Foto Korlap Demo Pemuda Pancasila Dicari Polisi, Ormas PP Ternyata Didirikan Jenderal Besar TNI AH Nasution Untuk Tujuan Ini

Jumat, 26 November 2021 | 18:59
Facebook

Terlepas dari demo yang menjadi sorotan publik, ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.

Fotokita.net - Foto koordinator lapangan (Korlap) aksi demonstrasi Pemuda Pancasila yang berujung ricuh kini dicari oleh pihak kepolisian. Demo itu digelar di depan gedung DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis (25/11/2021). Ini sejarah ormas Pemuda Pancasila (PP) yang di didirikan Jenderal Besar TNI AH Nasution

Aksi demo ormas PP itu memang sudah membuat Kapolda Metro jaya Irjen Fadil Imran murka. Dia tak terima salah satu perwira menengah Polri menjadi korban atas kericuhan yang terjadi di demo itu. Kabagops Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Dermawan Karosekali menjadi korban pengeroyokan dari anggota PP di lokasi.AKBP Dermawan menderita luka di bagian kepala dan perut.

Setelah membubarkan aksi demo dibubarkan, polisi bergerak cepat menangkap para tersangka pengeroyokan.Satu anggota PP kini telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pengeroyokan kepada AKBP Dermawan Karosekali. Polisi memastikan penyelidikan tidak berhenti pada satu tersangka tersebut.

"Satu orang tersangka karena memukul Kabagops Ditlantas Polda Metro Jaya kita kenakan Pasal 170 KUHP. Tersangka pemukulan sedang diperiksa intensif," kata Zulpan. Tersangka yang memukul AKBP Dermawan diketahui berinisial RC. Polisi memastikan RC merupakan anggota dari ormas Pemuda Pancasila.

"Iya (anggota Pemuda Pancasila) dari seragamnya kemudian pakai atribut lengkap," terang Zulpan. Dia menyebut proses penyelidikan kini masih berlangsung. Adanya tersangka baru kasus pengeroyokan AKBP Dermawan terbuka lebar.

Baca Juga: Alami Penggumpalan Darah di Kepala, Ini Foto Luka AKBP Dermawan yang Dipukul Anggota Pemuda Pancasila dengan Benda Tumpul

"Tidak menutup kemungkinan akan ada tersangka lain karena dari rekaman yang kami miliki, hasil kejadian di lapangan saat terjadi pemukulan anggota Polda Metro dirawat itu dilakukan tidak sendiri dari tersangka yang kami tahan," ujar Zulpan.

Dalam kasus ini, polisi juga menetapkan 15 orang sebagai tersangka karena membawa senjata tajam saat demo.

Belum berhenti sampai di situ, foto koordinator lapangan (korlap) demonstrasi Pemuda Pancasila juga dicari. Polisi mengultimatum agar korlap menyerahkan diri ke pihak aparat.

Sebetulnya, demo yang menuntutmenuntut anggota DPR RI Junimart Girsang agar mencabut pernyataannya yang menyinggung Pemuda Pancasila berlangsung mulus. Namun, saat Kamis sore, sejumlah anggota PP mendadak mengejar dan mengeroyok AKBP Dermawan Karosekali.

Polisi menyebut, pemicu pengeroyokan gegara anggota PP memaksa masuk ke gedung parlemen. Lantaran merasa dihalangi, sejumlah anggota PP mendadak mengeroyok AKBP Dermawan di lokaso.

Itu sebabnya, polisi berencana untuk memeriksa korlap demonstrasi PP di DPR. "Kita akan panggil segera, sambil kita lakukan pemeriksaan terhadap tersangka demo. Tentunya sudah dijadwalkan oleh penyidik," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes E Zulpan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (26/11/2021).

Baca Juga: Dipicu Masalah Sepele, Foto AKBP Dermawan Dikeroyok Anggota Pemuda Pancasila Viral, Petinggi Polda Metro Geram Lihat Kondisinya Sekarang

Facebook

Terlepas dari demo yang menjadi sorotan publik, ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.

Zulpan belum memberikan informasi lebih lanjut kapan agenda pemeriksaan koordinator lapangan demo PP itu akan dilakukan. Ia menyatakan, pemeriksaan terhadap korlap demo itu dilakukan sebagai pertanggungjawaban atas kericuhan saat demo dan terlukanya seorang polisi.

"Penanggung jawab kita akan minta pertanggungjawaban. Karena koordinator lapangan yang meminta izin kegiatan tersebut dan bertanggung jawab atas kegiatan penyampaian pendapat," jelas Zulpan.

Untuk itu, ia meminta agar korlap demo Pemuda Pancasila bersikap kooperatif terhadap polisi. Pihak kepolisian juga mengultimatum akan melakukan penjemputan paksa apabila korlap tersebut jika menghindar dari panggilan pemeriksaan kepolisian.

"Tentunya Polda Metro akan memanggil. Apabila tidak hadir dan tidak kooperatif kami kita akan jemput yang bersangkutan," ujar Zulpan.

Hingga kini, polisi juga belum menyebutkan nama korlap demo Pemuda Pancasila. Netizen yang dibuat penasaran mencoba mencari tahu foto korlap demo Pemuda Pancasila yang digelar di depan gedung DPR itu.

Baca Juga: Foto AKBP Dermawan Dikeroyok Anggota Pemuda Pancasila Bikin Kapolda Metro Murka, Pemicunya Masalah Sepele Ini

Facebook

Terlepas dari demo yang menjadi sorotan publik, ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.

Terlepas dari kericuhan yang sudah menyita perhatian publik itu, ormas PP ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI Abdul Haris (AH) Nasution untuk tujuan ini. Berikut sekelumit cerita yang ditulis dengan apik oleh Petrik Matanasi yang ditayangkan melalui laman Tirto.

Abdul Haris Nasution tak hanya dikenal sebagai ahli militer. Faktanya, dia juga lebih dari sekadar ahli politik. Waktu diskors usai Peristiwa 17 Oktober 1952, Nasution nyebur ke politik. Waktu tentara masih boleh memilih dalam Pemilu 1955, Nasution yang sedang diskors itu sempat berpartai. Bersama Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Azis Saleh, Nasution ikut mendirikan partai bernama Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Partai ini seolah berharap akan dicoblos oleh para bekas pejuang dan prajurit TNI. Ternyata IPKI tidak jaya pada 1955, kalah oleh Nahdatul Ulama (NU)—yang pemenang nomor 3—dan Partai Komunis Indonesia (PKI)—yang nomor 4.Meski begitu IPKI masih punya wakil di Parlemen, salah satunya HC Princen.

Setelah masa skors Nasution selesai dan dipanggil kembali oleh Presiden Sukarno pada akhir 1955, Nasution menduduki jabatannya yang semula: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). IPKI masih eksis sewaktu Nasution jadi perwira aktif lagi di staf umum Angkatan Darat (SUAD).

Nasution, menurut Loren Ryter dalam makalahnya di jurnal Indonesia (nomor 66, Oktober 1998), "Pemuda Pancasila: The Last Loyalist Free Men of Suharto’s New Order", disebut-sebut sebagai orang yang sukses melobi Sukarno agar mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Pada masa-masa itu, kaum sayap kiri yang sedari awal revolusi sudah jadi musuh Nasution sedang kuat-kuatnya. PKI juga punya underbow Pemuda Rakyat (PR). Namun tentu bukan Nasution kalau hanya diam dan sekadar menggerutu. Masih di tahun 1959, seperti dicatat Ryter, Nasution ikut mendirikan organisasi pemuda untuk mengimbangi PR.

Baca Juga: Bikin Kapolda Metro Murka, Foto AKBP Dermawan yang Dibacok Anggota Pemuda Pancasila Dibanjiri Doa, Begini Kondisinya Sekarang

Facebook

Yedidiah Soerjosoemarno, Ketua MPC Pemuda Pancasila Jakarta Selatan (kanan). Dia adalah salah seorang anak Yapto Soerjosoemarno, yang kini memimpin ormas PP.

Organisasi pemuda yang berada di bawah IPKI itu diberi nama Pemuda Pancasila (PP). Hari lahirnya pun bukan sembarang tanggal, yakni 28 Oktober 1959, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-31. Banyak anak tentara yang ikut masuk ke Pemuda Pancasila, sebab IPKI juga berisi banyak mantan pejuang atau tentara. Tak hanya anak kolong yang masuk ke PP, kawan-kawan mereka pun juga ikut serta. Makin banyak tentu makin baik. Sebab sebelum 1965, PR cukup ditakuti, maka Pemuda Pancasila harus kuat.

Sebelum 1965, Pemuda Pancasila belum begitu banyak disebut dalam buku-buku sejarah. Namun setelah G30S 1965, Pemuda Pancasila mulai disebut-sebut. Bahkan harum namanya bagi Orde Baru. Pemuda Pancasila, bahkan lebih kuat pamornya ketimbang lawannya di era Sukarno, Pemuda Rakyat.

Padahal, menurut Norman Joshua Soelias dalam Pesindo: Pemuda Sosialis Indonesia 1945-1950 (2016:122), Pemuda Rakyat punya ikatan sejarah dengan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), kelompok pemuda yang punya andil besar dalam revolusi kemerdekaan Indonesia. Wakil Presiden Sudharmono konon pernah ikut Pesindo waktu masih muda.

Di Sumatra utara, seperti ditulis Ulf Sandhaussen dalam Politik Militer Indonesia 1945-1967 (1986:383), Pemuda Pancasila bersama kelompok Islam dan Kristen, juga SOKSI yang dikontrol tentara “melancarkan pembantaian” terhadap orang-orang yang disebut komunis. Anwar Congo, laki-laki yang mengaku pembantai dalam film Senyap dan Jagal yang dibuat Joshua Oppenheimer, juga terkait dengan Pemuda Pancasila.

Ian Douglas Wilson, dalam buku terbarunya Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru (2018:97-98), menyebut Pemuda Pancasila sebagai organisasi besar dengan jangkauan nasional. Di masa-masa ada operasi Penembakan Misterius (Petrus), preman yang ada di dalamnya “nyaris tak tersentuh.”

Baca Juga: Foto Markas Pemuda Pancasila Terbakar Viral, Polisi Ungkap Motif Anggota FBR yang Tewas Dikeroyok

Facebook

Japto Soerjosoemarno, Ketua Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila (kanan). Ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.

Wilson juga menyebut banyak preman berbondong masuk ke Pemuda Pancasila maupun Pemuda Panca Marga—yang dianggap organisasi pemuda nasionalis dan: (yang bikin menarik) disokong tentara. Pemuda Pancasila selalu diingat dengan seragam mereka merah loreng.

Beberapa dekade terakhir, Pemuda Pancasila identik juga dengan Japto Soerjosoemarno. Dia adik dari aktris Marini dan anak dari Mayor Jenderal Soerjosoemarno (keraton Mangkunegara) dan Dolly Zegerius (Belanda-Yahudi). Sedari muda, Yapto adalah sosok yang cukup disegani pemuda—termasuk anak kolong—dan para jago.

Loren Ryter, dalam tulisannya, "Geng dan Negara Orde Baru 1: Preman dari Markas Tentara" mencatat: Yapto sering terlibat perkelahian, bahkan dia pernah dituduh membunuh orang di Jalan Surabaya.

Di masa muda dia adalah pemimpin geng Siliwangi Boys Club yang ditakuti dan dikenal sebagai Geng 234-SC, karena mereka para perokok Djie Sam Soe. “Para ketua dan anggota Pemuda Pancasila menganggapnya pintar karena ia adalah keturunan Yahudi,” tulis Ryter.

Di masa orde baru masih jaya, menurut Wilson (2018:100) Pemuda Pancasila bersama Pemuda Panca Marga (PPM) dan Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) “dikontrak untuk mengintimidasi dan menyerang lawan-lawan dan pengkritik pemerintah.”

Baca Juga: Geruduk LSM GMBI, Foto Ormas PP Rusak Markas Seteru Lamanya Dicibir, Netizen: Nyesel Kan?

Facebook

Terlepas dari demo yang menjadi sorotan publik, ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.

Setelah pengunduran diri daripada Presiden Soeharto, ada anggota-anggota Pemuda Pancasila yang terlibat dalam Pengamanan Swakarsa (Pamswakarsa) menjelang Sidang Istimewa MPR pada November 1998. Wilson juga mencatat, baik PPM dan PP, "bertahan kuat dalam industri kehidupan malam di Jakarta.”

Mereka juga bergerak dalam masalah kepemilikan tanah. “Pemuda Pancasila secara reguler bekerja atas nama taipan properti seperti Tommy Winata untuk mengosongkan tanah warga secara paksa dan kerjasama serupa juga berlanjut pasca orde baru,” tulis Wilson (2018:221-222).

Pemuda Pancasila yang tumbuh di zaman Japto ini tentu tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Nasution. Seperti mau Nasution, organisasi ini tetaplah organisasi yang didirikan Nasution pada hari Pemuda ke-31 1959, masih tetap dan selalu anti-komunis.

Japto Soelistyo Soerjosoemarno tumbuh remaja di arus zaman 1970an, saat itu anak muda ibukota gandrung akan kebebasan setelah lima tahun sebelumnya terbelenggu oleh aturan anti musik ngak-ngik-ngok dan neoliberalisme.

Era itu juga menandai berkuasanya secara penuh kekuasaan Orde Baru. Usia Japto ketika itu 21 tahun. Ia adalah anak gaul di zamannya. Seperti pemuda-pemuda lain, di lingkungannya di kompleks Siliwangi, Japto dan bersama kawan-kawannya mendirikan sebuah geng bernama Siliwangi Boys Club, kadang ada juga yang menyebut Siliwangi Boys Communitty (SBC) atau biasa dipersingkat lagi menjadi SC.

Baca Juga: Foto Tampang Pria yang Kejar Polantas Pakai Parang Disebarkan, Netizen Cemas Nasib Pelaku Gegara Tahu Alasan di Baliknya

Facebook

Terlepas dari demo yang menjadi sorotan publik, ormas Pemuda Pancasila ternyata didirikan oleh Jenderal Besar TNI AH Nasution untuk tujuan ini.

Kompleks Siliwangi adalah komplek perumahan para prajurit Angkatan Darat (AD) di Jakarta Pusat. Di geng SC ini pula, masing-masing anggotanya mempunyai gelombang radio handie talkie. Mereka juga memiliki kebiasaan merokok Dji Sam Soe, nama bilangan Tionghoa yang bila dilatinkan menjadi 234. Belakangan geng ini disebut sebagai geng 234−SC.

Di lingkungan geng SC, Japto sering dipanggil si “Bule”. Pasalnya ia memang berwajah mirip bule. Darah Belanda memang mengalir pada diri Japto. Ibunya Dolly Zegerius, seorang wanita Yahudi Belanda, ahli topografi dan geodesi. Bapaknya Mayor Jenderal Kanjeng Pangeran Haryo Soetarjo Soerjosoemarno, seorang jenderal keturunan Mangkunegaran Solo.

Japto disegani? Kabarnya, di lingkungan 234 SC Japto adalah satu-satunya anggota geng yang bapaknya berpangkat jenderal. Sedangkan teman-teman Japto di 234 SC adalah anak prajurit dan perwira menengah Angkatan Darat.

Kabar lainnya menyebut Japto adalah jagoan. Sebutan prestisius di lingkungan geng ini disandang Japto tatkala ia mengaku sebagai pembunuh salah satu pemuda dalam tawuran antar remaja, padahal ketika itu si pembunuh adalah teman lain di 234 SC. Karena itu namanya naik di lingkungan geng maupun di mata lawan-lawannya.

Adalah Loren Ryter seorang pengajar dan peneliti di Centre for Southeast Asian Studies, Universitas Michigan, USA, menyebut bahwa geng-geng di ibukota terkadang dimanfaatkan oleh para intelijen tentara.

Baca Juga: Ditahan, Foto Lettu Bayu Suami Anggiat Pasaribu Akhirnya Muncul

Salah satunya adalah Jenderal Ali Moertopo, wakil kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara saat itu yang sering menggunakan jasa-jasa geng di ibukota untuk operasi tertentu. Kedekatan anggota geng dan tentara dalam kekuasaan Orde Baru kemungkinan besar dimulai dari sini.

Belakangan pada 1980an Panglima Kodam Jakarta Raya, Jenderal Try Sutrisno membubarkan geng-geng di ibukota. Kabarnya, menurut Loren Ryter, Try Sutrisno tidak suka dengan keberadaan geng-geng yang berlindung di ketiak tentara. Menurut Try, mereka dituding sebagai biang dari beberapa kerususuhan di Ibukota. Lalu kemana Japto berlabuh?

Pada Musyawarah Besar Pemuda Pancasila (PP) III di Cibubur tahun 1981, Japto terpilih sebagai Ketua—organisi yang menjadikannya sebagai tokoh hingga kini. Pemuda Pancasila adalah organisasi kepemudaan yang berdiri pada 28 Oktober 1959. Organisasi ini didirikan mantan komandan militer legendaris Abdul Haris Nasution, dengan tujuan tunggal menghadapi ancaman komunis atau sebagai lawan tanding dari Pemuda Rakyat yang dibentuk Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pasca Peristiwa 30 September 1965 organisasi ini terlibat aktif dalam penumpasan anggota PKI. Belakangan ketika rezim Soeharto menguasai Indonsia, PP menjadi underbow Partai Golongan Karya (Golkar). PP digunakan untuk memobilisasi dukungan di kalangan pemuda terhadap Golkar selama pemilihan umum yang diselenggarakan Orde Baru.

Dari sini Japto semakin dekat dengan tokoh-tokoh kunci Orde Baru sekaligus bisa merangkul para “jagoan” di seluruh Indonesia, salah satunya para gangster Medan. Ia bahkan semakin merekatkan hubungan dengan keluarga Cendana, terutama ibu Tien Soehato dan anak-anaknya. Japto masih berkerabat dengan Tien Soeharto dari garis keturunan Mangkunegaran Solo.

Baca Juga: Foto Suami Anggiat Pasaribu Beredar, Anggota TNI Berpangkat Lettu yang Bisa Bikin Istrinya Pakai Outfit Mentereng

Selama kekuasaan Orde Baru, PP—Golkar—intelijen tentara selalu beriringan. Bagi Golkar, Pemuda Pancasila adalah organisasi yang bergerak langsung di lapangan. Bagi intelijen orde baru, organisasi ini dipakai untuk “membersihkan tangan” rezim dalam setiap kekerasan. Salah satunya ketika terjadi insiden kerusuhan 27 Juli 1996, di kantor pusat Partai Demokrasi Indonesia. Publik menduga PP terlibat dalam kerusuhan tersebut.

Namun bersamaan dengan lengsernya Soeharto pada tahun 1998, Pemuda Pancasila kehilangan pengaruhnya untuk sementara waktu. Gonjang-ganjing politik dan posisi Golkar yang sedang tidak menguntungkan ketika itu memungkinkan PP untuk mencari labuhan lain. Oleh karena itu, bertepatan dengan hari kelahiran Pancasila, pada 1 Juni 2001 Japto mendirikan Partai Patriot Pancasila.

Partai berlambang burung garuda dengan sayap merah, hijau, dan kuning, berperisai merah-putih, berlambang sila-sila Pancasila ini mengikuti pemilu 2004. Tapi belakangan Partai Patriot Pancasila gagal memperoleh kursi di DPR, tidak juga lolos electoral threshold. Bahkan pada pemilu 2009 ketika Partai Patriot Pancasila berubah nama menjadi Partai Patriot, partai pimpinan Japto ini pun masih gagal, meski Japto mengaku keanggotaan PP mencapai 4 juta anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tapi kegagalan Japto membuat partai bukan akhir dari cerita. Ia tetap memiliki pengaruh dan berjejaring dengan petinggi negara, tentara, tokoh bisnis, dan tentu saja keluarga Cendana. Pada 2010 ketika terjadi kasus status kepemilikan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Siti Hardiyati Roekmana alias Mba Tutut, anak Soeharto, menunjuk Japto sebagai Direktur Utama TPI. Harapan Tutut, Japto bisa menyelesaikan kasus ini. Namun belakangan TPI pun lepas dari tangan Tutut dan beralih ke Harry Tanoe.

Baca Juga: Anggiat Pasaribu Cuma Sepupu, Foto Istri Brigjen Zamroni Terungkap, Ibu Jenderal Ternyata Aktif di Organisasi Ini

Selang 3 tahun kabar itu beralihnya TPI ke tangan pemilik MNC Groups, publik dikejutkan dengan ancaman bom di rumah Japto. Bersamaan dengan itu pakem bom buku juga terjadi di Komunitas Utan Kayu, kantor BNN Cawang, rumah Ahmad Dhani Pondok Indah, dan rumah Ulil Abshar Abdala, ketua Jaringan Islam Liberal.

Belakangan beredar kabar Japto dijadikan sasaran terror karena ia jadi salah satu simbol keturunan Yahudi di Indonesia—hal yang sama juga berlaku pada Ahmad Dhani. Namun, sebagaimana diketahui, ledakan bom tak melukai sedikit pun Japto.

Nyatanya hingga 8 November 2014 lalu dalam Musyawarah Besar PP, Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto S. Soerjosemarno terpilih kembali secara aklamasi untuk memimpin PP selama lima tahun ke depan (2014-2019). Sampai 2019 hampir 4 dekade Japto memimpin organisasi ini, melebihi kekuasaan Soeharto memimpin Indonesia di usianya yang menginjak 66 tahun.

Meski sudah menua, darah muda masih mengalir dalam tubuh Japto. Ia masih kerap memuaskan hobinya berburu, bahkan hingga Afrika. Koleksi binatang hasil buruannya terpajang di rumahnya. Terkadang juga masih main golf bersama kolega-koleganya seperti yang terkodumentasikan oleh Joshua Oppenheimer dalam “The Act of Killing''.

Baca Juga: Foto Tampang Anggota TNI yang Jotos 2 Polisi di Ambon Ramai Dibahas, Pelaku Emosi Gegara Dapat Laporan Begini

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya