Fotokita.net - Pukul Manyapu atau Baku Pukul Manyapu merupakan atraksi unik dari Maluku Tengah yang biasanya dipentaskan di Desa Mamala dan Desa Morella, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah.
Berlangsung setiap 7 Syawal (penanggalan Islam) dan telah berlangsung dari abad XVII yang diciptakan seorang tokoh agama Islam dari Maluku bernama Imam Tuni.
Ukuwala Mahiate diikuti 20 peserta dari kedua desa yang saling berhadapan dengan memegang sapu lidi di kedua tangan.
Upacara ritual 'ukuwala mahiate' atau pukul sapu merupakan upacara adat negeri Mamala yang dilaksanakan setiap tahun, dilatarbelakangi pembangunan Masjid Mamala.
Kata ukuwala diambil dari bahasa negeri Mamala yang artinya sapu lidi, sedangkan Mahiate artinya baku pukul.
Jadi, arti dari ukuwala mahiate adalah baku pukul sapu lidi atau disebut juga pukul menyapu.
Kedua kelompok mulai saling mengayunkan lidi saat suling mulai ditiup. Hingga akhir pertandingan tidak nampak rasa sakit yang dirasakan.
Ketika pertempuran selesai, pemuda kedua desa tersebut mengobati lukanya dengan menggunakan getah pohon jarak.
Ada juga yang mengoleskan minyak 'nyualaing matetu' (minyak tasala) di mana mujarab untuk mengobati patah tulang dan luka memar.
Dalam beberapa minggu luka-luka ini akan sembuh tanpa berbekas.
Nilai filosofis dari upacara tersebut yaitu persaudaraan tidak memandang suku, agama dan ras.
Sakit di kuku, rasa di daging yang artinya rasa senang maupun rasa sakit dapat dirasakan bersama demi terwujudnya kehidupan yang harmonis antar-sesama.
Namun, ada cerita yang juga berkembang bahwa asal tradisi itu berawal dari sejarah masyarakat di Maluku Tengah saat bertempur mempertahankan Benteng Kapapaha dari serbuan Penjajah, meskipun perjuangan mereka gagal dan Benteng Kapapaha tetap jatuh ke tangan penjajah yang dipimpin oleh Kapiten Telukabessy.
Untuk menandai kekalahannya, pasukan Telukabessy mengambil lidi enau dan saling mencambuk hingga berdarah.
Sumber : Antara Foto (Atika Fauziyyah)/Kompas.com