Sebut Presiden Buta Huruf Pada Isu Lingkungan, Rocky Gerung Sindir Reaksi Pemerintah Terhadap PSBB Jakarta: Rencana Pemindahan Ibu Kota Itu Covid

Kamis, 17 September 2020 | 08:31
Tribun Manado

Pengamat politik Rocky Gerung

Fotokita.net -Blak-blakan sebut Presiden Jokowi buta huruf karena tak memasukkan isu lingkungan ke program Nawacita, Rocky Gerung sindir reaksi pemerintah terhadap PSBB Jakarta.

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat yang diberlakukan DKI Jakarta mulai awal pekan ini, membuat perbincangan mengenai pandemi Covid-19kembali hangat. Orang-orang ramai membicarakannya.

Sudah banyak orang sebenarnya berbicara tentang pandemi corona. Dari sisi agama, ekonomi, politik, medis hingga sekedar obrolan ringan di warung kopi.

Baca Juga: Sebut Ada yang Tak Terlihat di Balik Sindiran Puan Maharani, Rocky Gerung Anggap Anak Megawati Jadi Titik Paling Lemah dalam Paket Rezim Jokowi

Perhatian manusia hampir semua tercurahkan ke virus keluarga corona yang mematikan itu.

Kenapa? Karena hampir semua masyarakat dunia terdampak.

Apa pun bidang yang digelutinya. Beberapa negara lain bahkan sudah mengalami resesi atau setidaknya di ambang resesi.

Ada negara yang masih mencoba bertahan dan berharap vaksinnya segera ditemukan.

Baca Juga: Pantas Saja Rocky Gerung Tertawai Peran Buzzer, Ternyata Pemerintah Ketahuan Habiskan Rp 1,3 Triliun Buat Sewa Jasa Influencer, Siapa yang Kebagian?

Kalkulasi terakhir hari Kamis (17/9/2020) pagi, tercatat 228.993 yang terkonfirmasi positif. Ada peambahan 3.963 orang dalam sehari kemarin.

Pasien yang meninggal dunia dilaporkan 9.100 orang. Yang berhasil sembuh 71,662 persen.

Itu angka yang tercatat sejak kali pertama kasusnya ditemukan di Depok, Maret 2020 lalu.

Semua ahli sudah berbicara sesuai bidang ilmu dan keyakinannya. Bagaimana kalau ahli filsafat Rocky Gerungmemandang pandemi covid-19 ini?

Selain pemikir yang lugas dalam menyatakan pendapatnya, Rocky diketahui juga seseorang yang sangat mencintai alam. Ia masih aktif menjalakan hobinya mendaki gunung.

Baca Juga: Videonya Bikin Geger Netizen, Begini Motif Emak-emak di Sumedang Sengaja Gunting Bendera Merah Putih di Depan Anaknya

"Kita benci sama covid padahal itulah cara bumi untuk menahan eksploitasi manusia," kata Rocky.

Ia menyatakan itu saat menjadi salah satu pembicara dalam webinar "Filsafat dan Etika Lingkugan Kasus Pengelolaan SDA di Kalimantan Timur", Jumat (11/9/2020) malam.

Kompas.com

Ilustrasi razia. PSBB Jakarta makin ketat

Seminar yang digelar Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PW Muhammadiyah Kaltim itu juga menghadirkan Irwan (anggota DPR RI Dapil Kaltim), dosen filsafat UGM Abdul Mallik Usman, dan dua penanggap Ketua MLH PW Muhammadiyah Kaltim Taufan Tirkaamiana dan Wakil Ketua MUI Kaltim KH Muhammad Haiban.

Diskusi selama dua jam lebih itu berlangsung menarik karena membahas sistem pengelolaan SDA di Kaltim dari kacamata etika dan filsafat.

Apalagi Niel Makinuddin, pegiat senior bidang lingkungan, mampu memandu diskusi secara cerdas sehingga bisa lebih menarik.

Baca Juga: Ahok Mulai Umbar Emosi ke Direksi Pertamina, Mantan Menteri BUMN Ternyata Sudah Ingatkan Posisi Suami Puput Nastiti: Harmonis Kata Kuncinya

Pandangannya soal pandemi itu muncul berawal dari penjelasannya mengenai lingkungan. Kata Rocky, etika lingkungan itu ada di dalam logika.

Kritik kita terhadap pengambil kebijakan dalam pengelolaan SDA bukanlah untuk diartikan bahwa manusia tidak boleh mengeksploitasi SDA. Boleh dan harus. Sebab kalau tidak, justru kita akan punah.

Akan tetapi, dengan batasan tertentu agar alam itu tetap berkesinambungan. Tidak hancur. Kehancuran alam, sama artinya dengan kehancuran manusia.

Baca Juga: Selain Syekh Ali Jaber, Berikut Daftar Kejadian Penyerangan Ulama, Ada yang Sampai Meninggal Dunia

ANTARA
ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY

Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor (kanan) saat meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019). Jokowi mengaku puas setelah meninjau lokasi tersebut yang nantinya akan dibangun kluster pemeri

Jadi, mestinya ditambahi keterangan kita boleh makan tetapi dengan batasan. Boleh mengekploitasi SDA tapi dengan batasan tertentu.

"Nah, soal batasan tertentu inilah yang sering menjadi wilayah pertarungan politik. Kenapa? Karena kita masih hidup dalam ekonomi yang bersifat akumulasi," jelasnya.

Ia kemudian bercerita saat terjadi krisis finansial 2008 di AS dan negara-negara maju lainnya.

Dulu saat terjadi itu, betapa para ekonom dan praktisi sibuk berupaya mencari sebab mengapa sampai terjadi krisis separah itu. Dan itu justru terjadi di dalam negara-negara yang ekonominya sudah maju.

Baca Juga: Dicibir Soal Pertamina Rugi Rp 11 Triliun, Ahok Mendadak Marah Karena Curiga Hal Ini: Nanti Saya Emosi Laporin ke Presiden Apa...

Masyarakat yang emerging malah mampu bertahan seperti India, China, dan Brazil. Mereka dianggap mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Menurut Rocky, kemampuan itu terjadi justru karena mereka masih emerging. Tetapi, begitu negara-negara tersebut menjadi advanced maka akan terhenti, akan terganggu akumulasinya itu.

"Sekarang tiba-tiba seluruh teori itu diinterupsi oleh Covid-19. Lalu kita berpikir, bertanya-tanya apakah kita masih bisa melanjutkan model ekonomi yang growth ini yang akumulasinya menyebabkan ekonomi covid," kata Rocky.

Studi mengenai itu masih berlagsung. Akan tetapi, secara implisit, sambung Rocky, kita bisa katakan bahwa covid itu adalah antibodi bumi untuk menghalangi virus yang bernama antroposentrisme. Lebih simpel disebutnya, covid adalah cara bumi nir-eksploitasi berlebih dari manusia.

Ini akan menimbulkan teori ekonomi baru. Kita benci sama covid padahal itu cara bumi untuk menahan eksploitasi manusia.

Baca Juga: China Makin Terpojok, Ilmuwannya yang Kabur ke Amerika Sebut Punya Bukti Virus Corona Dibuat di Laboratorium Wuhan: Itu Hanya Kedok

Sebab kita tahu bahwa covid itu berpindah dari sarangnya yang tidak berbahaya masuk kepada manusia dan bersarang yang menakibatkan paru-parunya rusak.

"Tetapi kita tidak berpikir bahwa paru-paru manusia rusak itu setara dengan paru-paru dunia yang rusak, yaitu Kalimantan," katanya.

Rocky juga menyindir pemerintah yang bereaksi dengan melakukan lockdown seperti terhadap pusat-pusat bisnis di Jakarta. Tapi kenapa tidak mau lockdown Kalimantan. "Padahal rencana pemindahan ibu kota itu adalah covid."

Baca Juga: Selain Menko Airlangga Hartarto, 2 Menteri Jokowi Ini Ikut Salahkan Anies Baswedan Usai Pengumuman PSBB Total di Jakarta

Ketidaktahuan dalam menganalisa membuat kita ragu apa yang akan dilakukan terhadap lingkungan. Malik Usman sebelumnya sudah menerangkan tentang sejarah perkembangan pemikiran environmental ethics, environmental globalization. Lebih penting yang harus dipikirkan, kata Rocky adalah bahwa telah terjadi mutasi dari nature menjadi post-nature.

"Hidup kita hari ini sebenarnya bukan hidup berdasar nature karena di dalam kita berhubungan dengan teknologi," sebutnya.

Yang kita lakukan sekarang adalah menggunakan teknologi zoom yang tidak mungkin lagi dilepaskan dari hidup kita. Jadi, hidup kita tidak lagi natural melainkan post-natural. Sekarang kita mencoba bikin dialektik, bagaimana hubungan kia dengan mesin. Apakah kita akan memusuhi mesin atau mesin yang akan memusuhi kita. Itu juga pertanyaan etik lingkungan.

Baca Juga: Digadang-gadang Bisa Selesaikan Krisis Corona, Relawan yang Disuntik Vaksin Buatan China Malah Positif Covid-19

Mengapa begitu? Menurut Rocky, karena kecepatan komputer untuk memahami problem telah mendahului ketakutan terhadap komputer atau robot.

Menurut Rocky, percakapan etis lingkungan semacam ini seharusnya juga beredar di kalangan eksekutif dan legislatif. Supaya pembicaraan tentang bumi, etika politik dan etika lingkungan itu bisa satu paket pembicaraan tentang nasib manusia.

Rocky sempat memuji Irwan yang dinilainya mampu menjadi warna baru di dalam parlemen karena dia juga milenial yang paham bau hutan, yang mengerti tentang beceknya Kalimantan, dan tahu tentang jumlah deposit mineral di Kalimantan. Tahu juga soal racun yang ada di atas tanah Kalimantan.

Ia berharap, Irwan sebagai legislator akan menyerap persoalan ini dan kemudian akan memproyeksikan ke tingkt dunia sebagai problem sehingga satu waktu dia bisa diundang untuk bicara di forum internasional. Itu sebabnya urusan lingkungan itu bukan urusan negara, melainkan urusan orang yang punya perspektif.

"Untuk punya persepektif harus dimulai dari diskusi yang tajam dan radikal semacam yang digagas teman-teman Muhammadiyah ini. Muhammadiyah punya energi berlebih karena ormas ini punya simbol dari sumber energi, yakni matahari," jelas Rocky.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Biasanya Senang Pamer Foto Busana Serba Terbuka, Sosok Kondang Ini Mendadak Minta Anies Baswedan Shalat Tahajud

Isu lingkungan memang masih menjadi nomor kesekian, jauh dibanding gosip dan lainnya. Rocky menyebut itu terjadi karena pemerintahan Jokowi belum menjadikannya sebagai isu utama. Ia menjadikannya sebagai isu yang ke-27.

Orang sudah saatnya menuntut nanti kalau ada yang mau menjadi presiden, mestinya ia orang yang paham tentang isu lingkungan. Paham demokrasi. Paham human rughts. Paham gender quality.

Presiden kita, katanya buta huruf terhadap itu. Karenanya ia tidak memasukkannya ke dalam program Nawacita. Padahal dunia menuntut itu, Indonesia harusnya pahamkan legacy heritage bahwa kita adalah paru-paru dunia.

"Oleh karena itu, saya kasih jalan pintas saja, buatlah UU lingkungan yang memasukkan kewajiban parpol untuk bikin sekolah lingkungan.

Baca Juga: Ahmad Dhani Seret Bayar Gaji Karyawan? Tawa Maia Estianty Langsung Berhenti Usai Lihat Tagihan Belanja Irwan Mussry Buat 3 Anaknya: Pakai ATM Saya Aja

Materi lingkungan mestinya jangan hanya dimonopoli kalangan kampus, melainkan harus juga masuk dalam ruang-ruang partai. Webinar kali ini, kita wakafkan kepada partai politik." sebut Rocky mengakhiri penjelasannya.

(Tribun Kaltim/bin)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma