Pencipta Keluarga Cemara Itu Telah Berpulang. Selamat Jalan Arswendo Atmowiloto yang Selalu Bilang Mengarang Itu Gampang!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 19 Juli 2019 | 18:49
 
Arswendo Atmowiloto menderita penyakit kanker prostat
TRIBUNNEWS
HERUDIN/TRIBUNNEWS

Arswendo Atmowiloto menderita penyakit kanker prostat

Arswendo mulai merintis kariernya sebagai sastrawan sejak tahun 1971. Cerpen pertamanya berjudul “Sleko”, yang dimuat dalam majalah Mingguan Bahari. Di samping sebagai penulis, ia juga aktif sebagai pemimpin di Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, Solo (1972).

Baca Juga: Viral FaceApp, Buat Pemakai Hape Android Ternyata Ada 3 Aplikasi Alternatif Buat Edit Foto Muka Tua!

Setelah itu, ia bekerja sebagai konsultan penerbitan Subentra Citra Media (1974—1990), sebagai pemimpin redaksi dalam majalah remaja Hai, sebagai pemimpin redaksi/penangung jawab majalah Monitor (1986), dan pengarah redaksi majalah Senang (1998).

Arswendo Atmowiloto adalah pengarang serba bisa yang sebagian besar karyanya berupa novel. Isi ceritannya bernada humoris, fantatis, spekulatif, dan suka bersensasi. Karyanya banyak dimuat dalam berbagai media massa, antara lain Kompas, Sinar Harapan, Aktual, dan Horison. Karangannya antara lain diterbitkan oleh penerbit Gramedia, Pustaka Utama Grafiti, Ikapi, dan PT Temprint. Puluhan karyanya telah dibukukan, sebagian diangkat ke layar televisi dan film.

Ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat. Ketika itu, tabloid Monitor memuat hasil jajak pendapat mengenai tokoh pembaca. Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi Muhammad SAW, yang terpilih menjadi tokoh nomor 11. Sebagian masyarakat muslim marah dan terjadi keresahan di tengah masyarakat. Arswendo kemudian diproses secara hukum dan divonis hukuman lima tahun penjara karena tulisannya dianggap subversi dan melanggar Pasal 156 A KUHP dan Pasal 157 KUHP. Setelah itu, ia menyatakan penyesalannya dan meminta maaf kepada masyarakat melalui media TVRI dan beberapa surat kabar ibu kota.

Baca Juga: Tahun 2018 Jakarta Jadi Kota dengan Polusi Udara Paling Buruk di Asia Tenggara. Kini Bambu Getih Getah Jadi Korbannya!

Ketika ia berada di dalam tahanan, ia menulis cerita bernada absurditas, humoris (anekdot), dan santai. Cerita tersebut bertema kehidupan orang tahanan beserta masyarakat umum di ibu kota yang mengalami keputusasaan dalam menghadapi sesuatu yang sulit. Arswendo pernah mendapat kecaman dan dianggap sebagai pengkhianat karena pendapatnya yang dianggapnya keliru oleh para pengamat sastra. Aswendo berpendapat bahwa “Sastra Jawa telah mati”. Ia sangat menghargai penulis komik, khususnya komik wayang dan silat yang dianggap banyak berjasa dalam pendidikan anak.

Karya Arswendo antara lain berupa naskah drama, cerpen, novel, dan puisi. Berikut adalah karyanya: 1. Sleko (1971) 2. Ito (1973) 3. Lawan Jadi Kawan (1973) 4. Bayiku yang Pertama: Sandiwara Komedi dalam 3 Babak (1974) 5. Sang Pangeran (1975) 6. Sang Pemahat (1976) 7. Bayang-Bayang Baur (1976) 8. 2 x Cinta (1976) 9. The Circus (1977) 10. Semesta Merapi Merbabu (1977) 11. Surat dengan Sampul Putih (1979) 12. Saat-Saat Kau Berbaring di Dadaku (1980) 13. Dua Ibu (1981) 14. Saat-Saat (1981) 15. Pelajaran Pertama Calon Ayah (1981) 16. Serangan Fajar (1982) 17. Airlangga (1985) 18. Anak Ratapan Insan (1985) 19. Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel Kawinnya Juminten,1985) 20. Pengkhianatan G30S/PKI (1986) 21. Dukun Tanpa Kemenyan (1986) 22. Akar Asap Neraka (1986) 23. Garem Koki (1986) 24. Canting: Sebuah Roman Keluarga (1986) 25. Indonesia from the Air (1986) 26. Telaah tentang Televisi (1986) 27. Lukisan Setangkai Mawar: 17 Cerita Pendek Pengarang Aksara (1986) 28. Tembang Tanah Air (1989) 29. Menghitung Hari (1993) 30. Oskep (1994) 31. Abal-abal (1994) 32. Berserah Itu Indah: Kesaksian Pribadi (1994) 33. Auk (1994) 34. Projo & Brojo (1994) 35. Sebutir Mangga di Halaman Gereja: Paduan Puisi (1994) 36. Khotbah di Penjara (1994) 37. Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (1994) 38. Suksma Sejati (1994) 39. Surkumur, Mudukur, dan Plekenyun (1995) 40. Kisah Para Ratib (1996) 41. Darah Nelayan (2001) 42. Dewa Mabuk (2001) 43. Kadir (2001) 44. Keluarga Bahagia (2001) 45. Keluarga Cemara 1 46. Keluarga Cemara 2 (2001) 47. Keluarga Cemara 3 (2001) 48. Pesta Jangkrik (2001) 49. Senja yang Paling Tidak Menarik (2001) 50. Dusun Tantangan (2002) 51. Mencari Ayah Ibu (2002) 52. Mengapa Bibi Tak ke Dokter (2002) 53. Senopati Pamungkas (1986/2003) 54. Fotobiografi Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005)

Penghargaan

1. Hadiah Zakse (1972) untuk esainya yang berjudul “Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi”

2. Hadiah Perangsang Minat Menulis dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1972 dan 1973) untuk dramanya yang berjudul “Penantang Tuhan” dan “Bayiku yang Pertama”

3. Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1975) untuk damanya “Sang Pangeran” dan “Sang Penasehat”

Editor : Fotokita

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

slide 4 to 6 of 9

Latest

Popular

x