Foto Korban Gempa NTT Tanpa Konfirmasi Bermunculan, Tokoh Agama Ingatkan Bencana yang Lebih Dahsyat dari Tsunami

Selasa, 14 Desember 2021 | 16:34
Facebook

Foto yang menunjukkan potret korban gempa berkekuatan M 7,4 di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai bermunculan.

Fotokita.net - Foto yang menunjukkan potret korban gempa berkekuatan M 7,4 di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai bermunculan di sejumlah media sosial hingga aplikasi pesan instan. Tokoh agama mulai mengingatkan bencana yang lebih dahsyat dari tsunami.

Melihat bencana gempa yang menimpa NTT, seorang tokoh agama yang bernama Pater Tuan Kopong MSF membagikan cerita menarik melalui akun Facebook miliknya. Cerita ini dibuat beberapa saat setelah gempa melanda NTT pada Selasa (14/12/2021).

Dalam cerita yang dikemas apik ini, Pater Tuan Kopong mengingatkan agar setiap orang bisa menahan diri untuk menyebarkan foto korban gempa NTT tanpa konfirmasi. Sebab, foto dan konten tidak bertanggung jawab justru menyebabkan bencana yang lebih dahsyat dari tsunami. Pada tahun 12 Desember 1992, Flores pernah dilanda tsunami yang meluluhlantakkan peradaban di sekitarnya.

Berikut ini cerita lengkap dari Pater Tuan Kopong yang kini tinggal di Manila, Filipina.

Seorang ibu (sendirian) yang sudah lanjut usia, disaat getaran hebat akibat gempa bumi berkekuatan 7,5 SR (M 7,4) di wilayah Laut Flores (Barat Laut Flores Timur-Larantuka-NTT) berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri.

Baca Juga: Gempa M 7,4 Guncang NTT, Foto Tsunami Flores 29 Tahun Lalu Bikin Ngeri, Netizen: Cuma Selisih 2 Hari

Ia sendirian berusaha bertahan dengan memegang dinding rumah yang ikut mengalami goncangan hebat. Air yang ada di dalam drum, tepat di sudut rumah ikut tumpah akibat getaran hebat.

Di saat para tetangga yang lain berlarian menyelamatkan diri, datanglah seorang perempuan yang adalah tetangga sang ibu dengan teriakan histeris memanggil; memeluk dan merangkul sang ibu yang karena sedemikian dahsyatnya guncangan gempa mereka berduapun hampir jatuh maka untuk keselamatan mereka berdua, sejenak mereka berdua duduk di lantai dapur. Setelah itu ia membopong sang ibu duduk diluar rumah.

Menyelamatkan diri memang menjadi langkah pertama yang wajib dilakukan oleh siapapun untuk menghindari resiko terburuk. Namun usaha menyelamatkan diri menjadi sebuah kepanikan dan justru membawa dampak buruk ketika tangan-tangan pengguna media sosial mulai memberikan informasi yang justru bertolak belakang dengan informasi dari pihak yang bisa dipercaya yaitu BMKG.

Menyampaikan informasi itu tidak salah. Namun informasi yang tidak menambah kepanikan. Artinya informasi yang didasarkan pada kebenaran dan dari sumber yang tepat dan benar. Bahwa informasi yang diberkan adalah sebagai sebuah peringatan untuk tetap waspada dan hati-hati memang dibutuhkan namun sekali lagi informasi yang akurat yang berasal dari sumber yang benar dan tepat sehingga informasi tersebut tidak menimbulkan kepanikan namun paling tidak menenangkan masyarakat dengan tetap mengambil sikap waspada dan hati-hati.

Baca Juga: Diguncang Gempa Malang, Begini Kondisi Terkini Tempat Kencan Favorit Krisdayanti dan Anang Hermansyah: Patung Gorila Roboh

Facebook

Pater Tuan Kopong MSF yang membagikan cerita untuk mengingatkan agar tidak sembarangan menyebarkan foto korban gempa NTT.

Banyak video dan foto entah dari mana asalnya mulai tersebar tanpa sebuah penggalian informasi terlebih dahulu kepada pihak yang tepat dan benar. Masyarakat berlarian diiringi isak tangis seakan menjadi sebuah konten menarik untuk menaikkan viewers di channel-channel Youtube disertai judul dan deskripsi yang lebih menyeramkan dari kejadian yang sebenarnya. Bahkan yang sebenarnya tidak terjadi namun dibuat sepertinya akan terjadi.

Kaum berjubahpun ikut terjebak dalam gerakan gelombang jemari yang melebihi kecepatan tsunami dengan menyebarkan informasi dan berita yang bukannya mendamaikan dan menyejukan namun semakin membuat panik warga grup WA maupun aplikasi pesan (messenger).

Bahkan, gelombang jemari yang sedemikian cepat justru memacu gelombang tsunami hoax. Kita tentu masih ingat beberapa kasus hoax saat Badai Seroja menerpa NTT bahkan dari hoax ada yang harus menjadi korban.

Bencana seringkali justru menjadi bencana baru yaitu hoax oleh karena gelombang jemari melebihi kecepatan tsunami saat menyebarkan informasi. Saya, ketika diinformasikan oleh beberapa orang dari Maumere dan diserta foto dan video, saya kemudian mengontak pihak BMKG di Lewoleba untuk menanyakan situasi.

Baca Juga: Fakta-fakta Gempa Malang, Warga Lari Ketakutan, Bangunan Roboh Hingga Penjelasan BMKG

Facebook

Foto yang menunjukkan potret korban gempa berkekuatan M 7,4 di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai bermunculan

Bagi saya BMKG memegang peranan penting dalam menentukan status sebuah bencana termasuk gempa bumi hari ini. Setelah jelas, saya kemudian menjelaskan kepada mereka yang memberikan informasi termasuk kepada keluarga untuk tetap waspada tanpa harus panik.

Ketika bencana itu datang, kita memang seringkali lupa bahwa yang dibutuhkan masyarakat terdampak adalah peneguhan dan kekuatan dari kita melalui informasi yang akurat, tepat dan benar.

Kita lupa bahwa ada tetangga kita yang membutuhkan bantuan dan pertolongan kita walau itu sebatas kata-kata penyejuk, penguat dan peneguh untuk tidak takut, tidak panik namun tetap waspada.

Kita berusaha menyelamatkan diri namun kadang kita lupa bahwa ada tetangga kita yang membutuhkan pertolongan kita: merangkul mereka dengan kata-kata peneguhan dan memeluk mereka dengan bahasa-bahasa penguatan; “Jangan takut, tetap waspada!” (bdk. Mat 14:22-33).

Baca Juga: Bak Buktikan Terawangan Mbak You, Gempa M 6,7 Guncang Malang, Rumah Bergoyang Kencang Hingga Bikin Warga Panik

Facebook

Foto yang menunjukkan potret korban gempa berkekuatan M 7,4 di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai bermunculan

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya