Getaran gempa pada skala II Modified Mercalli Intensity (MMI) dirasakan oleh beberapa orang dan membuat benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Gempa di Rangkasbitung juga dapat dirasakan di Lebak pada skala III-IV MMI; Cihara, Rangkasbitung, Bayah, Pandeglang, Malingping, Cibeber, Banjarsari, dan Sukabumi pada skala III MMI; Depok dan Bandung pada skala II-III MMI; serta Tangerang Selatan pada skala II MMI.
Getaran pada skala III MMI dirasakan nyata dalam rumah seakan-akan ada truk berlalu dan getaran pada skala IV MMI dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta menimbulkan gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.
Pusat gempa bumi di Rangkasbitung itu berada di koordinat 6.69 Lintang Selatan, 106.14 Bujur Timur, pada kedalaman 82 km berdasarkan pemodelan BMKG gempa tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab gempa yang pusatnya berada di 18 km barat daya Rangkasbitung itu.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengungkap, gempa ini terjadi akibat subduksi lempeng Indo-Australia.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam dibawah lempeng Eurasia," jelas Rahmat dalam siaran pers BMKG, Selasa (7/7/2020).
Menurut dia, hasil analisis mekanisme sumber gempa BMKG menunjukkan, lindu Rangkasbitung memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).