Foto Megawati Bersanding Taufiq Kiemas Masih Tersimpan, Dijodohkan Sosok di Balik Layar Politik Keluarga Soekarno

Minggu, 23 Januari 2022 | 22:13
Facebook

Megawati Soekarnoputri berulang tahun ke-75. Rupanya, mantan Presiden RI ini dijodohkan dengan Taufiq Kiemas oleh sosok terdekatnya.

Fotokita.net - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merayakan ulang tahun ke-75 pada Minggu (23/1/2022). Di antara ucapan doa dan selamat yang banjir, beragam kisah tentang mantan Presiden RI ini bermunculan.

Foto Megawati bersanding dengan mendiang suaminya, Taufiq Kiemas masih tersimpan rapi di media sosial. Ternyata Megawati dijodohkan dengan Taufiq Kiemas oleh sosok yang berada di balik layar politik keluarga Soekarno.

Foto Megawati tempo dulu masih mudah dijumpai di berbagai platform media sosial. Maklum, sejumlah kader PDI Perjuangan dan pengikut Soekarno kerap mengunggah foto Megawati semasa muda.

Di antara banyak foto yang beredar, potret Megawati bersama ayahnya, Soekarno mencuri perhatian. Di foto itu, Megawati terlihat mendampingi Soekarno sebagai Presiden RI yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat.

Foto hitam putih itu merekam wajah cantik Megawati yang mengenakan kebaya, sebagai pakaian tradisi Nusantara. Dia berada di sisi Soekarno yang menebar tawa di depan pesawat yang mereka tumpangi saat berkunjung ke negara Paman Sam.

Foto lainnya, Megawati, yang juga masih berkebaya terlihat sedang menari dengan Bung Karno. Di foto itu, senyum Megawati mengembang, sementara telapak tangannya digenggam sang bapak.

Pengikut Soekarno juga mengunggah foto kenangan Megawati bersanding dengan Taufiq Kiemas. Pengusaha asal Palembang, Sumatera Selatan ini dikabarkan sudah lama menaksir Megawati, sebelum akhirnya dijodohkan oleh sosok yang berada di balik layar politik keluarga Soekarno.

Baca Juga: Foto Arteria Dahalan Seret Nama Baik PDIP, Minta Maaf Usai Berjumpa Tangan Kanan Megawati Soekarnoputri

Di tengah perayaan ulang tahun Megawati, seorang mantan pilot, Agus Sudarya mengungkap pengalamannya saat membawa Presiden RI ke-4 itu dalam perjalanan dinas.

Agus mengungkap kalau Megawati kerap meminta duduk di kursi kokpit dan melakukan kegiatan layaknya co-pilot. "Saya dengan kru lainnya ada beberapa pilot yang menerbangkan kegiatan kenegaraan mulai dari Ibu Megawati wakil presiden sampai presiden, beliau saat itu menerbangkan pesawat hercules pada saat kegiatan di Bali, dari Jakarta-Bali nginep, di Bali besoknya ke Madiun," kata Agus dalam diskusi virtual perayaan HUT Megawati, Minggu (23/1/2022).

Agus lantas mengatakan tidak jarang Megawati meminta duduk di sampingnya sebagai co-pilot. Dia mengungkap hal yang sama juga dilakukan Bung Karno.

"Saat terbang pada ketinggian 1.500-an Ibu memang selalu kegiatan-kegiatan penerbangan dinas kenegaraan itu selalu di kokpit dan saya melihat seperti saat dulu orang tuanya Bung Karno juga di kokpit. Pada saat di ketinggian 1.500 Ibu menepuk tangan saya terus bilang 'Mas boleh nggak saya duduk di tempat duduk sebelah kanan co-pilot', saya jawab siap laksanakan," ujarnya.

"Beliau duduk dan dibantu oleh navigator Mayor Yoyo dan oleh co-pilot Mayor Indra Jaya, dua-duanya sudah bintang dua di Basarnas dan Lemhanas," lanjutnya.

Saat duduk di kokpit, Megawati lantas melakukan kegiatan seperti layaknya co-pilot. Menurut Agus, maskapai penerbangan sampai heran dengan adanya suara perempuan di co-pilot pesawatnya.

"Saat ketinggian 7.000 feet passing beliau kontak Bali Control, pada saat kontak tersebut disiapkan oleh navigator Mayor Yoyo, calling ke Bali Control 'Bali Control this is A-1341 go ahead' terus ibu baca lagi yang disiapkan tersebut, 'A-1341 passing 7.000 to 160 call 160'. Saat ibu calling setelah itu maskapai penerbangan di sekitar Bali mendengar dan menanyakan ke saya dengan frekuensi berbeda, 'Mas kok ada co-pilot perempuan'," kata Agus.

Baca Juga: Foto Dorce Gamalama Terima Amplop Tebal dari Sule Tuai Komentar, Sikapnya ke Mantan Presiden Jadi Sorotan

Facebook

Megawati Soekarnoputri berulang tahun ke-75. Rupanya, mantan Presiden RI ini dijodohkan dengan Taufiq Kiemas oleh sosok terdekatnya.

"Pada saat ketinggian masuk ke 1.600 feet ibu calling lagi, 'Bali control A-1341 reaching 160 call over Surabaya'. Pada sekian detik setelah itu semua maskapai penerbangan yang mendengar di frekuensi tersebut mengatakan merdeka, ibu merdeka, presiden merdeka, semua mengucapkan merdeka, setelah itu mengucapkan terima kasih," lanjutnya.

Tidak jarang juga Agus mendapat pertanyaan dari Megawati terkait kondisi kondisi sekeliling selama penerbangan. Agus mengaku stres saat Megawati menjadi co-pilot, hal itu merupakan sikap tidak biasa seorang pemimpin negara.

"Ini gunung apa gunung Semeru saya jawab. Ini pulau apa pulau Madura, Ibu bertanya terus. Sebenarnya saya stres karena yang duduk di sebelah kanan ini adalah pemimpin negara," ujarnya.

Hal itulah yang menjadi pengalaman menarik bagi Agus. Dia mengaku bangga dengan sosok Megawati. "Setelah itu di Surabaya dari ketinggian 16.000 itu disen, saya berpikir saat itu ibu mau pindah sit mau diisi lagi oleh co-pilot. Ternyata sampai pesawat lifting contact Madiun approach dan contact Wahyudi Tower ibu sampai lending, dan ibu melendingkan pesawat. Itulah dalam diri saya kebanggaan yang sangat tinggi, karena beliau sebagai pemimpin Indonesia bisa tapi bisa menerbangkan pesawat cukup besar," tuturnya.

Pada tahun 2013, politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait mengatakan, Taufiq Kiemas (TK) mengagumi Presiden I RI Soekarno sejak muda. Bahkan, diam-diam, TK juga naksir Megawati Soekarnoputri meski mereka belum pernah bertemu.

"Jadi, Taufiq itu sudah mengagumi Bung Karno sudah lama. Bahkan, dia juga senang dengan Mega saat masih muda, ketika dia masih di Palembang," ujar Sabam Sirait sambil tersenyum. Sabam mengatakan itu saat diwawancarai oleh reporter televisi swasta di Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Minggu (9/6/2013).

Menurut Sabam, dirinyalah yang mengajak Taufiq dan Mega bergabung menjadi politisi di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) --yang kemudian berganti nama menjadi PDI Perjuangan.

Baca Juga: Foto Jokowi Cium Tangan Megawati Jadi Sorotan, Ketum PDIP Turuti Permintaan Kadernya Usai Disebut Masuk Rumah Sakit

Facebook

Megawati Soekarnoputri berulang tahun ke-75. Rupanya, mantan Presiden RI ini dijodohkan dengan Taufiq Kiemas oleh sosok terdekatnya.

"Tahun 1980-an, Mega dan Taufiq itu saya yang mengajak bergabung dengan PDI. Waktu itu Mega banyak ditawari bergabung dengan partai lain. Saat gabung dengan PDI, dia dibilang, 'ngapain mau gabung dengan partai kecil'," ujar Sabam.

Taufiq Kiemas meninggal di General Hospital Singapura sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Jenazah akan diterbang dari Singapura menggunakan pesawat Hercules dan mendarat di Halim Perdanakusuma untuk selanjutnya disalatkan di Skuadron 17 Halim Perdanakusuma. Menurut rencana, almarhum akan dimakamkan di TMP Kalibata, di samping ayahnya.

Pada 1968, Taufiq dipenjara di Rumah Tahanan Militer (RTM) Boedi Oetomo, Jakarta. Di sana dia berkenalan dengan Panda Nababan, pegiat Gerakan Mahasiswa Bung Karno.

"Di penjara itulah kita berkenalan, bergaul, dan waktu itu terus terang saja dia banyak menaruh perhatian orang lain karena putih, ganteng, tinggi, dan kemudian dia santun. Tutur bahasanya baik sekali. Karena dia GMNI, di situlah dia bertemu dengan Guntur Soekarnoputra," ujar Panda Nababan dalam suatu wawancara.

Guntur adalah putra pertama Soekarno dan Fatmawati. Pada Juli 1971—sekitar dua tahun setelah dibebaskan pada awal 1969—Taufiq, Guntur, dan Nababan mengunjungi makam Soekarno di Blitar, Jawa Timur. Dari sana, mereka mampir ke Kompleks Perumahan TNI Angkatan Udara Madiun untuk menengok adiknya, Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri.

"Di situ saya berkenalan dengan Megawati," kenang Taufiq, seperti ditulis dalam laporan Tempo berjudul "Tiga Cinta Putri Istana" (29 Juni 2009). Ternyata, Guntur ternyata tidak sekadar ingin memperkenalkan Taufiq kepada Mega, tapi juga ingin menjodohkan mereka.

"Adalah keinginan dari Guntur waktu itu untuk menjodoh-jodohi (Taufiq dengan Megawati). Mana lagi ini (Taufiq) anak ganteng. Di kalangan kawan-kawan dia disapa si Bule karena dia memang seperti Bule," ujar Nababan. Kehendak Guntur itu pun seperti menjadi jalan pembuka impian Taufiq.

Baca Juga: Ada 4 Kader PDI Perjuangan Terjerat Kasus Korupsi, Megawati Soekarno Putri Buka Suara: Jangan Lupa, KPK Itu Saya yang Buat

Lima tahun sebelumnya, tepat pada 1966, Taufiq mendekam di rumah tahanan militer Kodam Sriwijaya, Palembang. Di sana, dia bertemu aktivis GMNI lain, Adjis Saip. Suatu kali, sembari menunjuk foto Megawati yang dimuat suatu majalah, Taufiq berkata kepada Adjis, “Djis, ini calon ayu, kakak perempuan, kau.” Adjis menanggapinya dengan ringan, “Ah, Kak Taufiq, jangan mimpilah. Kita ini hanya rakyat biasa. Dia itu anak presiden.” “Kalau kau tak percaya, lihat saja nanti,” balas Taufiq.

Kelakar Taufiq kepada Adjis dan jasa comblang Guntur berbuah manis. Akhirnya, Taufiq dan Megawati menikah pada Maret 1973. Pernikahan itu berlangsung di Panti Perwira Angkatan Laut (sekarang Graha Marinir) di Jalan Kwitang, Jakarta Pusat. Ini adalah pernikahan ketiga Megawati.

Sebelumnya, Megawati menikah dengan tentara AU, Surindro Supjarso. Megawati-Surindro punya dua anak: Muhammad Prananda Prabowo dan Muhammad Rizki "Tatam" Pratama. Namun, musibah terjadi. "Suaminya, atau sering dipanggil Mas Pacul bersama tujuh orang awak pesawat Skyvan T-701 jatuh di Biak, Papua, tahun 1970 tak lama setelah Bung Karno mangkat," demikian tertulis dalam laporan mingguan Tempo (25 Desember 1993).

Lalu, Megawati menikah lagi dengan diplomat Mesir yang bertugas di Jakarta. Pria itu bernama Hassan Gamal Ahmad Hassan. Pernikahan itu berlangsung di Kantor Urusan Agama (KUA) Sukabumi pada 27 Juni 1972. Namun, pernikahan itu kandas. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta membatalkan pernikahan Mega-Hassan dua minggu setelahnya, karena kabar Mas Pacul belum jelas.

"Perkawinannya itu oleh pengadilan agama dinilai fasid atau rusak, sehingga harus dibatalkan," sebut Ahmad Bahar dalam Biografi Politik Megawati Soekarnoputri 1993-1996 (1996, hlm. 17).

Kegiatan politik pun tidak bisa dilepaskan dari pasangan yang melahirkan putri bernama Puan Maharani pada 6 September 1973 tersebut. Keduanya mengawali karier politik dengan masuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI) jelang Pemilihan Umum 1987. Awalnya, Megawati didapuk sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI Jakarta Pusat sekaligus menjadi juru kampanye PDI di berbagai daerah.

"Salah satu hal yang dianggap mampu menjadi perhatian khalayak waktu itu adalah dengan memunculkan dan memanfaatkan nama besar Bung Karno. Maka diajaklah Megawati untuk membantu PDI guna lebih menambah bobot serta kualitas partai berlambang banteng tersebut," sebut Bahar (hlm. 31).

Baca Juga: Kabar Megawati Masuk ICU RSPP Viral, Kader PDIP Ramai-ramai Unggah Foto Putri Soekarno Lakoni Hobi Ini, Netizen: Sudah Biasa

Alhasil, data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan PDI memperoleh 40 kursi di DPR. Angka tersebut lebih besar dari perolehan PDI di Pemilu 1982 yang sebesar 30 kursi. PDI pun mengutus Mega dan Taufik untuk menjadi anggota DPR pada 1988. Megawati dan Taufiq adalah satu-satunya pasangan yang sama-sama menjadi anggota DPR.

Setelahnya, relasi Mega-Taufiq dengan PDI semakin kuat. Salah satu momen politik penting dalam hidup keduanya adalah Kongres Luar Biasa (KLB) PDI. Pada 1993, PDI menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) dua kali. Pertama di Medan, lalu di Surabaya. Panda Nababan mengatakan Taufiq berperan mengusulkan nama Megawati sebagai ketua umum PDI dalam KLB tersebut.

Setelahnya, relasi Mega-Taufiq dengan PDI semakin kuat. Salah satu momen politik penting dalam hidup keduanya adalah Kongres Luar Biasa (KLB) PDI. Pada 1993, PDI menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) dua kali. Pertama di Medan, lalu di Surabaya. Panda Nababan mengatakan Taufiq berperan mengusulkan nama Megawati sebagai ketua umum PDI dalam KLB tersebut.

"Maka, dia mengumpulkan sejumlah kawan, termasuk saya, untuk menggalang dukungan bagi Megawati di arena KLB. Saat itu saya ditunjuk sebagai Ketua Tim Sukses Pemenangan Megawati," sebut Panda Nababan dalam Empat Pilar untuk Satu Indonesia (2011, hlm. 65-66). Namun, kalangan lain menentang. Ahmad Bahar mengatakan bahwa semasa itu Megawati dinilai belum berpengalaman di dunia politik, termasuk dalam mengurus organisasi.

"Apa orang yang tidak punya pengalaman di organisasi berarti mesti goblok? Apa saya dianggap begitu rupa, hingga tak ada yang baik? Mari kita lihat kenyataannya," ujar Megawati, seperti dikutip Bahar (hlm. 34).

Setelah melalui Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta, akhirnya Megawati diangkat sebagai ketua umum PDI pada 1993, sampai Kongres Medan, yang memilih Soerjadi menjadi ketua umum, mendongkelnya tiga tahun kemudian. Tak lama, meletuslah penyerangan atau perebutan kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996.

Peristiwa yang disebut sebagai Kudatuli itu menjadi titik balik karier politik Mega. Setelah Soeharto mundur lewat Reformasi 1998, PDI Perjuangan pun didirikan pada 1999 dan Mega menjadi ketua umum hingga sekarang. Ia juga menjadi wakil presiden mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada Sidang Istimewa MPR 1999, setelah tak meraih suara mayoritas untuk menjadi presiden. Dua tahun kemudian, Mega dilantik sebagai presiden karena Gus Dur dimakzulkan.

Baca Juga: Disentil Blusukan Cuma Settingan, Penampilan Risma Jadi Sorotan Usai Curhat ke Megawati: Setiap Ke Sini Dia Nangis

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya