Follow Us

Cepetan Motret, Malam Ini Bulan Purnama Cuma Terjadi 3 Tahun Sekali, Begini Penjelasannya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 02 September 2020 | 20:22
Potret stasiun antariksa ISS yang terbang melintasi bulan purnama.
Difa Restiasari

Potret stasiun antariksa ISS yang terbang melintasi bulan purnama.

"Derivasinya ke dalam kalender menghasilkan durasi 365 hari atau 366 bila kabisat," ujarnya.

Ilustrasi bulan purnama
Pixabay

Ilustrasi bulan purnama

Sebaliknya, dalam kalender bulan, basisnya adalah periode sinodik Bulan.

Ini dimaksukan sebagai rentang waktu yang dibutuhkan Bulan untuk bergerak dari sebuah titik konjungsi ke titik konjungsi berikutnya yang bersebelahan.

Baca Juga: Disebut Tak Pas Sebagai Cucu Ma'ruf Amin, Begini Alasan Wapres Enggan Klarifikasi Status Adly Fairuz dalam Keluarganya

"Periode sinodik itu rata-rata 29,5 hari," kata dia. Sehingga, derivasinya dalam kalender Hijriyah akan menghasilkan durasi 354 hari atau 355 hari bila kabisat.

Maka, tahun hijriyah selalu lebih cepat 10-11 hari dibanding tahun Gregorian.

Lebih spesifik lagi, 36 bulan kalender Gregorian relatif setara dengan 37 bulan kalender hijriyah.

Mengingat durasi bulan kalender Gregorian umumnya 30 atau 31 hari, maka dapat diperhitungkan bahwa dalam sekitar tiga tahun, sebuah fenomena fase Bulan seperti purnama atau perbani akan berulang pada tanggal yang sama atau berdekatan bagi kalender Gregorian.

Baca Juga: Nama TNI AD Lagi-lagi Tercoreng, Kini Anggotanya Pamer Pistol Usai Tak Terima Ditegur Satgas Covid-19, Begini Kronologinya

"Inilah penyebabnya kenapa berulang setiap 3 tahun," ujarnya.

Sebagai catatan, fenomena Bulan purnama di awal bulan ini bisa disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, dan tidak memiliki dampak tertentu apapun.

Editor : Fotokita

Latest