Nasib Tragis Satwa Percobaan, Jadi Martir Demi Penelitian Kehidupan di Luar Angkasa

Kamis, 05 September 2019 | 06:25
iStockphoto

Tokek dikirim ke luar angkasa sebagai bagian dari penelitian.

Fotokita.net-Siapa sangka dalam peradaban manusia ke ruang angkasa monyet dan kera memiliki peran penting. Karena mereka sering dikirim ke ruang angkasa.

Menurut Geeks, sebelum manusia memasuki ruang angkasa, Uni Soviet melakukan percobaan dengan mengirim anjing ke angkasa.

Kemudian Amerika memutuskan untuk mengirim primata ke luar angkasa sebagai subyek eksperimental karena primata dan manusia mirip.

Baca Juga: Disertasi Mahasiswa Pasca Sarjana Ini Jadi Kontroversi, Apakah Ada Celah Halal dalam Islam Soal Hubungan Seks di Luar Nikah?

Geeks
Geeks

Kisah para monyet yang dikirim ke ruang angkasa.

Kera pertama yang dikirim adalah Albert, pada Juni 1948 diluncurkan dengan roket NASA V2.

Namun, nasib Albert tidak sebaik seperti yang dibayangkan. Karena dia mati lemas saat terbang 63 kilometer dari tanah.

Setahun kemudian, Albert II dikirim ke ketinggian 134 kilometer.

Ia adalah monyet pertama yang mencapai ketinggian.

Baca Juga: Dipeluk Sang Ibu, Foto-foto Anak Korban Kecelakaan Fatal di Tol Cipularang Ini Bikin Kita Trenyuh...

Meski selamat dari peluncuran, dalam proses kembali ke tanah, parasutnya tidak terbuka. Sehingga diatewas ketika jatuh.

Kemudian, Albert III dan IV meninggal dalam penerbangan pada akhir 1949 dan Albert V mati akibat kegagalan parasut lainnya tahun 1951.

Tahun 1951, nama Albert diganti Yorick (sebelumnya bernama Albert VI) selamat dan terbang 72 kilometer dari darat.

Namun, kutukan nama Albert masih ada, dia menderita kelelahan dan panas fatal.

The Vintage News

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Hingga kemudian 1959, ini adalah tonggak penting di mana monyet tupai Miss Baker dan monyet rhesus bernama Miss Able mencapai ketinggian 483 kilometer dan kembali dalam kondisi hidup.

Ini adalah salah satu keberhasilan.

Namun beberapa monyet selanjutnya seperti Sam, Miss Bell mengalami kendala. Namun Sam kembali dengan selamat.

Baca Juga: Tahun 2019 Belum Lagi Berakhir, Bocoran Hape 4 Kamera Rilisan 2020 Telah Beredar. Inilah Spesifikasinya...

Saat Amerika melakukan percobaan itu, Uni Soviet juga melakukannya dengan anjing. Sedangkan Prancis menggunakan kucing.

Meskipun perjalanan ruang angkasa manusia menjadi lebih aman dan lebih populer, itu tidak sepenuhnya menghentikan eksperimen primata memasuki ruang angkasa.

Geeks
Geeks

Ini adalah simpanse bernama Sam yang dikirim ke ruang angkasa.

Pada akhir 1961, seekor monyet tupai bernama Goliath terbunuh dalam roket tipe-E Atlas yang diluncurkan oleh Angkatan Udara Cape Canaveral (Amerika Serikat).

Pada tahun 1969, seekor monyet lumba-lumba bernama Bonnie menghabiskan sembilan hari di luar angkasa, menyebabkan serangan jantung fatal karena dehidrasi.

Baca Juga: Berbekal Senjata Ini, Sekelompok Anak-anak Muda Ingin Bikin Maju Pelosok Papua. Foto-foto Aksi Mereka Bikin Kita Bangga

Terakhir pada 1980-an, Uni Soviet meluncurkan satelit Bion membawa sepasang monyet ke orbit.

Serangkaian satelit ini berlanjut hinggi Bion 11 diluncurkan 1996.

Membawa monyet Lapik dan Multik. Namun 14 hari kemudian Multik terbunuh.

Kematian monyet ini akhirnya membuat orang sadar akan masalah etika menggunakan hewan untuk penelitian, dan pecinta hewan di seluruh dunia mulai menyerukan orang untuk menghentikan perilaku ini.

Kisah "Space Monkey" tidak muncul untuk waktu yang lama, tentu saja, terutama karena teknologi ini semakin matang dan tidak memerlukan monyet.

Geeks
Geeks

Salah satu monyet sebelum dikirim ke ruang angkasa.

Namun, pada 2011, setelah bereksperimen dengan tikus, kura-kura dan cacing, Iran mulai bereksperimen dengan mengirim monyet ke luar angkasa.

Pada 2013, seekor monyet bernama Fargam dikirim ke Iran sejauh 120 kilometer.

Untungnya, nasib monyet Iran ini tidak begitu tragis. Dia aman kembali ke Bumi, dan manusia akhirnya mengakhiri kisah monyet yang pergi luar angkasa. (Afif Khoirul M/Intisari Online)

foto : kompas.com

Sampah di Luar Angkasa

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Sumber : Geek.com

Baca Lainnya