Naskah Ditulis Soekarno, Tapi Tan Malaka Menolak Bacakan Teks Proklamasi Gegara Alasan Kontroversial Ini

Minggu, 16 Agustus 2020 | 15:59
IPPHOS via interaktif.kompas.id

Upacara pelantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden R.I.S. oleh Mahkamah Agung Mr. Kusumah Atmadja tanggal 17/12/1949. Sebelumnya Soekarno dan Moh Hatta didaulat sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI dalam sidang PPKI, sehari setelah proklamasi RI 17/8/1945.

Fotokita.net - Tokoh pers dan pejuang kemerdekaan, B.M. Diah telah melakukan penyelamatan penting atas naskah asli teks proklamasiyang ditulis langsung oleh bapak proklamator Indonesia sekaligus Presiden RI pertama, Soekarno.

Naskah kemudian diserahkan kepada Presiden Kedua RI Soeharto, yang meneruskannya kepada Menteri Sekretaris Negara periode 1988-1998, Moerdiono.

ANRI kemudian menyimpan naskah tersebut sejak diterima dari Moerdiono di tahun 1992.

Naskah asli teks proklamasi yang ditulis langsung oleh bapak proklamator Indonesia sekaligus Presiden RI pertama, Soekarno, akan ditampilkan dalam upacara peringatan HUT ke-75 RI di Istana Merdeka, Senin (17/9/2020) besok.

Baca Juga: Dulu Leha-leha Jadi Negara Terkaya, Kini Nauru Harus Ngemis-ngemis Bantuan Australia Tiap Bulan

Dokumen tersebut rencananya akan diletakkan di mimbar kehormatan, yang terletak di halaman Istana Merdeka, saat upacara berlangsung.

Penyerahan dokumen dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) kepada Sekretariat Presiden dilakukan di Gedung O, ANRI, Jakarta Selatan, Minggu (16/8/2020) hari ini.

Baca Juga: Sering Dianggap Remeh, Ternyata Inilah Penyebab Kita Tak Lolos Kartu Prakerja

"ANRI yang telah menyimpan, merawat, dan menyelamatkan arsip negara berupa tulisan tangan Bapak Ir. Soekarno mengenai pernyataan proklamasi pada saat ini diserahkan kepada kami, Sekretariat Presiden, untuk bersama-sama besok kita tampilkan di mimbar kehormatan," ujar Deputi Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana Sekretariat Presiden, Rika Kiswardani, melalui keterangan tertulis, Minggu.

Baca Juga: Menikah Cuma Buat Batu Loncatan Karir, Jaksa Pinangki Dilamar Laki-laki Lain Saat Sang Suami Berjuang Lawan Penyakit Ganasnya

Naskah yang sebelumnya disimpan di depot penyimpanan arsip statis ANRI kemudian dibawa menuju Istana oleh Sekretariat Presiden.

Nantinya, setelah upacara berlangsung, dokumen akan dikembalikan kepada ANRI.

“Insya Allah tanggal 18 Agustus akan kami serahkan kembali untuk mendapatkan perawatan terbaik di ANRI,” tuturnya.

“Mudah-mudahan kita bisa jadi saksi dan pelaku sejarah karena peringatan hari ulang tahun kemerdekaan tahun ini berbeda,” imbuh Rika.

Sebetulnya Ir Soekarno bukanlah orang yang ditunjuk untuk membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Meski Keberadaannya menjadi misteri, padahal perannya dalam lahirnya negara Indonesia tak terelakan.

Sosoknya jarang sekali muncul dalam catatan sejarah, apalagi dalam buku-buku pelajaran sekolah.

Baca Juga: Bikin Hati Orangtua Murid Lega, Menteri Nadiem Makarim Akhirnya Ubah Aturan Belajar Tatap Muka

Tan Malaka memang kerap kali hadir secara diam-diam dalam acara penting jelang kemerdekaan, namun menggunakan nama samaran.

Padahal, Sutan Sjahrir lebih memilih Tan Malaka yang membacakan teks proklamasi, bukan Soekarno.

Bahkan, Soekarno sendiri sempat meminta Tan Malaka untuk menjadi 'cadangan'pembaca teks proklamasi.

Sebab, Bung Karno takut terjadi sesuatu pada dirinya atau Bung Hatta.

Sebuah permintaan yang dibalas Tan Malaka dengan sebuah kalimat yang benar-benar menunjukkan kenegarawanan dirinya.

Berikut ini kisah lengkapnya.

Baca Juga: Perhatikan Cara Ini, Begini Trik Lolos Seleksi Kartu Prakerja Gelombang 5

Kala itu Juli 1945, Sutan Sjahrir mencari Tan Malaka karena dianggap sebagai tokoh yang paling layak membacakan teks proklamasi.

Meskipun dikenal juga sebagai tokoh gerakan bawah tanah menentang Jepang, Sjahrir bukanlah sosok yang pantas, karena dia dianggap kurang begitu populer di kalangan masyarakat.

Sedangkan Sukarno-Hatta adalah kolaborator Jepang.

Rudolf Mrazek dalam bukunya,Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia, menceritakan bahwa berbagai upaya telah dilakukan Sjahrir untuk mencari Tan yang 20 tahun berada dalam pelarian.

Intisari

Tan Malaka

Setelah beberapa kali mencari, Sjharir akhirnya berhasil bertemu dengan Tan.

Tapi upaya Sjahrir gagal, Tan merasa tidak siap untuk membacakan teks proklamasi.

Sebenarnya sangat disayangkan, ketika proklamasi dikumandangkan, tidak ada sosok Tan Malaka di sana.

Apalagi mengingat bahwa konseptor pertama Republik Indonesia adalah Tan, ini tertuang dalam salah satuopus magnum-nya,Naar de Republiek Indonesia, yang ia susun tahun 1925 saat masih di Belanda.

Baca Juga: Suaminya Pamer Foto Bareng Terbaru, Penampilan Alyssa Soebandono Malah Bikin Pangling Sampai Ada Netizen yang Khawatir: Mbak Icha Sakit?

Buku itu selanjutnya menjadi pegangan wajib tokoh-tokoh pergerakan nasional waktu itu, termasuk juga Soekarno.

Tidak bisa hadir saat proklamasi bisa jadi menjadi penyesalan terbesar bagi tokoh sekaliber Tan Malaka.

Baca Juga: BCL Sebarkan Foto Dirinya Peluk Laki-laki Tampan Ini yang Sudah Bikin Noah Tertawa Lagi, Jadi Isyarat Pengganti Ashraf Sinclair?

Meski demikian, bukan berarti dia tidak mempunyai peran penting.

Beberapa literatur mengatakan, bahwa tokoh yang menggerakkan Sukarni dan rekan-rekannya, adalah Tan Malaka.

Banjarmasin Post

Bung Karno Membaca teks proklamasi pada 17 Agustus 1945

Waktu itu, 6 Agustus 1945, Tan datang ke rumah Sukarni menggunakan nama Ilyas Husain.

Beberapa tokoh pemuda juga datang. Tak hanya sekali, 14 Agustus, untuk kali kedua Tan datang ke rumah Sukarni, lagi-lagi membicarakan masalah nasib bangsa.

Meski demikian, Tan Malaka tidak bisa seenaknya keluar menampakkan diri, karena dia masih dalam status buron pemerintah militer Jepang.

Sekira tiga minggu selepas proklamasi, Sukarno menyuruh Sayuti Melik mencari Tan Malaka.

Baca Juga: Ingin Terlihat Beda, Penampilan Jokowi dengan Baju Adat di Sidang Tahunan MPR Jadi Sorotan, Ahli: Kok Menakutkan...

Sukarno ingin bertemu karena ia mendengar bahwa Tan tengah berada di Jakarta.

Sebagai bagian dari golongan muda, Sayuti cukup tahu di mana Tan berada. Pertemuan pun diatur sedemikian rupa.

Dalam kesaksiannya yang pernah dimuat di Sinar Harapa 1976, Sayuti mengatakan bahwa Sukarno berpesan kepada Tan untuk mengganti posisi Sukarno jika ada sesuatu terjadi dengan dirinya dan Hatta.

Amanah Sukarno ditanggapi dengan biasa oleh Tan. Itu tertulis dalam memoarnya,Dari Penjara ke Penjara, Tan mengatakan, “saya sudah cukup senang bertemu Presiden Republik Indonesia, republik yang sudah lama saya idamkan.”

Baca Juga: Bukan Ingin Dahului Takdir, Mata Batin Mbak You Lihat Kematian Artis Muda dengan Inisial Ini Bakal Gegerkan Tahun 2020, Tapi...

Kemerdekaan tidak menjadikan hidup Tan merdeka, ia tetap menjadi tokoh yang dikejar-kejar, bahkan oleh negara yang dicita-citakannya sendiri.

1949 Tan meninggal di ujung bedil tentara republik di seputaran Kediri, Jawa Timur.

Dan sampai mati, Tan tetaplah Bapak Revolusi yang sunyi.

()

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma