Sosoknya Disorot Gara-gara Video Marah-marahnya Pada Seniman TIM Jadi Viral, Rupanya Pejabat DKI Ini Punya Sederet Gelar Mentereng yang Jadi Andalan Anies Baswedan. Begini Profilnya

Minggu, 24 November 2019 | 09:08
dok. Tribunnews

Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta, Dadang Solihin.

Fotokita.net-Dadang Solihin ternyata pernah sukses dalam mengupayakan pelestarian Budaya Betawi Tionghoa lewat ajang Pagelaran Pecinan Batavia 2019 yang di gelar di Plaza Fatahillah pada Sabtu (16/11/2019).

Namanya tiba-tiba kembali mencuat gara-gara sebuah video bernada tinggidiunggah pada Sabtu (23/11/2019) pukul 16.00 WIB dalam akun Facebook Humor Politik.

Sebuah video rekaman yang memperlihatkan Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta, Dadang Solihin, yang tengah marahi seniman di Taman Ismail Marzuki (TIM) ramai dibicarakan di media sosial.

Baca Juga: Heboh Soal Peraturan yang Larang Kue dengan Ucapan Natal dan Imlek, Konsultan Politik Anies Baswedan Ini Tiba-tiba Meradang: Semua Itu Fitnah!

Dalam video itu, Dadang terlihat berdiri dari tempat duduknya sambil mengungkapkan, "Mau tidak diskusi... mau tidak diskusi?" ujarnya tegas.

Situasi memanas usai Dadang berkata demikian.

Beberapa orang menunjukkan rasa tidak sukanya.

"Wah biasa aja dong jangan galak-galak," seru beberapa orang dalam video rekaman tersebut.

"Tidak bisa pejabat marah seperti itu," ujar yang lain.

Lalu, dengan nada pelan Dadang mengungkapkan bahwa ia tidak bermaksud marah.

Kompas | Tribun

Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta Dadang Solihin (kiri), acara yang diselenggarakan saat Pecinan Batavia 2019 (kanan).

"Tidak marah, saya tidak marah," ucapnya.

Setelah itu, diskusi tampak dibubarkan, Dadang yang kala itu menghampiri seniman-seniman yang hadir pun tak digubris.

"Bubar...bubar...bubar," ujar seseorang dalam video yang viral tersebut.

Dalam unggahan itu, akun Humor Politik menuliskan keterangan "Begini cara staff Anies sosialisasi tentang renovasi Taman Ismail Marzuki (TIM), di hadapan para senior. Pakai cara arogan, bentak-bentak, ngancem, dll."

Unggahan itu disukai 1.493 orang dan dikomentari 1.003 orang.

Baca Juga: Dapat Pujian dari Adik Ahok yang Dulu Pernah Membencinya, Foto Veronica Tan Bareng Istri Anies Baswedan Malah Bikin Warganet Pangling. Apa Rahasianya?

Kompas.com lantas mengonfirmasi hal ini kepada Dadang Solihin.

Ia pun membenarkan hal itu.

"Iya, itu saya dengan teman-teman seniman Taman Ismail Marzuki," ujar Dadang, saat dikonfirmasi, Sabtu.

Dadang menceritakan bahwa peristiwa itu terjadi pada Rabu (20/11/2019) lalu, saat ia diundang menjadi pembicara menggantikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam diskusi publik "PKJ-TIM Mau Dibawa ke Mana?"

Dadang mengatakan, peristiwa itu bermula ketika ia menjadi pembicara dalam diskusi itu.

Namun, di tengah diskusi, sejumlah seniman yang hadir malah memotong pembicaraan untuk meledek dan mengolok-olok Dadang hingga akhirnya ia bersikap tegas.

Dadang membantah bahwa dirinya saat itu marah.

Menurut dia, nada bicaranya memang tinggi.

Sebab ia seorang dosen.

"Saya tidak marah, ya gini emang suara saya. Jadi setiap saya ngomong, mereka ngomong jorok. Itu sebenernya saya ngerti, mereka kan pemain teater."

"Terus saya bilang ini mau dilanjutkan diskusi atau enggak mau dilanjutkan diskusi," cerita Dadang.

Baca Juga: Wakil Rakyat DKI Makin Teliti, Kini Mereka Temukan Lagi Rancangan Angka yang Bikin Penasaran. Lantas, Mereka Pun Tersadar Pada Rezim Sebelum Masa Anies Baswedan

Setelah itu, Dadang pun menghampiri para seniman dan membicarakannya dengan baik-baik.

"Terus saya datengin, mau dirangkul. Saya bilang, 'Ya sudah pelukan, pelukan aja', terus dia marah," kata Dadang.

Namun, hal itu tak berlangsung lama. Dadang dan para seniman itu akhirnya berdamai kembali. Bahkan, Dadang sempat mendengarkan mereka membacakan deklarasi penolakan terkait rencana revitalisasi TIM.

"Setelah itu mereka membuat deklarasi menolak revitalisasi TIM."

Baca Juga: Biarpun Akui Kurang Pengalaman, Politikus Muda yang Bikin Anies Baswedan Geram Ini Bilang Punya 2 Kelebihan Tersembunyi

"Kan emang mereka tinggal di situ ya jadi mereka menolak adanya revitalisasi. Tapi setelah acara itu kami foto-foto, selfie, ketawa-ketawa kok," katanya.

Mendapat Pujian

Tribunnews.com

Upaya pelestarian Budaya Betawi Tionghoa lewat ajang Pagelaran Pecinan Batavia 2019 yang di gelar di Plaza Fatahillah

Dadang Solihin ternyata pernah sukses dalam mengupayakan pelestarian Budaya Betawi Tionghoa lewat ajang Pagelaran Pecinan Batavia 2019 yang di gelar di Plaza Fatahillah pada Sabtu (16/11/2019).

Acara tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta dan berlangsung sukses.

Acara bahkan dan mendapat pujian dan respon positif dari kalangan tokoh Tionghoa Betawi yang hadir saat pembukaan.

Bukti keberhasilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menggelar event Pagelaran Pecinan Batavia perdananya, hal itu diakui Hansen salah satu tokoh Tionghoa yang berpengaruh, saat hadir pembukaan.

Tribunnews.com

Pagelaran Pecinan Batavia 2019.

"Saya salut upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta untuk melestarikan Budaya Betawi yang terpengaruh oleh Budaya Tionghoa."

"Saya apresiasi kerja keras panitia sehingga acara Pagelaran Pecinan Batavia berlangsung sukses," ujar Hansen, salah satu tokoh Tionghoa yang hadir saat pembukaan Pagelaran Pecinan Batavia."

Baca Juga: Dilaporkan ke Polisi Gara-gara Unggah Meme Anies Baswedan Berwajah Joker, Ternyata Dosen UI Ini Sudah Sering Diadukan ke Pihak Berwajib. Apa Saja Kasusnya?

Semula Hansen mengira acara yang digelar pada hari Sabtu 16 November 2019 sekedar seremonial untuk menjalankan program kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

Tapi ternyata acaranya dikerjakan oleh tim dengan bertukar pikiran bersama Adri Manan dan Rani yang memahami budaya Tionghoa yang begitu megah dan elok.

Lahir pada 6 November 1962, Dadang Solihin merupakan salah satu sosok pegawai negeri sipil yang sangat memperhatikan nasib rakyat.

Cikal bakal tingginya perhatian terhadap nasib rakyat ini bermula jauh sebelum dia menjadi seorang pegawai pemerintah, yakni sejak Solihin masih mengenyam bangku pendidikan formal.

Pria kelahiran kota kembang, Bandung, ini menuntut ilmu di kota asalnya sendiri, SMA Negeri 3, dan melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Parahyangan Jurusan Ilmu dan Perkembangan Ekonomi.

Bidang studi ini memang sudah menjadi kegemaran bapak tiga anak ini sejak masih duduk di bangku SMA. Usai menyelesaikan pendidikan Strata 1 di Universitas Parahyangan, Dadang Solihin memperoleh kesempatan belajar di luar negeri, Amerika Serikat tepatnya, pada Universitas Colorado, Denver, dengan mayor Ilmu Ekonomi sesuai bidang keahlian sarjananya.

Setelah memperoleh gelar M.A. dalam bidang Ekonomi, Solihin memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan meneruskan kuliah di tingkat doktoral pada Universitas Padjajaran, kali ini untuk bidang Ilmu Pemerintahan. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan membawa Dadang Solihin berhadapan langsung dengan kepentingan publik. Sebagai Kepala Sub-Direktorat Informasi Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta, adalah tugas Solihin untuk menjamin ruang gerak yang cukup bagi rakyat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari mereka.

Kesibukannya sebagai Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah, BAPPENAS, juga mengharuskan pria yang bermotto "putting people first" ini untuk terus mengabdi dan memastikan bahwa pembangunan daerah telah berjalan sesuai dengan rel yang telah disepakati. Kinerja dan buah pikir Dadang Solihin dapat dilihat melalui berbagai presentasi dalam seminar dan atau rapat kerja, baik di tingkat pusat maupun daerah, seperti Paradigma Baru Sistem Perencanaan Pembangunan, Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah, Pemahaman terhadap Konsep Dasar Perencanaan Pembangunan serta Kebijakan Pembangunan 2013, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik, Sistem Evaluasi Pembangunan Tingkat Dasar, Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan, Peranan PEMDA dan Kelembagaan dalam Penanggulangan Kemiskinan Daerah, Nasionalisme Kebangsaan Pemuda Indonesia di Era Reformasi, serta Sistem Montoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya