Fotokita.net-Konflik perbatasan antara China dan India sudah memanas pada tahun 2017, ketika pasukan India dan PLA melakukan konfrontasi paling serius mengenai pembangunan jalan di Doklam, China, dekat daerah perbatasan tiga persimpangan yang dikenal sebagai Donglang atau Donglang Caochang di Tiongkok, wilayah yang diklaim oleh China dan Bhutan oleh India.
Global Timesmemberitakan, sejak Doklam berselisih, PLA telah memperluas arsenalnya, mengirimkan senjata seperti tank Tipe 15, helikopter Z-20, pesawat serang GJ-2, dan howitzer canggih yang dipasang kendaraan canggih ke dataran tinggi Tibet.
Sementara itu,Times of Indiamemberitakan, militer India dan China akan menggelar perundingan tingkat tinggi pada 6 Juni 2020 yang melibatkan letnan jenderal kedua belah pihak.
Belum lagi perundingan dengan India kelar, China dibikin geram dengan kemunculan Angkatan Laut Amerika Serikat.
Seperti yang terjadi pada hari Jumat minggu lalu itu membuat Beijing panas dingin
Dilansir dari CNN International, Amerika telah kirimkan 3 kapal induk Angkatan Laut untuk berpatroli di Laut China Selatan.
Kapal-kapal induk Amerika memiliki massa 100 ribu ton dan selain digunakan untuk patroli juga digunakan untuk menampung jet tempur mereka.
Kedatangan tiga kapal induk Amerika Serikat ini telah membuat China geram, dan media didukung pemerintah China menyebutkan Beijing tidak akan menahan pertahanan keras mereka.
Ketiga kapal tersebut adalah kapal induk USS Ronald Reagan, USS Theodore Roosevelt yang berpatroli di Pasifik Barat.
Sementara kapal ketiga adalah USS Nimitz di Pasifik Timur, seperti mengutip press release dari Angkatan Laut AS.
Masing-masing kapal membawa 60 jet tempur, sehingga pengiriman tiga kapal induk ini menjadi pengiriman kapal pembawa jet tempur terbesar di Pasifik sejak 2017.
Saat itu, pengiriman kapal dilakukan saat ketegangan dengan Korea Utara terkait program nuklir mereka mencapai puncak.
"Kapal induk dan jet tempur yang dibawa mereka adalah simbol fenomenal dari kekuatan Angkatan Laut Amerika.
"Aku sendiri benar-benar bersemangat bahwa kita mendapatkan tiga sekaligus," Laksamana Muda Stephen Koehler, ketua operasi Komando Indo-Pasifik di Hawaii menyebutkan kepada AP.
Sementara pada hari Minggu, Partai Komunis mengatakan ketiga kapal tersebut dapat mengancam tentara yang menjaga Laut China Selatan.
"Dengan mengumpulkan ketiga kapal induk ini, Amerika mencoba mendemonstrasikan kepada seluruh wilayah dan bahkan seluruh dunia jika mereka tetap menjadi militer angkatan laut terkuat di dunia.
"Pasalnya mereka bisa masuk Laut China Selatan dan mengancam pasukan China yang berjaga di pulau Spratly dan Paracel, dan kapal induk itu melewati perairan terdekat.
"Sehingga Amerika sukses melakukan politik hegemoniknya," ujar Li Jie, ahli angkatan laut Beijing dikutip dari Global Times.
Pengiriman tiga kapal induk dari total tujuh kapal induk Angkatan Laut Amerika berarti tiga kapal induk ada di Pasifik.
Sementara empat yang lain sedang berlabuh untuk perawatan dan perbaikan.
Collin Koh, peneliti di Institute of Defense and Strategic Studies di Singaura, mengatakan China bereaksi dengan brutal karena kehadiran kapal induk tersebut berkebalikan dengan gambaran China terkait Amerika.
China mengira, Amerika terutama Angkatan Lautnya sudah dilumpuhkan dengan pandemi virus Corona.
"Hal ini melawan naratif jika China ingin membuat Amerika tertekan di Pasifik," ujar Koh.
Memang benar, USS Theodore Roosevelt kembali ke laut pada 4 Juni setelah berminggu-minggu mendekam di Guam semenjak ada wabah virus Corona di kapal pada bulan Maret.
Saat itu, lebih dari 1000 kru kapal dari seluruhnya 4900 total teruji positif Corona.
"Kami mengembalikan Theodore Roosevelt ke laut sebagai simbol harapan dan inspirasi, dan instrumen kekuatan nasional karena kita memiliki TR," ujar Kapten kapal induk Roosevelt Kapten Carlos Sardiello.
Sementara USS Ronald Reagan kembali berlayar pada akhir Mei setelah kru kapal diberi larangan gerakan pada pelabuhan mereka di Jepang.
Hal tersebut untuk memastikan Reagan dapat beragkat lagi tanpa kasus Covid-19.
Reagan juga telah diisi dengan 1000 ton artileri, disebutkan oleh Angkatan Laut Amerika "kekuatan perang yang cukup untuk membuat kapal lain tumbang sampai 5 inci di bawah garis laut."
Pergerakan itu datang setelah Angkatan Laut Amerika mengatakan bulan lalu jika semua kapal selam mereka ada di laut dalam ketegangan di Pasifik Barat.
Tidak disebutkan berapa jumlah yang diluncurkan, tetapi ahli mengatakan kemungkinan melibatkan lebih dari 8 kapal serangan cepat dan sulit dikejar.
Carl Schuster, mantan ketua operasi di Komando Center Intelijen Komando Amerika-Pasifik, mengatakan itu bukanlah kebetulan.
"Angkatan Laut China tidak tahu di mana kapal selam tersebut dan itu mempersulit kalkulasi respon dan perencanaan mereka," ujarnya.
Ia juga tambahkan Beijing juga harus tidak boleh lupa tiga kapal induk dan senjata yang ada di atas kapal itu.
Pengiriman tiga kapal induk ini tepat saat ketegangan kedua negara tersebut meningkat.
Minggu lalu, pesawat Angkatan Laut Amerika C-40 yang setara dengan Boeing 737, terbang lewati Taiwan ke Thailand yang disebut mereka sebagai penerbangan logistik rutin.
Jet Amerika tersebut dialihkan Taiwan, yang dianggap China sebagai teritori mereka.
Namun Beiijing menyebutkan tindakan tersebut adalah provokasi serius dan tindakan tanpa dasar hukum, seperti dilansir dari Xinhua.
Perseteruan antara China dan Amerika Serikat kian memanas di Laut China Selatan.
Buktinya, bisa dilihat dari lokasi kapal perang mereka.
Dilansir dari kontan.co.id pada Rabu (17/6/2020),kapal perang milikChina dan Amerika Serikat dilaporkanberada dalam lokasi yang berdekatan.
Tak heran, banyak yang menganggap kondisi inikian nyata.
Seorang sumber militer China mengatakan bahwa dalam satu insiden di bulan April, kapal-kapal dari kedua negara saling berdekatan sejauh 100 meter.
"Insiden semacam itu menunjukkan kurangnya kepercayaan politik antara kedua militer," kata sang sumber seperti dikutipSouth China Morning Post.
Namun sang sumber itu tidak menyebutkan kapal perang mana yang terlibat dalam pertemuan itu.
Beijing dan Washington telah berkompetisi untuk mengerahkan lebih banyak kapal perang ke wilayah tersebut sejak kru di kapal induk yang berbasis di Pasifik Amerika, USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz terpapar virus corona pada akhir Maret.
Sementara kapal-kapal Angkatan Laut People's Liberation Army (PLA) China yakni Liaoning dan Shandong, tampaknya tidak terpengaruh oleh wabah corona.
Hu Bo, Direktur Pusat Studi Strategi Maritim di Universitas Peking, mengatakan penyebaran baru dilakukan AS termasuk dengan mengirimkan kapal serbu amfibi USS America.
Sementara Angkatan Laut PLA juga mengerahkan sejumlah kapal yang serupa.
Dia mengatakan Amerika Serikat membuat penyebaran baru karena khawatir bahwa China mungkin mengambil keuntungan dari kekosongan kekuatan di Laut China Selatan yang dihasilkan dari wabah virus corona.
Dia mengatakan kedua belah pihak sebagian besar tetap profesional dan terkendali dalam insiden di bulan April.
Tetapi ada risiko bahwa insiden tersebut dapat mengakibatkan kesalahan perhitungan dan meningkat menjadi konflik militer.
"Perilaku provokatif semacam ini sepenuhnya didorong oleh kebutuhan politik yang ditujukan untuk menunjukkan kekuatan."
"Tetapi aksi itu bisa saja menjadi kecelakaan," katanya.
Ini bukan pertama kalinya kedua angkatan laut melakukan pertemuan dalam jarak dekat.
Pada bulan Oktober 2018, foto udara yang diambil oleh Angkatan Laut AS menunjukkan sebuah kapal perusak China bergerak dalam jarak 41 meter dan hampir bertabrakan dengan kapal perusak USS Decatur selama pertempuran tegang di Laut Cina Selatan.
Hu mengatakan kedua negara harus membuat mekanisme manajemen krisis yang efektif untuk menangani insiden seperti itu.
Collin Koh, seorang peneliti di Institut Studi Pertahanan dan Strategis, yang berbasis di Universitas Teknologi Nanyang di Singapura, mengatakan kedua belah pihak harus mendokumentasikan insiden semacam itu untuk menunjukkan apa yang terjadi, termasuk dengan foto dan umpan radar.
“Benar-benar tidak profesional jika ada kapal perang yang berusaha sedekat ini."
"Meskipun saya bertanya-tanya mengapa pihak China bahkan membiarkan itu terjadi,” kata Koh.
(Tendi Mahadi)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Konflik kian nyata di Laut China Selatan, jarak kapal perang AS-China hanya 100 meter")