Fotokita.net -Wabah virus corona memang sudah membuat ekonomi Indonesia luluh lantak.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Namun, menurutnya dalam kondisi pandemi virus corona (Covid-19), tidak ada satupun orang yang dapat memperkirakan.
Oleh sebab itu, dia masih mengamati kondisi aktivitas ekonomi hingga 6 pekan ke depan.
"Namun demikian, perlambatan pertumbuhan ini akibat pandemi Covid-19. Ekonomi Indonesia akhir tahun diproyeksikan 2-3 persen. Walaupun hal ini masih bisa saja berubah di sana sini," ujarnya dalam launching virtual Gerakan Nasional Belanja Pengadaan Pemerintah untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Jumat (26/6/2020).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal mengalami kontraksi yang cukup dalam pada kuartal II dan bakal mengalami pemulihan di kisaran 0 persen pada kuartal III.
Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memproyeksi pertumbuhan ekonomi akan mengalami kontraksi baik pada kuartal II dan kuartal III tahun ini.
Kepala Departemen Industri dan Riset Regional Dendi Ramdani mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal II diramal minus 3,44 persen.
Baru pada kuartal III, ekonomi Indonesia bisa mulai bangkit meski angkanya diprediksi masih minus 0,95 persen.
"Kuartal II sangat logis untuk bisa diprediksi ekspektasi memang negatif cukup dalam, mungkin di kuartal III kami bisa ekspektasi ada recovery, artinya mungkin negatifnya bisa mengecil seperti proyeksi kami dari minus 3 persen (3,4 persen) turun ke minus 0,95 persen," ujarnya dalam video conference, Rabu (17/6/2020).
Adapun pada kuartal IV-2020, pertumbuhan ekonomi akan tumbuh positif yaitu sebesar 1,62 persen.
Secara tahunan, Bank Mandiri memprediksi pertumbuhan ekonomi RI bakal di kisaran 0,02 persen di tahun 2020.
Angka itu berada di kisaran proyeksi pemerintah yang memperkirakan kinerja perekonomian RI bakal tumbuh antara -0,4 persen hingga 2,3 persen di akhir tahun.
Dendi pun menjelaskan pemulihan pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah.
Pelonggaran itu akan mendorong aktivitas masyarakat sehingga harapannya menggerakkan ekonomi.
Namun, ia menekankan pelonggaran tersebut harus sejalan dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat, sehingga potensi penularan akibat pelonggaran bisa diantisipasi.
"Karena biar bagaimanapun kalau penularan kasus positif tambah lagi, saya pikir skenarionya bisa jadi beda. Kalau nambah kasus lagi orang khawatir jadi ada PSBB kedua dan ekonomi turun lagi," imbuhnya.
Melindungi diri dari Covid-19 di era new normal.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan kuartal II 2020 menjadi periode pelemahan ekonomi paling dalam sepanjang tahun ini.
Sebab, pada periode ini pemerintah mulai memberlakukan pembatasan aktivitas untuk mencegah penularan pandemi.
"Kuartal II ini perlambatan itu turun diakibatkan ekonomi itu langsung disetop, dibatasi karena dibatasi aktivitas jadi relatif turun drastis," katanya.
Lebih lanjut, ia memprediksi ekonomi mulai pulih pada kuartal III 2020 sejalan dengan pelonggaran pembatasan mulai Juni.
Dengan catatan, pemulihaan ekonomi disertai dengan penerapan protokol kesehatan ketata, maka ekonomi bisa membaik. Namun demikian, menurut dia proses pemulihan tidak serta merta bisa terjadi.
"Tapi persoalannya ekonomi recovery tidak bisa dalam 1-2 bulan, itu yang jadi alasan kami kenapa cycle-nya (siklus) tidak serta merta kuartal II negatif kemudian kuartal II langsung positif tinggi," ucapnya.
Morgan Stanley memasukkan Indonesia ke dalam kategori grup negara Asia di luar Jepang (AxJ) yang berpotensi mengalami pemulihan ekonomi tercepat kedua. Selain Indonesia, ada juga negara Filipina, Korea, Taiwan, dan India.
"Negara-negara tersebut bisa kembali berdaya perekonomiannya seperti sebelum Covid-19 pada kuartal IV-2020 dan pada kuartal I-2021," ujar Morgan Stanley dalam riset yang berjudul "Asia Economic Mid-Year Outlook", seperti dilansir Kontan.co.id, Senin (22/6/2020).
Sementara itu, negara yang menduduki peringkat pertama pemulihan ekonomi tercepat adalah China.
"Negara Tirai Bambu" memang merupakan negara yang pertama yang terkena Covid-19, tetapi juga akan menjadi negara pertama yang bisa keluar dari belenggu Covid-19.
Perekonomian China diprediksi bisa kembali ke sebelum Covid-19 pada kuartal III-2020. Sementara negara-negara yang ada di grup peringkat ketiga adalah Thailand, Malaysia, Singapura, serta Hongkong.
Negara-negara ini diprediksi akan kembali ke perekonomiannya sebelum Covid-19 pada kuartal II-2021. Morgan Stanley membeberkan tiga hal yang bisa memengaruhi kecepatan pemulihan perekonomian negara-negara.
Pertama, seberapa besar dampak dinamika pertumbuhan ekonomi global terhadap struktur pertumbuhan ekonomi negara itu.
Kedua, efektivitas respons yang dikeluarkan oleh lembaga untuk menahan efek negatif Covid-19 yang lebih dalam.
"Termasuk di dalamnya, bagaimana efektivitas respons negara dalam menjaga permintaan domestik," tambah Morgan Stanley.
Terakhir, pelonggaran atau ketersediaan ruang bagi kebijakan yang sewaktu-waktu akan dibutuhkan dalam menghadapi tantangan Covid-19.
(Kompas.com/Mutia Fauzia/Kontan.co.id/Bidara Pink)