Harga Minyak Dunia Terburuk dalam Sejarah Gara-gara Pandemi Covid-19, Siapa Sangka Pengusaha Ini Malah Sanggup Raup Rp 587 Miliar Tiap 24 Jam: Apa yang Dijualnya?

Senin, 27 April 2020 | 04:29
EPA-EFE/XIONG QI/XINHUA via Kompas.com

Pasien dengan ventilator dan tenaga medis.

Fotokita.net- Semenjak WHO menyatakan, pandemi virus corona yang mengakibatkan penyakit Covid-19 melanda dunia, seketika ekonomi berbagai bangsa runtuh.

Ekonomi dunia sekonyong-konyong seperti berhenti, terlebih China menerapkan penutupan kota Wuhan yang menjadi penyebar pertama dari virus corona.

Gelombang PHK terjadi di mana-manakarena perusahaan tak lagi sanggup membayar karyawan lantaran tak miliki penghasilan selama pandemi corona.

Banyak usaha-usaha yang memilih tutup karena keuangannya menurun.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Nyaris Samai Jakarta, Pergub Jatim Jabarkan Sanksi Selama PSBB di Surabaya Raya: Inilah Rangkumannya

The conversation
The conversation

Mandi Uang Ditengah Wabah Corona, Pembuat Ventilator Raup Penghasilan Rp 15 Triliun Per Bulan

Harga minyak jenis WTI yang berada di bawah 0 dollar AS per barrel, menjadi bukti terpukulnya sektor energi oleh pandemi virus corona (Covid-19).

Pasalnya, banyak negara di dunia memutuskan untuk menerapkan lockdown guna menekan penyebaran Covid-19.

Hal tersebut kemudian berimbas terhadap melemahnya permintaan minyak mentah. Harga minyak acuan jenis Brent juga mengalami penurunan sebesar 9 persen, ke level 25 dollar AS per barrel.

Berbeda dengan WTI, Brent merupakan minyak mentah yang pengangkutannya dilakukan melalui kapal, sehingga pengiriman bisa langsung di lakukan ke wilayah dengan permintaan tinggi.

Baca Juga: Dikabarkan Pernah Lempar Ajudannya Sendiri ke Kolam Piranha, Rupanya Kim Jong Un Selalu Pamer Deretan Gigi Bersih Nan Rapi Saat Berada di Depan Kamera

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi pengeboran minyak.

Kedua harga jenis minyak tersebut sudah terkoreksi lebih dari 50 persen sejak perdagangan awal tahun ini.

Pada Januari 2020, baik minyak jenis WTI maupun Brent masih dijual di atas 65 dollar AS per barrel.

Harga minyak acuan AS West Texas Intermediate (WTI) anjlok ke level negatif atau berada di bawah 0 dollar AS per barrel pada perdagangan Senin (20/4/2020) waktu setempat.

Baca Juga: Bukan Tanpa Alasan, Rupanya Google Street View Sengaja Buramkan Foto Rumah Ini Lantaran Punya Kisah yang Bikin Kita Bergidik

Ini merupakan kali pertama harga minyak acuan WTI berada di zona negatif. Dikutip dari Financial Times, Selasa (21/4/2020), harga minyak acuan WTI untuk pengiriman Mei 2020 sempat anjlok 250 persen ke level -40,32 dollar AS per barrel.

Pada akhir perdagangan Senin, seperti dikutip dari Oilprice.com, harga emas hitam ini ditutup pada -37,63 dollar AS per barrel.

TRIBUNSOLO.COM/GARUDEA PRABAWATI
TRIBUNSOLO.COM/GARUDEA PRABAWATI

Ilustrasi Terminal Bahan Bakar Minyak Boyolali

Tidak adanya lagi ruang penyimpanan di AS, mengakibatkan harga minyak terjun bebas di pasar global.

Namun siapa sangka, di tengah pandemi Covid-19 ini, pengusaha ini masih menghasilkan uang hingga miliaran rupiah.

Menjadikan orang terkaya di Singapura, karena kekayaannya bertambah di tengah keadaan ini.

Dia adalah Li Xiting, pendiri dan ketua perusahaan Shenzhen Mindray Bio-Medical Electronics.

Baca Juga: Kabar Baik di Tengah Pandemi Corona, Polisi Bilang Pemilik SIM Mati Tak Akan Tilang: Tapi, Sampai Kapan Waktunya?

Keuntungannya berlipat-lipat, pasalnya ia menjual alat yang sangat dibutuhkan pasien virus corona.

Kolase TribunnewsMaker.com
Kolase TribunnewsMaker.com

Li Xiting, kekayaannya setiap hari bertambah Rp 587 Miliar perhari gegara adanya pandemi virus corona.

Deketahui Li Xiting menjual alat ventilator untuk pasien covid-19.

Dilansir dari South China Morning Post via TribunStyle.com, pria terkaya di Singapura itu meraup lebih dari 1 miliar dolar AS per bulan tahun ini.

Baca Juga: Kabar Kim Jong Un Meninggal Dunia Makin Simpang Siur, Ternyata Keberadaan Istri Pemimpin Korea Utara Itu Tak Lagi Diketahui: Sengaja Dihilangkan Jejaknya?

Harga saham perusahaan perangkat medisnya itu pun melonjak hampir 50 persen di tengah pandemi virus corona ini.

Berdasarkan data dari Bloomberg, kekayaannya meningkat sebanyak 4,3 miliar dolar AS tahun ini.

Dengan demikian total kekayaannya menjadi 13,5 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp 207 triliun.

Mindray
Mindray

Li Xiting, kekayaannya bertambah Rp 587 miliar per hari gegara wabah corona

Rata-rata dalam sehari, Li Xiting mampu meraup sekitar 37,7 juta dolar AS.

Jika dirupiahkan, berarti senilai Rp 587 miliar ia dapatkan setiap 24 jam.

Mindray kebanjiran orderan peralatan medis sejak pandemi virus corona menyebar ke seluruh dunia dan membuat jutaan orang sakit.

"Pesanan produk kami meningkat tajam pada bukan Maret," kata Mindray kepada SCMP.

Baca Juga: Ngotot Bilang Proses Kepulangannya Dicekal Pemerintah, Tiba-tiba Habib Rizieq Bawa Kabar Gembira: Berkah Ramadhan

Peralatan medis tersebut antara lain adalah ventilator, perangkat pencitraan, dan alat memonitor pasien.

Seperti diketahui, ventilator merupakan alat yang penting dalam perawatan pasien Covid-19.

"Kami menerima pesanan dari 100 negara untuk perangkat medis kami dalam rangka memerangi epidemi," ungkap pihak Mindray.

Pesanan tersebut diterima Mindray untuk hampir 10.000 set peralatan medis.

Baca Juga: Pelan-pelan Terbongkar, Langkah China Ini Seperti Kuatkan Kesaksian Pembelot Korea Utara: Kim Jong Un Sengaja Tutupi Kasus Covid-19 Demi Wibawa Koleganya Itu

Diketahui, perusahaan besutan Li Xiting, Mindray Medical International Limited berdiri pada tahun 1991.

Li telah menjadi warga negara Singapura sejak 2018 lalu dan akhirnya didapuk menjadi orang terkaya di negara tersebut.

Kekayaannya melejit setelah sukses dengan bisnisnya menjual peralatan medis di tengah pandemi, termasuk ventilator.

Baca Juga: Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19, Raja Arab Saudi Murung Saat Lihat Foto Tarawih di Masjdil Haram Hingga Imam Masjid Bacakan Lafalan Doa Penangkal Corona

Ventilator sangat dibutuhkan oleh pasien corona, karena alat tersebut sangan membantu pasien untuk bernapas.

Alat tersebut membantu paru-paru tetap mengembang sehingga kantung udara di dalamnya tidak mengempis. (*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya