Fotokita.net - Selagi asap pekat menyelubungi sebagian wilayah Indonesia, tagar #IndonesiaDaruratAsap viral di Twitter.Tagar #IndonesiaDaruratAsap mulai muncul pada Sabtu (14/09) dan sudah ada 16.300 cuitan menggunakan tagar ini hingga pukul 15.40 WIB.
Berdasarkan pantauan satelit milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terdapat 3.416 titik panas yang terdeteksi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Menhub Bilang Kabut Asap Tak Ganggu Penerbangan, Tapi Foto Ini Buktikan Bandara Riau Tampak Gelap

:quality(100)/photo/2019/09/14/297692237.jpg)
Sejumlah petugas pemadam kebakaran berupaya meredakan api yang melalap kawasan di Pekanbaru, Riau, Jumat (13/09).
Kebakaran hutan dan lahan nampaknya menjadi permasalahan tahunan yang terjadi di Indonesia dan belum bisa teratasi hingga hari ini.
Saat ini saja, ribuan titik api masih tersebar khususnya di sejumlah provinsi di Sumatera dan Kalimantan.
Seorang ibu dan anaknya mengenakan masker saat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9).
Titik api ini menyebabkan asap tebal yang mengganggu penglihatan juga kesehatan masyarakat di sekitar wilayah kebakaran.
Bahkan tak hanya di wilayah sekitar terjadi kebakaran, asap ini terbawa angin dan mengganggu aktivitas juga kesehatan masyarakat di negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Seorang penjual koran mengenakan masker saat berjualan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9).
Selama ini di Indonesia bencana kabut asap kerap terjadi saat memasuki puncak musim kemarau. Kebakaran terjadi akibat suhu panas yang terjadi, ditambah dengan aktivitas pembukaan lahan yang dilakukan oleh manusia.
Masyarakat terdampak yang didominasi oleh anak-anak banyak mengalami masalah pernapasan seperti ISPA, sesak, batuk flek, demam, dan sebagainya.
Siswa sekolah di Pekanbaru dipulangkan lebih awal karena kualitas udara kembali memburuk akibat kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan, di Kota Pekanbaru, Riau, Senin (9/9).
Namun, sebuah penelitian berjudul Fires, Smoke Exposure, and Public Health: An Integrative Framework to Maximize Health Benefits From Peatland Restoration (2019) dari Harvard University menyebut kebakaran hutan jika terus terjadi hingga beberapa dekade ke depan, akan menyebabkan kematian dini yang tinggi.
Disebutkan, angka kematian dini itu mencapai angka 36.000 jiwa per tahunnya di seluruh wilayah terdampak, yakni 92 persen dari jumlah itu akan terjadi di Indonesia, 7 persen di Malaysia, dan 2 persen di Singapura.
Dua patung di Monumen Perjuangan Rakyat Riau bermasker saat kabut asap pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (14/9). Belum bisa dipastikan siapa yang memasang masker di patung itu.
Risiko ini, tentu masih bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan sama sekali dengan cara dan strategi yang dilakukan dengan maksimal.
“Tingkat kematian dini ini bisa dicegah sebanyak 66 persen dengan strategi pengelolaan lahan yang komprehensif, seperti restorasi lahan gambut secara maksimal” kata Tianjia Liu, salah satu peneliti dalam penelitian ini sebagaimana dikutip dari The Conversation.
Seorang petugas pemadam kebakaran berupaya mematikan api yang melanda kawasan gambut di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jumat (13/09).
Selain kematian dini, paparan kabut asap yang terjadi juga bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang lebih serius daripada yang ditemukan hari ini. Misalnya stroke, penyakit kardiovaskular, bahkan kerusakan otak.
Dalam penelitian sebelumnya dari Singapura dan Amerika Serikat, disebutkan pula bahwa kabut asap dapat menyebabkan stunting pada anak-anak yang terpapar kabut asap sejak dalam kandungan.
Hal itu disebabkan kualitas udara yang menjadi beracun pada kabut asap dapat menyaring pasokan oksigen yang teralirkan pada janin. (Luthfia Ayu Azanella/Kompas.com)
Kepulan asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan membumbung di kawasan Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jumat (13/09).
Kepulan asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan membumbung di kawasan Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jumat (13/09).