Muncul Tanda Bahaya Buat Boeing 737-500, Pakar Ungkap Penyebab Sriwijaya Air SJ 182 Hilang Kontak Hingga Terjun Bebas ke Laut

Kamis, 14 Januari 2021 | 16:00
Traveloka

Ilustrasi Sriwijaya Air

Fotokita.net - Muncul tanda bahaya buat Boeing 737-500, pakar ungkap penyebab Sriwijaya Air SJ 182 hilang kontak hingga terjun bebas ke laut Kepulauan Seribu.

Regulator penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) menerbitkan peringatan kepada maskapai-maskapai di AS yang mengoperasikan jenis pesawat Boeing 737 Next Generation (NG) dan Classic.

Jenis pesawat tersebut, yakni B737 NG (seri 600, 700, 800, dan 900) dan Classic (seri 300, 400, 500), juga banyak dipakai oleh maskapai di Indonesia.

Seperti misalnya Garuda Indonesia yang mengoperasikan B737-800, Lion Air dengan B737-800 dan -900, dan Sriwijaya Air dengan B737-500 dan -800.

Baca Juga: Beredar Video Detik-detik Suasana Kabin Sriwijaya Air SJ 182 Sebelum Jatuh, Ternyata Begini Fakta Sebenarnya yang Terjadi

Peringatan tersebut ditujukan untuk pesawat yang tidak dioperasikan selama tujuh hari berturut-turut atau lebih.

Menurut FAA, di dalam mesin pesawat CFM56 yang dipakai oleh B737 NG dan Classic, yang tidak beroperasi selama tujuh hari berturut-turut atau lebih, ditemukan korosi (karat) di bagian air valve check.

Jika terdapat korosi, maka bagian mesin tersebut harus diganti sebelum pesawat kembali beroperasi.

Baca Juga: Selain Temukan Kotak Hitam SJ 182, Pasukan Elit TNI Ini Ternyata Juga Sukses Angkat Black Box Lion Air JT 610 Hingga Dapat Hadiah dari Luhut Binsar

FAA mengatakan bahwa imbauan tersebut diterbitkan setelah setidaknya ada empat laporan mati mesin yang dialami B737.

Setelah diinvestigasi, insiden itu terjadi akibat komponen air check valve di dalam mesin selalu "nyangkut" dalam kondisi terbuka akibat korosi.

Air check valve umumnya terbuka saat mesin pesawat bekerja maksimal, seperti saat takeoff, dan menutup saat berada di ketinggian jelajah (cruising).

Terbang dengan kondisi air valve check yang "menyangkut" tak bisa menutup itu, menurut FAA bisa mengakibatkan dual engine power loss, atau kedua mesin pesawat mati saat di udara, dan tidak bisa di-restart lagi.

Baca Juga: Foto 3D Detik-detik Jatuhnya SJ 182 Diunggah, KNKT Ungkap Temuan Mengejutkan Ini Usai Lihat Data dan Sebaran Puing di Dasar Laut

Boeing sendiri selaku produsen pesawat B737, mengatakan bahwa pihaknya telah memberitahu seluruh maskapai operator B737 di seluruh dunia, untuk menginspeksi pesawat masing-masing, terutama yang disimpan.

"Banyak pesawat yang disimpan atau jarang diterbangkan karena sepinya penumpang akibat pandemi Covid-19, valve mesin jadi lebih mudah berkarat," tulis Boeing, dihimpun KompasTekno dari Reuters, Kamis (6/8/2020).

Hingga saat ini, ada lebih dari 10.000 pesawat jenis B737 yang dipesan dan dikirim, semenjak pertama kali seri pesawat itu dibuat pada 1968.

Garuda Indonesia sendiri saat ini memiliki total 73 unit B737-800, sementara Lion Air memiliki total 43 unit B737-800 dan 78 unit B737-900.

Sedangkan Sriwijaya Air memiliki 6 unit B737-500, 16 unit B737-800, dan 2 unit B737-900.

Baca Juga: Usia Boeing 737-500 SJ 182 Disorot, Media Asing Sebut 2 Faktor Ini Jadi Penyebab Pesawat Sering Jatuh di Indonesia

Menurut Wall Street Journal, Kementerian Perhubungan Indonesia mengkonfirmasi bahwa Boeing 737-500 telah diuji dan memenuhi syarat untuk terbang kembali.

Namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa pesawat tersebut mengalami gangguan teknis.

Dilaporkan sebuah pesawat Boeing 773-500 yang membawa 62 orang jatuh ke laut beberapa menit setelah lepas landas dari bandara Jakarta.

Pesawat Boeing 773-500 itu digunakan oleh maskapai Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 dari Jakarta tujuan Pontianak.

Baca Juga: Terungkap, Otoritas Amerika Sebut Bahaya Ini Bila Boeing 737 Disimpan Lama

Pesawat itu dilaporkan hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) lalu sekitar pukul 14.40 WIB.

Hingga kini, tim SAR telah melakukan pencarian terhadap korban dan sudah menemukan kotak hitam pesawat.

Pesawat yang jatuh ke laut sudah tidak aktif sejak akhir Maret 2020, beberapa minggu setelah Indonesia mengumumkan infeksi Covid-19 pertamanya, kata Kementerian Perhubungan Indonesia.

Baca Juga: Mendadak Anjlok 3.000 Meter Kurang dari 1 Menit, Ternyata Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Sudah Berusia 26 Tahun, Ini Spesifikasinya

Pesawat mulai terbang kembali pada 19 Desember 2020, setelah menjalani pemeriksaan teknis oleh Administrasi Angkutan Umum Penerbangan Indonesia.

Penerbangan pertama tidak membawa penumpang dan bukan penerbangan komersial.

Pesawat itu mulai membawa penumpang pada 22 Desember, lebih dari dua minggu sebelum kecelakaan dahsyat itu.

Sertifikat penerbangan Boeing 737-500 ini berlaku hingga 17 Desember 2021.

Baca Juga: Sama-sama Keluar dari TNI AU, Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Ternyata Adik Angkatan Kapten Pesawat Air Asia QZ 8501 yang Jatuh Tahun 2014

Kementerian Perhubungan Indonesia menegaskan telah mematuhi pedoman Administrasi Penerbangan Federal AS, yang dikeluarkan pada 24 Juli 2020, yang mengharuskan operator pesawat Boeing, termasuk Boeing 737-500, untuk melakukan pengujian secara dinamis. sebelum diizinkan terbang lagi.

Alasan dari pemeriksaan tersebut adalah bahwa setelah tidak aktif dalam jangka waktu yang lama, pesawat dapat mengalami malfungsi pada mesin, yang mengakibatkan mesin berhenti di udara.

Pada tanggal 2 Desember 2020, sebulan sebelum pesawat jatuh, inspektur penerbangan Indonesia memeriksa tingkat korosi mesin.

Baca Juga: Media Asing Ramai-ramai Soroti Jatuhnya SJ 182, Basarnas Mendadak Bagikan Kabar Duka dari Daerah Ini: Danramil Ikut Jadi Korban Meninggal

CEO Sriwijaya Air, Jefferson Irwin Jauwena membenarkan bahwa pihak maskapai telah mematuhi pemeriksaan keamanan dan teknis pesawat, termasuk pengendalian kualitas dan keselamatan.

Juru bicara Sriwijaya Air tidak menanggapi pertanyaan apakah pesawat tersebut sudah lama tidak dapat beroperasi karena penyebab kehandalannya dan bagaimana pesawat tersebut menjalani perawatan.

Baca Juga: Bak Jadi Firasat, Titipkan Surat Penting Milik Sang Suami, Istri PNS KLHK Ini Mohon Doa Usai Kirim Foto Sayap Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh

Sebelumnya, Sriwijaya Air memastikan kondisi pesawat masih dalam kondisi baik.

"Catatan lengkap dan rinci perlu diungkapkan, di mana, kapan, dan oleh siapa pesawat dilayani," kata Shukor Yusof, pendiri perusahaan konsultan penerbangan Endau Analytics.

"Saya tidak berbicara tentang keandalan dokumen-dokumen ini, tetapi publik perlu mengetahui tentang sejarah lengkap pesawat tersebut."

Baca Juga: Lokasi Kotak Hitam Sriwijaya Air SJ 182 Diketahui, Ternyata Luhut Binsar Beri Hadiah Ini Buat Penemu Black Box JT 610 yang Jatuh di Oktober 2018

Banyak ahli di seluruh dunia telah menyatakan keprihatinan bahwa penutupan jangka panjang pesawat akibat epidemi Covid-19 dapat berdampak pada keselamatan penerbangan.

Chow Kok Wah, pakar penerbangan di Singapura, mengatakan jet yang sudah lama tidak terbang membutuhkan perawatan dan pemantauan sesuai prosedur khusus.

Menyibak Misteri Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182: Mesin Hidup, hingga Elevator Copot

Apa penyebab dan bagaimana pesawat Sriwijaya Air bisa jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) lalu hingga saat ini masih menjadi misteri.

Kepastian akan kronologi jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 beserta penyebabnya diperkirakan akan terungkap saat Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menyelesaikan investigasi melalui kotak hitam atau black box Sriwjaya Air SJ 182.

Meski demikian, sejumlah pendapat dan dugaan mengenai kronologi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 disampaikan oleh sejumlah pihak.

Baca Juga: SJ 182 Disebut Sehat Sebelum Terbang, Sosok Ini Sudah Ingatkan Soal Potensi Bahaya Pesawat Sriwijaya Air Hingga Mundur dari Jabatannya

Diduga mesin pesawat dalam kondisi hidup dan pesawat tidak meledak sebelum akhirnya terjun ke laut.

Berikut rangkumannya sebagaimana dihimpun Tribunnews.com, Selasa (12/1/2021).

1. Diduga Tidak Meledak, Mesin Masih Hidup

Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono menduga mesin pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih hidup sebelum akhirnya pesawat terjun ke laut.

Baca Juga: Serpihan dan Pecahan Pesawat Ditemukan, Ternyata Sriwijaya Air Pernah Berhenti Terbang Karena Masalah Besar Ini, Bangkrut?

Google Earth

Rute penerbangan SJ182 yang ditampilkan secara 3D di Google Earth.

Dugaan itu dikemukakan berdasar fakta pesawat tercatat berada pada ketinggian 250 kaki sebelum hilang kontak.

Hal itu terekam dalam data radar (ADS-B) dari Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia).

"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data," kata Soerjanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (11/1/2021) sebagaimana diberitakan Kompas.com.

Berdasar data itu, lanjut Soerjanto, Sriwijaya Air take off pada pukul 14.36 WIB.

Pesawat kemudian terbang ke arah barat laut dan mencapai ketinggian 10.900 kaki pada pukul 14.40 WIB.

Baca Juga: Kerap Ingatkan Shalat 5 Waktu Lewat Status WA, Captain Afwan Tunjukkan Perilaku Ganjil Sebelum Lepas Landas: Kok Tumben Abi Beda...

Namun, pesawat menurun dan data terakhir menunjukkan pesawat berada di ketinggian 250 kaki hingga akhirnya tak terpantau radar.

Soerjanto juga menduga pesawat tidak meledak sebelum terjun ke laut.

Hal ini didasarkan pada adanya sebaran puing-puing pesawat dengan besaran lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter yang didapat dari KRI Rigel.

"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," jelasnya.

Baca Juga: Selain Temukan Kotak Hitam SJ 182, Pasukan Elit TNI Ini Ternyata Juga Sukses Angkat Black Box Lion Air JT 610 Hingga Dapat Hadiah dari Luhut Binsar

Dugaan ini diperkuat dengan temuan Basarnas berupa mesin turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.

"Kerusakan pada fan blade menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki," ungkap dia.

2. Pengamat Penerbangan Sebut Kemungkinan Elevator Copot

Dikutip dari TribunTimur, pengamat penerbangan Andi Isdar Yusuf menduga jatuhnya pesawat Sriwijaya Air disebabkan oleh elevator yang copot.

Baca Juga: Dikenal Sosok yang Teliti Saat Terbangkan Pesawat, Ayah Kopilot Sriwijaya Air Diego Mamahit Ternyata Petinggi Maskapai Ini

Lepasnya elevator itu mengakibatkan pesawat terjun bebas ke laut.

Menurut Andi, elevator adalah kompartemen penting dalam penerbangan.

Ketika elevator lepas, pilot tak bisa berbuat banyak.

“Dugaan saya, elevator Pesawat Sriwijaya Air SJ82 copot. Ini kompartemen penting dalam pesawat."

"Kalau ini copot, pilot tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Andi Isdar Yusuf via telepon, Senin (11/1/2021) pagi.

Baca Juga: Suara Ledakan Bikin Syok Warga Pulau, KNKT Duga Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Hancur Berkeping-keping Karena Kejadian Ini

Andi mengatakan, begitu elevator copot, pesawat terjun ke laut.

Ia menduga pesawat menghantam hingga ke dasar laut mengingat kedalaman laut yang dangkal sekira 23 meter.

Alumnus Universitas Hasanudin ini melanjutkan, elevator yang ia maksud terletak di bagian belakang pesawat.

“Letaknya itu di belakang, saya horisontal di ekor pesawat,” kata dia.

Elevator berbentuk sirip horizontal yang memiliki fungsi kontrol mengarahkan badan pesawat naik atau turun.

Baca Juga: Transkrip Rekaman Pembicaraan Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Didapat, Mantan KSAU Ungkap Akar Penyebab Kecelakaan Pesawat di Tanah Air

Selanjutnya mengangkat atau menurunkan ketinggian pesawat dengan mengubah sudut kontak sayap pesawat.

“Jadi elevator itu naik-turun. Dulu digerakkan pakai kabel, sekarang sudah nirkabel, otomatis," ujarnya.

"Saya menduga, elevatornya itu copot karena perawatan yang tidak maksimal.

"Itu kan semacam engsel yang bergerak naik-turun, bisa saja karatan, atau hal lain."

"Makanya faktor perawatan sangat penting,” jelas Andi Isdar Yusuf.

Baca Juga: Ramalan Insiden Pesawat Bak Jadi Nyata Hingga Bikin Gempar, Siapa Sangka Paranormal Kejawen Ini Dilabrak Artis Usai Tak Terima Terawangannya Terbukti

Bila elevator bergerak ke atas, kontak elevator dengan udara akan menekan turun bagian ekor pesawat, secara otomatis, hidung pesawat akan mengarah ke atas.

Ini akan menyebabkan sayap pesawat mengangkat ketinggian badan pesawat karena sudut kontak sayap pesawat dengan udara bertambah. Demikian pula sebaliknya.

“Coba bayangkan, di ketinggain ribuan meter, dengan kecepatan tinggi, elevator Sriwijaya Air SJ-182 yang begitu signifikan fungsinya copot atau tidak berfungsi,” kata Andi Isdar Yusuf.

Beda jika salah satu mesin yang rusak atau tidak berfungsi.

Baca Juga: Lokasi Kotak Hitam Sriwijaya Air SJ 182 Diketahui, Ternyata Luhut Binsar Beri Hadiah Ini Buat Penemu Black Box JT 610 yang Jatuh di Oktober 2018

Jika kondisi ini yang terjadi, kata Andi Isdar Yusuf, maka pilot masih punya waktu untuk melakukan kontak dengan pihak luar..

“Dan pasti, jika salah satu mesin yang rusak, pilot akan kembali. Yang seperti ini sering kami alami dulu dan pilot pasti kembali.

"Tapi kalau elevator yang rusak, copot, tidak ada pilihan, langsung terjun bebas itu pesawat,” jelas Andi Isdar Yusuf.

Lebih lanjut, Andi Isdar Yusuf mengatakan, sebenarnya elevator Pesawat Sriwijaya Air SJ82 sudah berfungsi dan kondisi pesawat sudah melewati masa krusial penerbangan.

Baca Juga: Ini Nomor Hotline Sriwijaya Air yang Bisa Dikontak, Tim SAR Serahkan 2 Kantong Jenazah dari Lokasi Kejadian, Berikut Isinya

Karena sudah mengangkasa. Sebab, masa krusial dan saat paling kritis dalam penerbangan adalah ketika pesawat akan naik. Dan ini hanya seper sekian detik.

“Begitu pesawat sudah... tek, naik, itu berarti elevator sudah berfungsi dan masa kritis berakhir."

"Tapi mungkin ini elevatornya copot saat sudah naik ribuan meter,” kata Andi Isdar Yusuf.

Meski demikian, Andi Isdar Yusuf menegaskan, penyebab Sriwijaya Air SJ 182 jatuh belum bisa dipastikan.

Baca Juga: Baru Jadi Menteri Sudah Bikin Gempar, Denny Darko Singgung Sosok Wanita yang Muncul Bersama Ratu Adil di Tahun Ini

Semua pihak harus menunggu hasil kajian KNKT, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebagai pihak berwenang.

“Setelah itu dicari kotak hitam. Nah, setelah semuanya itu, barulah dilakukan pengkajian penyebab jatuhnya."

"Dan hasil kajian NKT itulah yang akan mengungkap penyebab sriwijaya air jatuh."

"Jadi kita tunggu hasil kajian KNKT tentang penyebab Swirijaya Air Jatuh,” kata Andi Isdar Yusuf.

Baca Juga: Dulu Bikin Terawan Panas Dingin, Kini Ribka Tjiptaning Tuding Ada Skenario Bisnis di Balik Vaksinasi: Jokowi Ini Pembisiknya Siapa?

(Tribunnews.com/Daryono/Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya/INTISARI/TribunTimur, AS Kambie)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma