama yang sah diakui negara.

Muhyiddin menilai pembangunan museum holocaust di Indonesia tidak penting. Dia justru menyarankan pemerintah untuk membangun museum kebiadaban penjajah Belanda.

"Adalah sangat tepat jika Indonesia membangun museum sejarah kebiadaban Israel terhadap bangsa Palestina di Jakarta sebagai bentuk solidaritas dan dukungan Indonesia atas perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan dari Zionis yang terus mendapatkan aliran dana tanpa batas dari negara adi daya dan sekutunya," ujar Muhyiddin.

Populasi orang Yahudi di Indonesia memang sangat sedikit. Jumlahnya, sekitar 200 orang. Mereka yang tersisa adalah keturunan pedagang dari Eropa dan Irak yang dikisarkan berjumlah beberapa ribu sebelum Perang Dunia II dan merasa "nyaman" untuk menunjukkan iman mereka.

Saat ini, umat Yahudi yang tersisa ini tinggal di sejumlah tempat di Tanah Air. Salah satunya, Manado, di utara Pulau Sulawesi. Beberapa waktu lalu, kantor berita AFP dan BBC Indonesia menurunkan beberapa liputan yang disertai foto komunitas Yahudi Manado. Menjalani kesehariannya sebagai kaum minoritas, orang Yahudi berjibaku dengan 'keresahannya' menjalani hidup di antara pemeluk enam agama yang sah diakui negara.

Ternyata, selain di Manado, umat Yahudi ada yang tinggal di Jakarta. Namun, mereka terus bersembunyi lantaran takut diburu. Orang Yahudi yang tinggal di Jakarta juga memiliki basecamp dan menyebut identitas sebagai komunitas Yahudi ortodoks di Ibu Kota.

Umat Yahudi di Indonesia menjalani hidupnya dengan sangat berat lantaran selalu disematkan stigma. Sebut saja, mulai dari tuduhan bahwa Yahudi penyebab kerusakan di bumi, hingga Yahudi tidak memiliki kecintaan terhadap Tanah Air melainkan Israel.

Di Manado, terdapat satu-satunya sinagoge yang berdiri di Tanah Air. Terdapat menorah setinggi 62 kaki, atau mungkin yang terbesar di dunia, berdiri di dekat Kota Tondano, sekitar 20 kilometer (13 mil) selatan Manado, tempat Baruch mengadakan layanan reguler di sinagoge sederhana, beratap merah.

Baca Juga: Foto Serangan Israel di Al-Aqsa Dikutuk, Begini Cara Soeharto Akali Pembelian Jet Tempur Skyhawk dari Negeri Yahudi

AFP
040336+0000

Rumah yang menjadi sebuah sinagoge di Tondano, Sulawesi Utara, Selasa (4/3/2019). Dari 260 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 200 orang Yahudi tersisa, yang berjibaku dengan 'keresahannya' menjalani hidup di antara pemeluk enam agama yang sah diakui negara.

Sinagoge Shaar Hasyamayim adalah satu-satunya rumah ibadah di Indonesia untuk orang Yahudi, setelah satu-satunya rumah lainnya di kota Surabaya dihancurkan pada 2013 lalu.

Tempat itu telah menjadi lokasi protes anti-Israel selama bertahun-tahun, dan ditutup oleh kelompok garis keras pada tahun 2009 dan dibiarkan membusuk.

Di sinagoge itu, Yaakov Baruch menjadi rabi. Yaakov Baruch menyembunyikan identitas agamanya, seperti halnya sebagian besar komunitas kecil Yahudi yang tinggal di Tanah Air, negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Beberapa tahun lalu, sekelompok pria mengancam Baruch dengan kematian dan memanggilnya dengan sebutan "Yahudi gila" ketika ia berjalan di sebuah mal bersama istrinya yang sedang hamil.

Pengalaman itu membuat dirinya memutuskan untuk tak lagi mengenakan kippah (penutup kepala Yahudi) di tempat umum. "Itu tidak pernah terjadi lagi karena saya memilih untuk menyembunyikan identitas saya sebagai seorang Yahudi di depan umum," katanya.

Ada keresahan serupa bagi sekitar 200 orang Yahudi di antara 260 juta penduduk Indonesia, di mana sebagian besar dari mereka tinggal di sudut terpencil Tanah Air.

Indonesia telah lama dipuji karena citra Islamnya yang moderat, tetapi bentuk-bentuk agama yang lebih konservatif telah menjadi pusat perhatian dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh kelompok-kelompok garis keras yang semakin vokal.

Jumlah komunitas Yahudi yang hampir tidak terlihat membuat orang Yahudi belum menjadi target militan para penganut paham garis keras seperti yang menimpa beberapa minoritas di Indonesia.

Baca Juga: Dibenci Warganya Sendiri, Ternyata Indonesia Kembali Belanja Senjata dari Israel, Dulu Soeharto Sampai Kirim Misi Rahasia ke Negara Yahudi Itu

AFP
040336+0000

Tugu menorah (lambang suci bagi umat Yahudi) setinggi 62 kaki atau sekitar 18,9 meter, berdiri dekat Kota Tondano, Sulawesi Utara, Selasa (4/3/2019). Dari 260 juta penduduk Indonesia, terdapat sekitar 200 orang Yahudi tersisa, yang berjibaku dengan 'keresahannya' menjalani hidup di antara pemeluk en

Gelombang aksi bom bunuh diri di gereja-gereja di Surabaya tahun lalu menyoroti ancaman terhadap kelompok-kelompok minoritas, sementara kaum Syiah dan Ahmadiyah, yang dianggap sebagai bidat oleh sebagian besar Muslim Sunni, juga telah menjadi target kekerasan. Tetap saja, orang-orang Yahudi Indonesia ada di radar beberapa kelompok.

Upaya Monique Rijkers untuk menjembatani kesenjangan dengan program TV tentang Yudaisme menarik kemarahan Persatuan Pelajar Muslim Indonesia, yang menurutnya melaporkannya ke pemerintah dan menyiarkan regulator.

"Mereka menuntut saya dipecat dan program itu dibatalkan," kata Rijkers, pendiri Hadassah Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang menawarkan program pendidikan budaya yang berpusat pada Israel, Yahudi dan Holocaust.

Orang-orang Yahudi Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan praktis, seperti sulitnya menemukan makanan kosher (makanan "halal" bagi Yahudi) yang tidak tersedia secara luas.

Rintangan lainnya adalah bahwa Indonesia hanya mengakui enam agama yang sah menurut negara dan menjadi identitas dalam kartu tanda penduduk (KTP), yaitu Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan Konfusianisme.

KTP sangat berfungsi penting untuk mengakses layanan pemerintah, dan untuk melakukan sejumlah hal seperti mendaftarkan pernikahan dan kelahiran, yang berarti kebanyakan orang Yahudi "berbohong" dan menggunakan label "kekristenan" pada dokumen-dokumen itu.

Sapri Sale, yang mulai mengajar kelas bahasa Ibrani di Jakarta setahun lalu, telah mempelajari bahasa ini sejak tahun 1990-an dan tengah menyusun sebuah kamus bahasa Ibrani-Indonesia pertama di dunia. Tapi minatnya mendapat sedikit respons positif di lingkungan rumahnya. "Aku dipanggil Sapri si Yahudi," katanya.

Baca Juga: Hidup dalam Ketakutan Lantaran Jadi Musuh Kaum Mayoritas, Inilah Foto-foto Keresahan Warga Yahudi Indonesia dalam Jalani Hidup: 'Orang Tak Bedakan Antara Yahudi dan Israel'

Sumber: AFP (PIETER BRIEGER, JAKARTA) - (RONNY BUOL, TONDANO)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya