Semburkan Awan Panas dan Suara Gemuruh, Merapi Juga Sempat Keluarkan Titik Api. Sayang, Pengamatan Visual Terhalang Gara-gara Hal Ini

Selasa, 15 Oktober 2019 | 06:53
ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGRO

Gunung Merapi

Fotokita.net - Pada hari Senin (14/10/2019) sore pukul 16.31 WIB, Gunung Merapi menyemburkan awan panas dengan tinggi kolom sekitar 3.000 meter dari puncak.

Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, semburan awan panas tersebut terekam di seismogram dengan durasi 270 detik dan amplitudo 75 mm.

Hujan abu tipis melanda sejumlah wilayah di Boyolali dan Magelang di Jawa Tengah pasca-semburan awan panas Gunung Merapi, Senin (14/10/2019).

Baca Juga: Kemarau Panjang Tahun Ini, Puncak Gunung di Indonesia Munculkan Lagi Fenomena Unik Ini. Foto-fotonya Jadi Viral di Media Sosial

Dari pantauan sementara, wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terjadi hujan abu tipis di Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo. Sementara itu, dikutip dari Antara, sejumlah wilayah di Magelang juga diguyur hujan abu tipis. Hujan abu tipis tersebut tidak sampai menganggu aktivitas warga.

Akun Twitter @merapi_news
Akun Twitter @merapi_news

Gunung Merapi kembali mengeluarkan guguran awan panas.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Menurut Maryanto, Kadus Stabelan, Boyolali, telah terjadi hujan abu tipis pada Senin sore. "Iya, hujan abu tipis. Hujan abu tipis berlangsung dari pukul 17.00 - 17.30 WIB," katanya dikonfirmasi, Senin (14/10/2019) petang.

Sementara itu, semburan awan panas, sempat menyita perhatian warga. Pasalnya, pasca Gunung Merapi menyeburkan awan panas itu, lalu muncul titik api di bawah Pasar Bubrah.

Namun demikian, menurut Maryanto, saat terjadi hujan abu, warga tetap beraktivitas seperti biasa.

Kompas.com

Status Gunung Merapi waspada level II

Seperti diketahui, saat terjadi semburan awan panas, tampak muncul titi api di kawasan Pasar Bubrah. Warga menduga, api itu diduga kuat berasal dari luncuran material yang dimuntahkan Gunung Merapi.

"Di beberapa titik sebelah selatan Gunung Merapi tepatnya di bawah Pasar Bubrah muncul titik api. Api terlihat setelah Gunung Merapi mengeluarkan awan panas tadi," kata Maryanto.

Untuk itu, warga akan melakukan pantauan terkait kondisi kawasan hutan di lereng Merapi di sisi wilayah Boyolali tersebut.

Baca Juga: Jumlah Pengunjung Negeri Di Atas Awan Gunung Luhur Capai Rekor Baru, Warga Desa Citorek Justru Rasakan Manfaat Positif: Dapur Jadi Ngebul Terus!

Kompas.com/Rony Adolof

Gunung Merapi

"Warga masih memantau api itu. Karena ini tadi tertutup kabut sehingga tidak terlihat apinya," terangnya.

Dilansir dari Antara, sejumlah warga di Kecamatan Selo, Boyolali, sempat panik berlarian keluar rumah setelah mendengar suara gemuruh dari puncak Gunung Merapi yang meletus, Senin petang.

Menurut Tumar, Kepala Desa Jrakah, Boyolali, warga mengaku mendengar dua kali dentuman dari puncak Merapi dan melihat ada kepulan asap putih ke atas.

"Asap dari puncak Merapi itu, meluncur ke atas sekitar 30 menit setelah dua kali mengeluarkan suara gemuruh," kata Tumar.

Baca Juga: Awalnya Tak Punya Penghasilan Tetap, Kini Janda-janda di Sekitar Negeri Di Atas Awan Gunung Luhur Raup Jutaan Rupiah Per hari. Begini Kisah Positif Mereka

TribunJogja/Setya Krisna Sumarga

Terdeteksi 10 Kali Gempa Guguran dari Puncak Merapi, Akses Jalan Tambang dari Kepuharjo ke Kali Gend

Namun, kata dia, kondisi warga di Desa Jrakah hingga kini masih aman karena arah asap yang keluar dari puncak Merapi mengarah ke Sleman Yogyakarta.

Hujan abu tipis juga melanda sejumlah desa di Magelangg. Dilansir dari Antara, sejumlah desa tersebut berada di Kecamatan Srumbung, Dukun, Salam, Sawangan, Muntilan, dan Mungkid.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang, Edy Susanto. Edy pun juga menjelaskan, tim telah dikerahkan ke wilayah-wilayah tersebut untuk membagikan masker kepada warga.

"Ada dua tim BPBD Kabupaten Magelang yang membagikan masker, masing-masing tim menggunakan mobil," katanya. (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya