Diminta Tiru Cara Elegan Prabowo dan SBY Usai Deklarasi KAMI, Sosok Ini Mendadak Tantang Gatot Nurmantyo Hingga Bikin Penasaran Netizen

Minggu, 23 Agustus 2020 | 11:16
Kompas.com

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo

Fotokita.net -Usai mendeklarasikan KAMI, Gatot Nurmantyo diminta tiru cara elegen Prabowo Subianto dan SBY saat maju Pilpres. Tapi, sosok ini mendadak tantang Gatot Nurmantyo hingga bikin penasaran netizen.

Bandingkan Gatot Nurmantyoyang mendeklarasikan KAMIdengan Jenderallain, pengamat politik M Qodariungkit cara elegan Prabowo hingga SBY maju Pilpres.

Nama mantan Panglima TNI JenderalPurnawirawan Gatot Nurmantyomulai mencuat setelah mendeklarasikan gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia(KAMI) di Tugu Proklamasi, Jakarta pada Selasa (18/8/2020).

Bahkan Gatot Nurmantyodigadang-gadang bisa maju di Pilpres2024.

Baca Juga: Gagal Bujuk Plt Bupati Sidoarjo Swab Test Hingga Akhirnya Meninggal, Dinkes Lakukan Hal Ini Usai Sang Istri Pejabat Positif Covid-19

Namun peluang Gatot Nurmantyomaju Pilpres2024 dinilai kecil, lantaran cara yang diambil mantan Panglima TNI ini berbeda dengan yang dilakukan Jenderallainnya jika ingin menjadi calon Presiden.

Pengamat politik dari Eksekutif Indo Barometer, M Qodarimenyoroti soal isu Mantan Panglima TNI, JenderalGatot Nurmantyomenjadi satu di antara pendeklarasi KAMI.

Dikutip TribunWow.com dari Kompas TV pada Kamis (20/8/2020), M Qodari mengatakan bahwa elektabilitas Gatot Nurmantyo belum kuat jika dihubung-hubungkan dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Baca Juga: Pelaku Sempat Foto Selfie Bareng, Pak RW Bongkar Kondisi Ibu Korban Pembunuhan Satu Keluarga di Sukoharjo

Jika kuat, maka Gatot Nurmantyopasti sudah dipinang oleh partai politikpada Pilpres2019.

"Belum kuat, karena kalau memang kuat nama beliau maju di calon Presiden2019.

Karena partai politikitu kan sangat berkepentingan dan berkeinginan untuk menang."

"Kalau ada calon populer mereka pasti akan memberikan dukungan, bahwa realitanya akhirnya tidak ada memberikan dukungan pada Pak Gatot Nurmantyo," jelas M Qodari.

Qodari menilai, kala itu Gatot Nurmantyobelum bisa menjadi Capres 2019 lantaran namanya masih kalah dengan PrabowoSubianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga: Baru Beberapa Jam Selesai Ijab Kabul, Artis Cantik Ini Langsung Pukul Suami Sebelum Rasakan Malam Pertama: Kenapa Kamu Tega?

"Sebetulnya juga memberikan pesan implisit bahwa Pak Gatot elektabilitasnya tidak cukup tinggi untuk bersaing dengan Pak Jokowi dan Pak Prabowopada saat itu," katanya.

Lalu, Qodari mengatakan, jika memang Gatot Nurmantyoingin menjadi Capres bisa mencontoh Jenderallainnya, yakni mendirikan partai politik.

Misalnya, Prabowohingga Wirantoberjuang dari nol agar bisa maju pada Pilpres.

TRIBUN JABAR/RAGIL WISNU SAPUTRA
TRIBUN JABAR/RAGIL WISNU SAPUTRA

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo

"Dan kalau memang Pak Gatot Numantyo amat serius maju Calon Presiden, beliau akan melakukan langkah-langkah yang dilakukan oleh PrabowoSubianto, kemudian Pak Wiranto," kata dia.

"Kita tahu bahwa mereka beliau-beliau adalah Jenderalnotabenenya sama seperti Pak Gatot dan mereka menempuh jalan sulit untuk mendirikan partai politiksebagai kendaraan politiknya maju di Pilprespada eranya masing-masing," imbuh M Qodari.

Lalu, Qodari mencontohkan lagi keberhasilan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bermula dari nol mendirikan Partai Demokrat.

Baca Juga: Teman Baik Korban Sejak SD, Begini Sepak Terjang Pelaku Pembunuhan Keji Satu Keluarga di Sukoharjo

"Bahkan pada masa sebelumnya ada contoh lain Pak SBY mendirikan Partai Demokrat betul-betul dari nol, kemudian berproses kemudian mendapatkan suara, memenuhi syarat dan menjadi calon presiden," sambungnya.

Dalam gerakan itu, banyak pula para pengamat yang bergabung seperti Rocky Gerung, Refly Harun hingga Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu.

Qodari membenarkan bahwa KAMImemang banyak berisi tokoh yang selama ini berseberangan dengan pemerintah.

www.instagram.com/puspentni/
stefanusarn

Panglima TNI Hadi Tjahjanto bersama Jenderal TNI Gatot Nurmantyo

"Ya kalau saya lihat sebetulnya masing-masing sudah jadi 'pengkritik pemerintah' ya semenjak beberapa tahun lalu."

"Kalau dilihat dari kacamata yang lain sebetulnya ya figur seperti Said Didu kemudian Rocky Gerung memang sebelum 2019, sudah katakanlah sering berbeda pendapat dengan pemerintah," ungkap Rocky.

Menurut Qodari bergabungnya orang-orang yang selama ini berseberangan dengan Jokowi merupakan sesuatu yang baru.

Baca Juga: Api Gedung Utama Kejaksaan Agung Sulit Padam, Inilah Fakta Bangunan yang Didirikan Saat Soekarno Berkuasa Hingga Jadi Penanda Kejayaan Orde Baru

"Jadi memang secara pandangnya pemerintahan sekarang ini atau dengan Pak Jokowi memang beda begitu."

"Nah bahwasanya mereka kemudian bergabung menjadi satu itu suatu fenomena baru," lanjutnya.

Meski demikian dirinya belum bisa berkomentar lebih jauh soal bagaimana KAMIdi kemudian hari.

"Dan kemudian apakah fenomena, kebersamaan ini menjadi sesuatu yang membuat aksi-aksi pribadi itu menjadi lain itu akan kita tunggu depan," ungkap Qodari.

Dok. Puspen TNI

Eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo

Walaupun begitu, Qodari merasa bahwa adanya KAMIini bisa menjadi acuan baru pemerintah dalam menangani masalah.

Bisa jadi ada solusi yang baik didapatkan dari usulan mereka.

"Tapi saya pribadi mlihat memang sekali lagi sebetulnya sejauh berbicara mengenai pilihan-pilihan kebijakan akan sangat bagus."

"Pemerintah ya harus dimanfaatkan, karena pemerintah tidak selalu bisa melihat opsi yang terbaik, barangkali opsi terbaik itu datang dari teman-teman di KAMI gitu," pungkasnya.

Baca Juga: Sepi Job Karena Corona, Begini Cara Anton J-Rocks Sembunyikan Ganja di Rumah Hingga Lolos dari Mata Sang Istri

Mantan Panglima TNI, JenderalTNI Gatot Nurmantyo mengungkap alasannya bergabung dalam gerakan Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia(KAMI) .

Hal tersebut diungkapkan oleh Gatot Nurmantyosaat hadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (19/8/2020).

Pada kesempatan itu, Gatot Nurmantyojuga sempat menyinggung sumpahnya.

Mulanya ia menjelaskan alasan mengapa dirinya selama ini diam saja.

"Banyak orang tanya, tadi saya ditanya oleh Andik tvOne kenapa dari 2017 saya diam, diam, diam tiba-tiba saya muncul."

"Itu dari hasil perenungan saya Bung Karni bahwa saya telah diberikan kenikmatan yang luar biasa," tutur Gatot Nurmantyo.

Gatot Nurmantyo mengaku selama ini telah merenung dan merasa bahwa dirinya rupanya sudah diberikan segala kenikmatan oleh Tuhan.

Mulai dari karier hingga kebahagiaan keluarga.

Baca Juga: Detik-detik Kamera Video Rekam Trotoar Ambles, 21 Mobil Langsung Tertelan ke Bawah Tanah

"Sebagai orang yang berkarya di TNI sampai puncak Panglima TNI, pangkat Jenderalpenuh, sebagai orang laki-laki saya menikah, punya anak, anak saya dua-duanya S2 sudah menikah, punya karier sendiri."

"Tidak di bawah bayang-bayang orangtuanya dan sudah punya cucu laki-laki dan perempuan lengkap," ujar Gatot Nurmantyo.

Maka dirinya sempat bertanya-tanya apa yang belum dilakukannya selama ini.

Gatot mulai tergugah ketika munculnya rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila yang kini telah ditunda pembahasannya.

RUU HIP itu membuatnya teringat akan sumpah setianya kepada negara.

"Maka saya bertanya apa yang belum saya lakukan, saya terkejut begitu ada undang-undang HIP (Haluan Ideologi Pancasila) yang membuat saya terkejut."

"Terkejutnya begini, bahwa saya 38 tahun yang lalu saya pernah bersumpah, ini sumpahnya Demi Allah saya bersumpah akan selalu setia Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mendasarkan Pancasila Undang-Undang Dasar Negara 1945," jelas Gatot Nurmantyo.

Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa dirinya bersumpah atas nama pribadi bukan prajurit.

Baca Juga: IPW Sengaja Bocorkan Reshuffle Menteri ke Media, 2 Anak Buah Jokowi Kompak Kirim Sinyal Begini, Ikut Tergeser?

Sehingga ketika dirinya kini sudah menjadi Purnawirawan, ia merasa masih terikat dengan sumpah tersebut.

Gatot Nurmantyo menuturkan bahwa rakyat akhirnya berhasil membangun sebuah negara dengan undang-undang dan Pancasila di dalamnya.

Jika undang-undang dan Pancasila diubah maka ia merasa negara Indonesia juga telah diubah.

Hal itulah yang lantas membuat Gatot merasa kini harus bangkit dan bersuara.

"Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pembukaannya itulah dasar negara itu Ketuhanan yang Maha Esa itu dan seterusnya."

"Kalau itu diubah maka Indonesia ini berubah, maka saya harus bangkit sebagai pertanggungjawaban nanti di Padang Mahsyar saya ditanya kamu pernah disumpah tanggung jawabmu apa?" tegasnya.

Purnawirawan 60 tahun ini menambahkan, jika yang pensiun masih mencoba bertanggung jawab maka orang-orang yang masih aktif menjalankan tugasnya harus makin bertanggung jawab.

"Pensiunan saja harus bertanggung jawab dengan sumpahnya apalagi yang masih aktif? Ini minimal saya bisa memperingatkan," lanjutnya.

Sementara itu, viral di media sosial, seorang pria paruh baya mengaku sebagai Mantan Jenderal Banser menantang Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang baru saja ikut dalam deklarasi gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Baca Juga: Hati-hati! 4 Negara ASEAN Laporkan Infeksi Virus Corona yang 10 Kali Lebih Menular, Indonesia?

Pria itu mengaku bernama Syarif Hidayatullah menurut video yang dibagikan akun twitter @WahabisLokal itu.

Seperti dikutip dari viva.co.id, video itu direkam di tengah sawah. Rekaman ini tampak dipersiapkan matang, karena pria paruh baya memakaimic clip ondan mengambil latar belakang Gunung Slamet, Jawa Tengah.

"Bukan hanya akan menghadang dan mengganggu tapi akan melawan gerakan-gerakan yang akan merusak NKRI, gerakan-gerakan yang akan memakzulkan Presiden Joko Widodo yang sah secara Undang-Undang," ujar Syarif dalam video itu, dikutip Sabtu 22 Agustus 2020.

Pria berpeci hitam itu pun menantang Jenderal Gatot Nurmantyo, jika benar ingin memakzulkan Presiden Joko Widodo. Dalam video itu dia tampak mengepalkan tangannya dan berteriak dengan suara yang cukup lantang.

dok. twitter @WahabisLokal

Mantan jenderal Banser Syarif Hidayatullah menantang mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

"Kepada bapak Mantan Jenderal Gatot Nurmantyo, saya Syarif Hidayatullah, mantan jenderal banserKabupaten Banyumas, yang ada di lereng Gunung Slamet (sambil menunjuk gunung) dan di tepian Sungai Serayu.Kita sama-sama mantan Jenderal," ucapnya.

Perbedaannya, lanjut Syarif, ada pada gaji yang diterima. "Hanya saja (perbedaannya) saya mantan jenderal banser yang hanya akan digaji oleh Allah SWT di dunia sampai ke akhirat. Kalaupanjenengan(kamu) digaji oleh negara yang uangnya itu dari rakyat, termasuk saya," katadia.

Baca Juga: Belum Kelar Urusan Borong Alutsista Indonesia, Menhan Prabowo Subianto Ikut Masuk Daftar Menteri yang Kena Reshuffle, Kok Bisa?

Syarif jugamenegaskan,tantangannya kepada seluruh Deklarator Gerakan KAMI. "Kalau sekalian akan bertujuan untuk memakzulkan Jokowi atau merusak tatanan negara yang sudah baik dan benar, akan diotak atik, dirusak, bukan hanya saya yang akan mengadang," ujarnya.

Saatini, topik Banser jadi salah satuyangtrendingdi media sosial, Twitter. Beberapa informasi lainnya mengenai Banserdi Jawa Tengah yang menggeruduk pesantren yang didugaHTI, dan melakukanpenghinaan terhadap PresidenJokowi.

(Tribunnews.com/Viva.co.id)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma