Bak Disambar Geledek, Angka Kasus Covid-19 Terus Melonjak, BMKG Mendadak Minta Warga Waspada Pada 4 Gempa Karena Sesar Aktif di Pulau Jawa

Jumat, 04 September 2020 | 18:33
pixabay.com

Gempa bumi bisa menimbulkan berbagai kerusakan, salah satunya kerusakan bangunan (ilustrasi).

Fotokita.net -Angka kasus Covid-19 terus melonjak, BMKG mendadak minta warga waspada pada 4 gempa karena sesar aktif di Pulau Jawa.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memberikan informasi terbaru mengenai jumlah kasus dan data pasien hingga hari ini, Jumat (4/9/2020).

Berdasarkan data, pemerintah memperlihatkan bahwa penularan virus corona masih terjadi di masyarakat, sehingga jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah.

Data hingga Jumat ini pukul 12.00 WIB, diketahui ada 3.269 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Tanah Air saat ini mencapai 187.537 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Baca Juga: Jokowi Disebut Sebagai Sosok Penuh Kontradiksi, Peneliti: Makin Lama di Istana, Makin Pudar Janji-janjinya

Belum lagi urusan Covid-19 selesai, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap sembilan wilayah yang menjadi daerah zona aktif gempa pada Agustus dan kemungkinan berlanjut hingga September 2020.

Baca Juga: Kritik Sindiran Puan Maharani Soal Sumatera Barat, Fadli Zon Meradang Saat Disinggung Penghargaan Bintang Mahaputera: Memang Saya Nggak Boleh Ngomong?

Data tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono dalam Rapat Koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (31/8/2020).

"Zona aktif gempa yang bisa jadi bulan depan masih muncul adalah Banda Aceh, Bengkulu, Selat Sunda, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumba, Sigi dan Matano, Sarmi Papua," kata Daryono.

Baca Juga: Bikin Kaget Pendaki Hingga Heboh di Medsos, Sosok Ini Sudah 2,5 Tahun Tinggal di Puncak Gunung Wilis, Kisah Di Baliknya Begitu Mengharukan

Daryono juga mengingatkan agar masyarakat yang tinggal di sesar aktif untuk tetap waspada.

Terutama, apabila sesar tersebut dekat dengan kawasan perkotaan dan permukiman warga.

"Kita juga perlu memberikan peringatan, reminder bahwa kita enggak boleh lengah dengan aktivitas sesar aktif," ujar dia.

Adapun total gempa sepanjang Agustus 2020 sebanyak 804 gempa. Jika dirincinkan, 27 kali gempa berukuran lebih dari lima magnitudo.

Serta, 777 kali gempa kurang dari lima magnitudo.

Ilustrasi gempa bumi. (AFP) via KOMPAS.com
Ilustrasi gempa bumi. (AFP) via KOMPAS.com

Ilustrasi gempa bumi

Ia pun mengingatkan meskipun termasuk kecil terkadang juga ada gempa yang bisa merusak lingkungan.

Ia melanjutkan, angka 804 tersebut naik dibanding tahun sebelumnya yakni sebanyak 541 gempa.

Rinciannya, dengan 12 kali gempa berukuran lebih dari lima magnitudo dan 529 kali gempa di bawah lima magnitudo.

Baca Juga: Foto Tulisan Tangannya Jadi Sorotan, Jerinx SID Ternyata Rindukan Kebiasaan Ini, Masih Mau Tebar Ancaman Lagi?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar masyarakat waspada terhadap gempa kerak dangkal akibat adanya sesar aktif yang terjadi di Pulau Jawa.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, mengatakan, dalam dua hari terakhir, pada 3 September dan 4 September 2020, BMKG mencatat ada empat kali gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang terjadi di daratan Pulau Jawa.

“Gempa akibat aktivitas sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar, maka patut diwaspadai.

Keberadaan sesar aktif yang jalurnya dekat kawasan permukiman tentu sangat berisiko dapat menimbulkan kerusakan dan juga korban jiwa,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono saat dihubungi, Jumat (4/9/2020).

Baca Juga: Tragedi Ciracas Kok Terulang Lagi? Jenderal Purnawirawan Malah Beri Jawaban Menohok: TNI Banyak Tantangan, Polri Banyak Tentengan

Adapun empat gempa yang terjadi selama dua hari terakhir ini adalah sebagai berikut:

1. Gempa Dieng magnitudo 2,2 pada 3 September 2020 pukul 05.00 WIB dengan lokasi episenter pada koordinat 7,12 LS dan 109,78 BT, tepatnya di darat pada jarak 14 km arah utara Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Adapun kedalaman 10 km, dan dirasakan di Dieng pada skala I-II MMI.

2. Gempa Sukabumi magnitudo 2,7 pada 3 September 2020 pukul 20.42 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,08 LS dan 106.95 BT, tepatnya di darat pada jarak 18 km arah tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Kedalaman 10 km, dan dirasakan di Kecamatan Nyalindung Sukabumi dengan skala intensitas II-III MMI.

3. Gempa Bantul magnitudo 3,1 pada 4 September 2020 pukul 00.07 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,93 LS dan 110,48 BT di darat pada jarak 15 km arah barat laut Gunungkidul, Yogyakarta.

Kedalaman 5 km dan dirasakan di Bantul dengan skala intensitas II MMI.

4. Gempa Sukabumi magnitudo 3,3 pada 4 September 2020 pukul 13.30 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,11 LS dan 106,93 BT, tepatnya di darat pada jarak 20 km arah tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Kedalaman 4 km dan dirasakan di Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, dengan skala intensitas II-III MMI.

Daryono menyebutkan, gempa Dieng terjadi karena dipicu oleh sesar di sekitar Pegunungan Dieng.

Adapun gempa Sukabumi dipicu oleh aktivitas sesar aktif di zona Cipamingkis.

Sementara itu, gempa Bantul dipicu oleh aktivitas penyesaran di zona Sesar Opak.

Baca Juga: Nama Ria Ricis Disebut-sebut dalam Makian Nikita Mirzani, Sosok Ini Malah Sengaja Singgung Konfliknya dengan Baim Wong, Lagi-lagi Cuma Settingan?

BMKG menyebutkan, untuk menimbulkan kerusakan bangunan rumah, gempa akibat sesar aktif dangkal tidak harus berkekuatan besar.

“Sejak 2015, di Pulau Jawa saja setidaknya telah terjadi lima kali gempa merusak yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang berkedalaman dangkal dengan magnitudo kurang dari 5,0 (M<5,0),” kata dia.

Gempa-gempa yang pernah terjadi dan merusak tersebut yakni: Gempa Madiun magnitudo 4,2 pada 25 Juni 2015.

Gempa Pangalengan magnitudo 4,2 pada 6 November 2016. Gempa Garut magnitudo 3,7 pada 18 Juli 2017.

Gempa Banjarnegara magnitudo 4,4 pada 18 April 2018 merusak lebih dari 316 bangunan rumah. Gempa Lebak magnitudo 4,4 pada 7 Juli 2018.

Baca Juga: Disebut Tak Pas Sebagai Cucu Ma'ruf Amin, Begini Alasan Wapres Enggan Klarifikasi Status Adly Fairuz dalam Keluarganya

“Dengan fakta dan data tersebut di atas, maka aktivitas sesar aktif di daratan dan utamanya dekat dengan kawasan permukiman tentunya patut diwaspadai,” ujar Daryono.

Sebagai upaya mitigasi, BMKG mengimbau masyarakat mewujudkan bangunan rumah tahan gempa dan memahami apa saja yang harus dilakukan saat gempa terjadi.

Baca Juga: Punya Pengalaman yang Unik dan Menarik, Ternyata 3 Presiden RI Sama-sama Kepergok Lakukan Hal Ini Pada Ajudannya

Daryono mengatakan, gempa tidak membunuh dan melukai.

Menurut dia, yang terjadi sebenarnya adalah bangunan tembok berkualitas rendah yang tidak mengacu pada aturan bangunan tahan gempa sehingga dapat roboh dan menimpa penghuninya.

(Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma