Disinggung Keterlibatan Dokter Forensik RS Polri, Ketua Tim Autopsi Ulang Brigadir J Cuma Jawab Begini, Foto Almarhum Terus Ditangisi

Rabu, 03 Agustus 2022 | 19:31
Facebook

Ade Firmansyah ketua tim autopsi ulang Brigadir J menjawab begini disinggung keterlibatan dokter forensik RS Polri. Foto almarhum ditangisi.

Fotokita.net - Ketua tim forensik independen yang melakukan autopsi ulang jenazah Brigadir Yosua atau Brigadir J dokter Ade Firmansyah Sugiharto menjelaskan keterlibatan dokter forensik RS Polri. Setelah tewas dalam baku tembak dengan Bharada E, jenazah Brigadir J diautopsi oleh dokter forensik RS Polri. Hasilnya, keluarga menolak autopsi pertama.

Ade Firmansyah Sugiharto juga tercatat sebagaiKetua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia. Dia mendapatkan surat permintaan dari Bareskrim Polri untuk memimpin tim forensik independen. Setelah itu, Ade menyusun tim berdasarkan kompetensi. Bahkan, tim ini punya tiga penasihat yang merupakan guru besar dari fakultas Kedokteran UI, Unair dan Universitas Riau.

Saat disinggung mengenai keterlibatan dokter forensik RS Polri yang melalukan autopsi pertama, ketua tim autopsi ulang jenazah Brigadir J itu cuma menjawab begini. Foto almarhum terus ditangisi.

Pada Rabu (27/7/2022), makamBrigadir J kembali dibongkar untuk proses autopsi ulang. Hasil autopsi ulang ini bakal menjadi bukti tambahan penyidik yang menangani dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J atau Brigadir Yosua.

"Penyidik akan sangat berkepentingan untuk meminta hasil dari hasil autopsi yang dilakukan hari ini sebagai tambahan alat bukti, yang nanti akan dibuka dan diungkap di sidang pengadilan," papar Kadiv Humas Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di RSUD Sungai Bahar, Jambi.

Dedi menerangkan, autopsi ulang ini dilakukan tim ahli dari Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia yang melibatkan berbagai rumah sakit dan universitas. Tim dokter yang melakukan autopsi ulang ini dipastikan bersifat independen dan imparsial

"Artinya bahwa hasil autopsi ulang yang dilaksanakan pada hari ini, ini memiliki dua konsekuensi. Konsekuensi pertama dari sisi keilmuan harus betul-betul sahih dan bisa dipertanggungjawabkan," tandas Dedi.

Baca Juga: Adik Brigadir J Diminta Tanda Tangan Hasil Autopsi, Keluarga Beberkan Alasan Harus Lihat Jenazah Terakhir Kalinya, Foto Almarhum di Peti Mati Banjir Simpati

Facebook

Ade Firmansyah ketua tim autopsi ulang Brigadir J menjawab begini disinggung keterlibatan dokter forensik RS Polri. Foto almarhum ditangisi.

Pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, mengatakan pihaknya sudah merevisi berita acara pemeriksaan (BAP), dengan menyebut adanya luka tembak dari belakang kepala hingga tembus ke hidung.

Kamaruddin menyampaikan hal itu kepada wartawan setelah dirinya diperiksa penyidik Bareskrim Polri terkait dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Perubahan iniberdasarkan penemuan atau catatan medis pihaknya saat proses autopsi ulang Brigadir J. Pihak keluarga Brigadir J diketahui membawa dokter forensik sendiri saat itu.

"Jadi intinya tadi adalah merubah berita acara menjadi berita acara pemeriksaan pelapor atau saksi atau menjadi pro justitia, kemudian kita ada keterangan tambahan di luar daripada yang sudah ditanyakan kepada pemeriksaan dahulu yaitu bahwa kita ada menemukan pertama itu soal hasil daripada autopsi ulang atau visum et repertum ulang yang sudah dijelaskan tadi," terang Kamaruddin kepada wartawan di gedung Bareskrim Polri, Selasa (2/8/2022).

"Di mana berdasarkan hasil autopsi ulang yang dilihat oleh duta kita atau wakil kita yang berprofesi dokter dan magister kesehatan ternyata ditemukan luka itu luka tembak dari belakang nembus hidung, itu aja tambahannya," tandasnya.

Terkait pernyataan Kamaruddin Simanjuntak soal penemuan luka tembak dari belakang kepala Brigadir J, Komnas HAM tak mau buru-buru menanggapinya.

"Tanya kepada yang ngomong saja. Kami tidak mau masuk dalam ruang itu karena tahapannya memang harus kami lalui. Habis (pemeriksaan uji) balistik dengan Inafis dan sebagainya, nanti ngecek (lainnya)," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam di kantornya, Rabu (3/8/2022).

Anam menyebutkan, pihaknya akan meminta keterangan soal uji balistik dan Inafis terlebih dahulu. Keterangan-keterangan tersebut, katanya, akan dicocokkan dengan cerita-cerita yang telah didapatkan.

Baca Juga: Ada Bekas Lem di Luka Kepala Brigadir J, Dokter Forensik RS Polri Jawab Begini Soal Hasil Autopsi Korban Tembakan Bharada E, Foto Sosoknya Ditelusuri

Facebook

Ade Firmansyah ketua tim autopsi ulang Brigadir J menjawab begini disinggung keterlibatan dokter forensik RS Polri. Foto almarhum ditangisi.

"Jadi kami kan dapat keterangan. Dari keterangan satu dan keterangan kedua, dari keterangan kedua nanti kita cek jadi semua memiliki constraint waktu. Memiliki logika peristiwa. Jadi logika peristiwa yang satu dengan yang lain sesuai nggak atau bertentangan," papar Anam panjang lebar.

"Dari titik itulah kami bisa menilai, sekarang belum bisa. Kalau ada penilaian itu tanya kepada yang nilai," sambungnya.

Wartawan dari detikX menjumpai ketua tim forensik independen Ade Firmansyah Sugiharto di RSCM. Dalam kesempatan itu, Ade Firmansyah disinggung keterlibatan dokter forensik RS Polri yang diketahui melakukan autopsi pertama. Menjawab pertanyaan ini, ketua tim autopsi ulang Brigadir J cuma jawab begini.

Ade yang juga menjadi ahli forensik RSCM menjawabproses pemeriksaan setelah autopsi kedua perlu memakan waktu satu sampai dua bulan. "Iya, kalau autopsi kan sudah selesai di Jambi kemarin. Tapi, untuk mencapai kesimpulan, kita harus membuktikan. Nah, untuk derajat pembuktian, kita harus nilai itu adekuat atau tidak. Jadi, pertama, bukti yang kita temukan harus relevan," dilansir dari detikX.

Ade lantas melanjutkan penjelasannya. "Misal, ada orang mati dengan luka tusuk di dada. Itu ada kekerasan benda tajam. Apakah itu relevan? Relevan. Ada luka, ada bukti kekerasan, dan ada kematian. Tinggal nanti yang relevan itu kita nilai, adekuat apa tidak."

"Untuk bisa menilai adekuat atau tidak, kita akan lihat mekanisme kematiannya, luka tusuk di dada tidak selalu bikin mati. Ia menjadi adekuat, misalnya, karena luka tusuk itu mengakibatkan pendarahan sebanyak 20 persen darah atau, misalnya, menyebabkan masuknya udara ke rongga dada dan membuat paru-paru tidak bisa mengembang.

Nah, untuk kemarin kita autopsi, itu kan sudah sulit, ya, kondisinya. Mau tidak mau, kita cari lagi tanda-tanda itu semua di jaringan. Jaringan yang mengalami pendarahan hebat itu efeknya apa, sih? Nah, itu kita lihat di jaringannya. Atau betul tidak mengalami pendarahan? Betul tidak mengalami kekurangan oksigen?"

"Kami cek ke jaringan dan sel-selnya. Sampel jaringan itu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Ada yang kena formalin, tapi ada yang sudah mengalami pembusukan. Ada yang keras, ada yang lembek. Sampel itu juga harus difiksasi, diproses, dan itu tidak sebentar."

Baca Juga: Suaminya Pimpin Autopsi Ulang Brigadir J, Istri Ketua Dokter Forensik Punya Jabatan Mentereng di RSPAD Gatot Subroto, Foto Sosoknya Muncul di Medsos

Kolase

Ade Firmansyah ketua tim autopsi ulang Brigadir J menjawab begini disinggung keterlibatan dokter forensik RS Polri. Foto almarhum ditangisi.

Lantas, berapa banyak sampel yang diambil untuk diperiksa?

Ade menjelaskan atas pertanyaan itu, "Sampel yang kami ambil itu kurang lebih sebesar bagian kuku ibu jari, itu kami perlu potong untuk dicek. Bila belum dapat, perlu kami potong ulang. Dari 20 sampel itu, mungkinslidepemeriksaannya itu bisa sampai 50-an. Itu makanya lama."

Dalam proses autopsi ulang Brigadir J, tim forensik independen menemukan sejumlah fakta awal. "Kami ketemu beberapa luka, tentunya dengan kondisi jenazah yang sudah mengalami pembusukan. Luka itu akan kami konfirmasi dengan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Kami harus pastikan itu betul luka atau bukan. Kalau misal luka, itu kami cek lagi, apakah luka vital atau luka yang terjadi setelah kematian," ujar Ade.

Dia melanjutkan keterangannya, "Nah, luka setelah kematian ini bisa diakibatkan oleh tindakan pascaautopsi sebelumnya. Kalau luka yang terjadi sebelum kematian, itu ada gambaran intravital, seperti adanya pendarahan dan reaksi jaringan. Autopsi ini kan bedah mayat. Pasti membedah dan menyayat, tetapi luka sayatan autopsi akan berbeda dengan luka sebelum kematian."

Lantas, apakah tim dokter forensik RS Polri yang melakukan autopsi pertama dilibatkan di tim forensik independen dalam autopsi ulang Brigadir J?

Ade Firmansyah menjawab dengan lugas. "Tidak sama sekali. Kami juga belum melihat dan mendapatkan hasil autopsi pertama," kata lulusan Fakultas Kedokteran UI ini.

Sembari menunggu hasil autopsi ulang, keluarga terus menangisi foto almarhum. Rohani Simanjuntak, bibi Brigadir J secara rutin mengunggah foto jenazah ajudan Irjen Ferdy Sambo melalui akun Facebook miliknya.

Lantas, kerabat Brigadir J lainnya, Roslin Emika juga mengunggah foto almarhum saat merayakan hari kelahirannya. Semua foto almarhum yang diunggah itu selalu disertai emotikon menangis.

Baca Juga: Dipercaya Kapolri Pimpin Tim Autopsi Ulang Brigadir J, Dokter Ade Firmansyah Senang Bagi-bagi Amplop Duit dengan Alasan Begini, Foto Sosoknya Ramai Dikomentari

Facebook

Ade Firmansyah ketua tim autopsi ulang Brigadir J menjawab begini disinggung keterlibatan dokter forensik RS Polri. Foto almarhum ditangisi.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya